Pages

Cerita Tentang Impian



Oleh Anton Sucipto, SP


Pada hari libur, Mindori dan kawan-kawannya berkumpul di taman bermain, di belakang gedung sekolah. Anak-anak itu memang merupakan sahabat yang akrab dan bersekolah di tempat yang sama pula. 

“Dudung, jika malam tiba, kau ingin bermimpi tentang apa?” tanya Mindori.

“Aku ingin bermimpi jalan-jalan ke luar angkasa bisa lihat pesawat, meteor, bintang, dan bulan bersinar,” jawab Dudung.

Soni terlihat bangkit dari duduknya.

“Aku ingin mimpi jadi orang hebat seperti Superman dan Batman. Tapi aku ingin juga jadi pemain sepakbola terkenal, seperti Allesandro Del Piero, pemain klub Juventus," timpal Soni ikut nimbrung. 

“Mimpiku ingin bisa sehebat seperti Spiderman, merayap di tembok gedung-gedung tinggi, dan menolong orang-orang yang kesusahan," sahut Coki tak mau kalah.

Wuwun lalu bertanya kepada Dora.

“Dora, kau ingin apa jika ketika malam kau bermimpi?” tanya Wuwun.

“Mimpiku ingin berenang di bawah laut luas, melihat terumbu karang, ikan-ikan lucu, ada ikan lumba-lumba,” jawab Dora seraya tersenyum.

“Kalau kau hengki?” tanya Wuwun lagi.

“Aku ingin naik onta di padang pasir yang luas dan di sana bisa memetik buah kurma untuk dimakan," sahut Hengki.

Dudung kemudian ikut memberi pertanyaan.

“Wuwun, dari tadi kamu sukanya bertanya melulu. Nih, giliranmu, jika malah hari kau ingin bermimpi tentang apa?” tanya Dudung.

“Aku ingin mimpi jadi seorang pembalap yang hebat. Nanti aku akan berlomba di sirkuit  dengan Valentino Rossi,” jawab Wuwun.

Usro yang sedari tadi diam seperti patung, tiba-tiba mengeluarkan suara cemprengnya.

“Kalau aku ingin bermimpi jadi penulis dongeng yang terkenal di seluruh dunia,” kata Usro tak mau kalah.

Dudung tertawa. Wajahnya seperti pemain sirkus.

“Aku juga pernah menulis cerita dongeng tentang si kancil!” seru Dudung.

“Mana mungkin kamu bisa menulis dongeng si kancil, kemarin saja kamu menulis cerita si monyet, tapi ceritanya aneh!” Usro meragukan perkataan dari Dudung.

“Kenapa aneh cerita yang saya tulis itu?” Dudung heran.

“Pasti aneh dong, karena kau bercerita kalau monyet itu makan rumput. Monyet itu sukanya makan pisang, bukan makan rumput!” jawab Usro sambil tertawa.

“Yang suka makan rumput itu kambing,” ujar Dora. 

“Hahaha…” semua anak tertawa, kecuali Mindori yang asyik membaca buku.

Usro lalu menghampiri Mindori. Dia menepuk bahu Mindori.

“Hei, Mindori! Kenapa kau membaca buku terus?” tanya Usro ingin tahu.

“Oh iya, maafkan saya. Saya sedang baca buku tentang dunia pertanian dan sawah pak tani," jawab Mindori tersipu malu.

Usro tampak melongo lalu mendekati Mindori.

“Mindori, jika malam hari tiba, kau ingin bermimpi tentang apa?” tanya Usro.

Mindori diam sejenak.

“Aku ingin bermimpi  menanam padi dan jagung. Nanti jika sudah panen bisa dijual ke pasar, uangnya untuk beli baju seragam sekolah, sepatu, dan buku tulis,” kata Mindori sambil tersenyum.

Mindori dan kawan-kawan lalu bermain petak umpet dengan penuh kegembiraan. Cuaca hari itu cerah berawan.

Tiba-tiba muncullah Ki Sastro di tempat itu. Ki Sastro adalah kakeknya Mindori, yang memiliki kegemaran berkebun atau bercocok tanam.

"Anak-anak, kalian kemarilah sebentar! Kakek mau bicara sesuatu yang penting!" tutur Ki Sastro sambil tersenyum ramah.

Semua anak berjalan menghampiri Ki Sastro. Mereka merasa penasaran dengan kedatangan Ki Sastro.

"Ada apa, Kakek?" tanya Mindori.

"Begini, kalau tentu punya mimpi yang ingin agar suatu saat nanti bisa teraih atau menjadi kenyataan. Mimpi kalian bagus semua, sebuah mimpi sama dengan sebuah cita-cita," ucap Ki Sastro.

"Lalu Kakek ini waktu kecil dahulu punya mimpi seperti apa?" tanya Usro penasaran.

"Pertanyaan yang bagus, kalian tahu, Kakek ini dahulu sewaktu kecil ingin jadi pengusaha  yang sukses atau bermimpi jadi penulis dongeng juga!" jawab Ki Sastro.

"Wah, saya juga ingin jadi penulis dongeng yang terkenal di seluruh dunia," sahut Usro senang.

"Cita-cita Usro sama dengan Kakek. Tetapi semua mimpi itu harus diterapkan dengan sungguh-sungguh. Kalian harus selalu rajin belajar!" ucap Ki Sastro.

"Baik, Kakek," jawab anak-anak kompak.

"Ayo sekarang kita menuju kebun milik Kakek. Nanti kita akan memanen ketela singkong," kata Ki Sastro.

Mereka bergegas berjalan mengikuti Ki Sastro menuju kebun yang tak jauh letaknya dari sana. Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di tempat tujuan.

"Nah, kita akan memanen ketela singkong disini. Kebetulan Kakek sudah menyiapkan beberapa keranjang kecil untuk menampung singkongnya," ucap Ki Sastro.

Setelah panen selesai, mereka diberi hasil panen berupa singkong yang diletakkan di dalam keranjang kecil sehingga mereka mampu membawanya. Semua anak juga diajak untuk makan singkong rebus di rumah Ki Sastro. Semuanya terasa senang dan gembira.

Penulis : Anton Sucipto, SP. Beberapa karya pernah di muat koran Suara Merdeka, koran Kedaulatan Rakyat, koran Solopos, koran Merapi, Majalah Panjebar Semangat, Kompas Klasika.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar