Pages

Ribuan Tahun Ular Menunggu dan Merindukan Rasulullah



Oleh :  Malihatun Nikmah, S.Pd  

Berdomisili di Sumenep, Madura

 


Di zaman ini kita hidup tatkala nisan Rasulullah Saw telah ada dan berbagai artefak peninggalannya. Khusuk dan penuh khidmat membayangkan mencium semerbak aroma kasturi keagungan dengan mulut terkunci. Air mata hangat deras mengalir. Dengan lirih dan mata terpejam, kita mengucap salam. Dengan hati gemetar disesaki iman kita berdo’a agar dilimpahi syafaat sang kekasih Allah, sehingga kita menjadi orang yang beruntung dan selamat kelak di hari kiamat. Amin Allahumma Amin. 

 

Kisah pengorbanan para sahabat Rasulullah tidak ada habisnya. Mereka tidak pernah memperhitungkan kerugian yang akan dihadapi, bahkan nyawapun dipertaruhkan untuk menemani dan menjaga kekasih Allah ini. 

 

Hal ini dilakukan oleh salah satu sahabat Rasulullah Abu Bakar As-Shiddiq Ra. Sebagai sahabat kepercayaan Rasulullah Saw. Ia merelakan semua yang dimiliki demi keselamatan dan perjuangan dakwah Rasulullah Saw. Bahkan bukan masalah besar dan tidak takut apabila merelakan nyawanya terancam demi menemani Rasulullah Saw. Pada saat dikejar-kejar oleh para jagal Quraisy untuk dibunuh dan ingin memenggal kepala agung Rasulullah Saw.  Apakah kita akan sama seperti sahabat Rasulullah Saw? Tentunya kita tidak mampu menjawabnya. Hanya air mata lemah yang mengalir deras. 

 

Kisah berawal ketika Abu Bakar ikut menemani Rasulullah Saw. Sebelum meninggalkan kota Makkah, saat pemuda kafir Quraisy yang ingin dan berniat memenggal kepala Rasulullah, Pemuda kafir Quraisy kehilangan jejak Rasulullah Saw dan hanya menemukan pemuda bernama Ali bin Abi Thalib di bilik Rasulullah Saw. Abu Bakar mendampingi Rasulullah bersembunyi di gua kecil di bukit Tsur. 

 

Abu Bakar dengan setia mendampingi Nabi Muhammad Saw menginap dan bersembunyi di dalam gua. Sebelum beliau memasuki gua, Abu Bakar dengan sigapnya mengecek dan menutup lubang-lubang yang ada di dalam gua agar terhindar dari gangguan binatang buas.

 

Di dalam gua, kekasih Allah Swt dan sahabat mulia ini sepakat untuk bergantian berjaga. Dalam tidurnya, Rasulullah Saw melabuhkan kepala agung-Nya di pangkuan sang sahabat.  Keadaan gua yang dingin dan remang-remang. Tiba-tiba seekor ular berdesis keluar dari salah satu lubang yang belum ditutupi oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Abu Bakar menatap waspada. Ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu urungkan dari benaknya. Karena tidak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin ia tega membangunkan kekasih Allah Swt.

 

Lalu yang dilakukan oleh Abu Bakar menutup lubang dengan salah satu kakinya. Lalu yang terjadi, ular menggigit pergelangan kakinya. Namun, kakinya tetap saja tidak bergerak sedikitpun dalam hening. Sekujur tubuh Abu Bakar menjadi panas, ketika bisa ular menjalar dengan cepat dalam pembuluh darahnya. 

 

Abu Bakar tidak kuasa menahan isak tangis. Ketika rasa sakit itu tidak tertahankan lagi dan tanpa sengaja air matanya menetes mengenai pipi mulia Rasulullah Saw, yang tengah berbaring. Hal itu membuat Rasulullah terbangun dari tidurnya. Lalu beliau berkata "Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini? ” 

 

"Tentu saja tidak. Saya ridha dan ikhlas mengikutimu ke mana pun," jawab Abu Bakar.

"Lalu mengapa engkau meluruhkan air mata? "Tanya Rasulullah Saw, dengan bersahaja. 

“Seekor ular baru saja menggigit saya, wahai Rasulullah. Lalu bisanya menjalar begitu cepat ke dalam tubuh saya,” jawab Abu Bakar dengan suara tercekat.

Lalu Rasulullah Saw. berbicara kepada ular itu. ” Hai, tahukah kamu? Jangankan daging atau kulit Abu Bakar, rambut Abu Bakar pun haram kau makan.”

Dialog Rasulullah Saw. dengan ular itu menjadi mukjizat beliau, sehingga Abu Bakar mampu mendengarnya.

 

“Ya aku mengerti Engkau. Bahkan sejak ribuan tahun yang lalu ketika Allah mengatakan ‘Barang siapa memandang kekasih-Ku, Muhammad, fi ainil mahabbah atau dengan mata kecintaan. Aku anggap cukup untuk menggelar dia ke surga,” kata ular.

“Ya Rabb, beri aku kesempatan yang begitu cemerlang dan indah. “Aku (ular) ingin memandang wajah kekasih-Mu fi ainal mahabbah,” lanjut ular.

Lalu, apa kata Allah Swt.?

“Silakan pergi ke Jabal Tsur, tunggu di sana, kekasihku akan datang pada waktunya,” jawab Allah.

"Ribuan tahun aku menunggu di sini. Aku dirundung oleh kerinduan untuk berjumpa Engkau, Muhammad. Tapi sekarang ditutupi oleh kaki Abu Bakar, maka kugigitlah dia. Aku tidak ada urusan dengan Abu Bakar, aku ingin bertemu Engkau, Wahai Muhammad,” jawab ular.

“Lihatlah ini. Lihatlah wajahku,” kata Rasulullah.

 

Dari ucapan itu, sang ular memandang wajah Rasulullah dengan fi ainal mahabbah. Dengan pandangan rasa kecintaan dan kerinduan yang teramat mendalam. 

Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Rasulullah Saw. meraih pergelangan kaki Abu Bakar. Dengan mengagungkan nama Allah Swt. Sang Pencipta semesta, Nabi Muhammad Saw, mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah Swt., seketika rasa sakit itu hilang tak berbekas.

 

Gua Tsur kembali dilanda senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah Saw. berjaga. Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah Saw menawarkan pangkuannya untuk beristirahat. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu. 

(Dari Berbagai Sumber)

 

 


 

 

Biodata Penults


Nama : Malihatun Nikmah, S.Pd 

Tanggal lahir : Sumenep, 29 Desember 1996.

Akun media sosial: IG;@malihatun_nikmah99, e-mail; nikhmahh@gmail.com, Facebook; Malihatun Nikmah.

Alamat : Kab. Sumenep ( Madura ), Kec. Ganding, Desa Ketawang Parebaan.

Alumnus IAIN Madura. Fakultas Tarbiyah, Prodi Tadris Bahasa Indonesia. 

Penulis menulis puisi, cerpen, opini, Cernak (Cerita Anak), Cerita Humor dan reportase. 

 

Karya tulis pernah dimuat di media cetak, daring, dan Majalah seperti: Harian Surya Surabaya, Kabar Madura, Diksi Jombang, Gebrak Gorontalo, Maarif NU Jateng Semarang, Koran Merapi Yogyakarta, Harian BMR Fox Sulawesi Utara, Majalah Anak Cerdas, KarebaIndonesia.id Makasar, Koran Solopos, dan media lainnya.

Juara 3 Lomba Cipta Puisi Kebangsaan oleh Ikatan Pelajar Nahdhlatul Ulama (IPNU) & Ikatan Pelajar Putri Nahdhlatul Ulama (IPPNU) Kec. Rubaru, Kab. Sumenep Agustus 2020.

50 Penulis Terbaik oleh Seni Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Oktober 2020.

Penulis Terpilih oleh Penerbit Azizah Publishing Malang, September 2020.

Cerpen Terpilih oleh Media KarebaIndonesia.id Makasar, Oktober 2020.

Antologi puisi bersama penerbit Azizah Publishing 2020, Antologi Puisi Bersama Seni Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2020 dan Antologi Puisi Bersama Teater Universitas Negeri Semarang 2020.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar