Pages

Pengabdian Guru Desa Terpencil



Putroe Rajwa Kamila

 Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 11 Banda Aceh 

 

Pak Ahmad adalah seorang guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri di sebuah desa terpencil yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan dan kemewahan kota. Setiap harinya Pak Ahmad harus berjalan kaki menempuh jarak yang lumayan jauh dari rumahnya dengan kondisi area jalan yang tidak mudah until dilewati. Ia harus menyeberangi sungai menggunakan rakit. Sebenarnya Pak Ahmad bukanlah penduduk desa tersebut, dia berasal dari ibukota kabupaten. Suatu hari dia melihat berita bahwa di desa tersebut kekurangan tenaga pengajar, hatinya merasa terketuk dan terpanggil untuk berbakti di desa tersebut. Hal itu dia lakukan dengan hati ikhlas tanpa mengharapkan balas jasa apapun.

Sekolah tempat Pak Ahmad mengajar adalah sekolah yang bisa dikatakan tidak seperti sekolah umumnya. MIN itu hanya memiliki 1 ruang besar berlantai tanah. Ruang besar itu kemudian  dijadikan 3 ruang dengan hanya berdinding lemari tua sebagai pemisah antar ruang. Tiap kelas hanya ada 5 s/d 10 murid dengan  jumlah guru 2 orang saja. Pak Ahmad memegang tanggung jawab sebagai guru kelas 4,5 dan 6. Namun banyak murid yang tidak masuk sekolah. Karena warga desa tersebut yang rata-rata memiliki mata pencarian sebagai petani, tidak terlalu memperdulikan pendidikan anak-anaknya. Mereka berpendapat untuk apa sekolah kalau nantinya hanya menjadi petani juga, bisa membaca saja sudah cukup bagi mereka.

Pak Ahmad merasa sangat miris melihat hal ini. Dia berharap warga desa itu memiliki pemikiran dan kehidupan lebih layak suatu saat nanti melalui pendidikan. Pak Ahmad kemudian mencoba strategi baru dalam menghadapi masalah ini. Dia menggunakan startegi menjemput bola. Beliau setiap harinya mendatangi rumah warga yang memiliki anak-anak usia MIN untuk mengajari mereka di rumahnya masing-masing. Awalnya banyak warga yang menolak niat baiknya ini, namun lama kelamaan warga pun terketuk hatinya melihat ketulusan hati Pak Ahmad. Sehingga banyak anak yang mulai datang lagi ke sekolah untuk belajar. Beberapa warga memberikan hasil panennya kepada Pak Ahmad sebagai balas jasa telah mengajar anak-anak mereka.

Setelah 15 tahun Pak Ahmad mengajar di desa tersebut. Sekarang MIN tempatnya mengajar sudah memiliki penambahan 4 ruang kelas. Ruang kelas sudah beralaskan ubin dan memiliki dinding papan sebagai pemisah ruangan, ruangan guru juga  menjadi prioritas untuk ditambah. Hal ini berkat jasa Pak Ahmad yang selalu berusaha berbicara dengan pihak kabupaten untuk meminta bantuan bagi pengembangan sekolah. 

Di usia yang meranjak senja, Pak Ahmad masih mengabdi di desa tersebut. Banyak muridnya yang telah melanjutkan sekolah ke kota kabupaten dan berhasil di sana. Beliau pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia atas jasa-jasanya dalam dunia pendidikan. Harapannya hanya agar dunia pendidikan di desa-desa terpencil tidak jauh ketinggalan dengan di kota besar. Mari kita hargai jasa guru kita, karena guru-guru kita lah yang membuat kita sekarang menjadi sukses.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar