Pages

Kisah Bulan dan Matahari di Taman Bermain




By: Nurbadriyah (Pengawas SMA Provinsi Banten, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Motivator Nasional)


Di sebuah taman bermain kecil yang riang, anak-anak berlarian dengan tawa yang memenuhi udara. Namun, di antara keriuhan itu, Dani selalu menjadi pusat perhatian. Ia seperti raja di kerajaan mainannya sendiri. Prosotan, ayunan, jungkat-jungkit—semuanya hanya untuknya. Tak seorang pun boleh menyentuh sebelum ia puas bermain. Orang tuanya duduk di bangku taman, tersenyum bangga melihat Dani yang menguasai semua permainan.


Di sisi lain taman, Nisa duduk diam di bawah pohon besar. Ia memeluk lututnya sambil menatap anak-anak lain yang berebut giliran bermain. Nisa tidak pernah berebut. Ia selalu menunggu dalam hening. Orang tuanya jarang menunggunya di taman, dan hatinya sering terasa sepi.


Melihat ini, Ibu Guru yang bijak memutuskan untuk mendekat. Ia mengajak Dani dan Nisa duduk bersama di bangku taman yang teduh.


******

Ibu Guru tersenyum lembut. "Dani, Nisa, Ibu Guru ingin bercerita. Kalian tahu tentang Bulan dan Matahari?"

Dani mengangguk cepat. "Tahu, Bu! Mereka ada di langit!"

Nisa, dengan suara lembut, menambahkan, "Matahari bersinar di siang hari, dan Bulan di malam hari..."

Ibu Guru mengangguk. "Betul. Tapi, kalian tahu rahasia mereka?"

Dani mengerutkan kening, penasaran. 


"Rahasia apa, Bu Guru?"

Ibu Guru menatap mereka penuh arti. "Bulan dan Matahari punya kesepakatan istimewa. Matahari berkata, 'Aku akan memberi cahaya di siang hari agar dunia bisa bekerja, bermain, dan belajar.' Lalu Bulan menjawab, 'Baiklah, aku akan menjaga malam, memberi ketenangan agar dunia bisa beristirahat.' Mereka bergantian setiap hari."


Nisa menatap Ibu Guru dengan mata berbinar. "Kalau mereka tidak bergantian, apa yang terjadi, Bu Guru?"

Ibu Guru tersenyum, "Kalau Matahari tidak memberi giliran, dunia akan terus terang benderang. Semua makhluk kelelahan karena tidak pernah malam. Sebaliknya, jika Bulan tidak memberi kesempatan, dunia akan gelap gulita, dan tumbuhan tidak bisa tumbuh. Mereka berbagi, agar bumi bisa seimbang."


Dani terdiam, merenung sejenak. "Jadi, mereka saling memberi kesempatan?"

Ibu Guru mengangguk. "Iya, Dani. Bulan dan Matahari mengajarkan kita arti berbagi. Kalau kita selalu mengambil semuanya untuk diri sendiri, orang lain akan sedih. Tapi jika kita bergantian, semua akan merasa bahagia."


Dani menunduk. Ia melirik Nisa, yang masih duduk dengan tenang. Tiba-tiba, ia berdiri dan tersenyum. "Nisa, kamu mau main prosotan dulu? Aku bisa tunggu giliran."

Mata Nisa membesar, tak percaya. "Benar, Dani? Aku boleh?"

Dani mengangguk mantap. "Iya, seperti Bulan dan Matahari!"

******

Hari itu, sesuatu berubah di taman bermain. Dani tak lagi menjadi raja yang menguasai segalanya. Ia belajar menunggu dan berbagi. Nisa tak lagi hanya duduk di bawah pohon; ia mulai tersenyum dan bermain bersama anak-anak lain.


Di bawah langit biru, taman bermain itu menjadi tempat yang lebih indah. Seperti siang dan malam, anak-anak belajar bahwa hidup akan selalu lebih ceria jika kita saling berbagi.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar