Pages

Cegah Speech Delayed dengan Mendongeng





Oleh: Ludwyna el Mafazania

Mempunyai seorang anak, merupakan anugrah yang diberikan Tuhan yang wajib disyukuri. Anak merupakan generasi penerus keluarga dan bangsa. Anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya, sehingga nantinya menjadi orang yang sehat secara fisik, mental, psikososial, nilai moral, spiritual dan emosional. Setiap anak sejatinya memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang senantiasa memerlukan perhatian dan pola asuh yang teliti dari orang tua untuk mencapai puncak perkembangan yang optimal, terutama pada periode emas perkembangan anak.

Gangguan keterlambatan bicara atau yang lebih dikenal dengan speech delayed semakin hari tampak semakin meningkat. Menurut beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10% pada anak sekolah. Menurut dr. Kristiantini Dewi, SpA, gangguan berbahasa dapat dibagi menjadi gangguan berbahasa ekspresif dan gangguan berbahasa campuran (ekspresif-reseptif). Gangguan berbahasa ekpresif adalah ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan ide, pikiran dan pendapatnya melalui kata-kata atau secara  verbal yang sesuai dengan usianya, sekalipun anak tersebut mempunyai pemahaman yang sesuai dengan usianya. Sedangkan gangguan berbahasa campuran (ekspresif-reseptif) adalah ketidakmampuan anak untuk mengekspresikan idenya sekaligus dengan keterbatasannya untuk memahami pembicaraan orang lain. Tentunya keadaan ini lebih buruk dibandingkan dengan sekedar gangguan berbahasa ekspresif saja.

Adapun gejala-gejala anak dengan gangguan bahasa adalah sebagai berikut :

1.      Usia 4-5 bulan.
a.       Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya.
b.      Usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

2.      Usia 8-10 bulan.
a.       Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
b.      Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
c.       Usia 9-10 bulan tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa dan menangis.



3.      Usia 12-15 bulan.
a.       Usia 12 bulan belum menunjukkan mimik, belum mampu mengeluarkan suara, dan tidak menunjukkan usaha komunikasi bila membutuhkan sesuatu.
b.      Usia 15 bulan belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”, tidak memperlihatkan 56 mimik yang berbeda, dan belum mampu mengucapkan 1-3 kata.

4. Usia 18-24 bulan.
a. Usia 18 bulan belum dapat mengucapkan 6-10 kata.
b. Usia 18-20 bulan tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
c. Usia 21 bulan belum dapat mengikuti perintah sederhana.
d. Usia 24 bulan belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telephon, belum dapat meniru tingkah laku atau kata orang lain, dan tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

5.      Usia 30-36 bulan
a.       Usia 30 bulan tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga
b.      Usia 36 bulan tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.

6.      Usia 3-4 tahun
a.       Masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.

Berbagai macam kesibukan orang tua di luar rumah hendaknya tidak menjadi alasan untuk mengesampingkan tugas utamanya sebagai orang tua dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Berbagai cara bisa dilakukan oleh orang tua dalam mengenali pertumbuhan dan perkembangan anak salah satunya dengan membacakan cerita untuknya. Sebagaimana diungkapkan oleh seseorang spesialis anak bahwa usia anak-anak (masa keemasan) masih memiliki kemampuan untuk menyerap informasi hingga 100%. Saat itu anak akan sangat peka terhadap berbagai rangsangan serta pengaruh dari luar. Anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastic, mulai dari perkembangan kognitif (berfikir), perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik, serta perkembangan sosial. Dan tingkatan perkembangan ini hanya terjadi pada saat anak berusia 0 – 8 tahun.

Seorang Psikolog Jerome Kargan dari Universitas Harvard mengatakan bahwa aktivitas komunikasi antara orang tua dan anak dengan membacakan cerita memiliki banyak manfaat yang bisa didapat oleh anak ketika mendengarkan cerita dilakukan, dan perlunya orang tua menyisihkan waktu untuk membacakan cerita meski hanya sekali atau dua kali dalam seminggu.

Selanjutnya dalam sebuah buku The Read-Aloud Handbook menghimbau kepada seluruh orang tua yang merasa telah menjadi orang tua. Kapan lagi orang tua mempunyai waktu untuk anak-anaknya, mengingat begitu singkat waktu tumbuh kembang anak, tanpa disadari anak semakin beranjak dewasa. Sementara begitu banyak waktu disediakan orangtua untuk melakukan berbagai macam aktifitas. Tentunya akan sangat lebih berharga bila di sela-sela kesibukan tetap bersedia menyempatkan diri membacakan cerita untuk anak-anak. Oleh sebab itu alangkah berwarnanya dunia anak-anak jika setiap harinya ditemani oleh orang tua mereka yang meluangkan waktunya untuk membacakan cerita untuknya.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar