Pages

Taman Baca


 


Oleh Faris Al Faisal

 

SABAN minggu pagi, di Taman Cimanuk riuh rendah. Mereka datang untuk menikmati berbagai fasilitas taman seperti; bangku taman yang indah, mainan ayunan, prosotan, kuliner Indramayu, perahu bebek, pertunjukkan hewan reptil, dan Taman Baca.

            Pagi itu keluarga Zallumy sengaja datang berkunjung dari kampung ke taman kota. Mereka terdiri dari Ayah, Ibu, Zallumy, Zain dan Ziyad. 

            “Apakah kalian mau naik perahu bebek?” tanya Ayah kepada ketiga anaknya.

            “Mau Ayah,” jawab Zallumy, “tapi kami ingin melihat-lihat seisi taman ini dulu.”

            “Baiklah, Ayah dan Ibu menunggu di bangku ini, ya,” seru Ibu Zallumy.

            Zallumy, Zain dan Ziyad berkeliling-keliling. Mereka melihat banyak hal yang menakjubkan. Biasanya taman kota dibangun di tengah kota. Tetapi ini di bantaran sungai, sehingga pemandangannya pun lebih asri.

            Namun, Zallumy melihat ada banyak buku berjejeran dipajang di sepanjang bantaran. “Dik, bagaimana kalau kita lihat buku-bului itu. Siapa tahu ada yang menarik.”

            “Baik, Kak,” tukas kedua adiknya.

            Tidak lama kemudian, mereka sudah berada di Taman Baca. Taman baca itu hanya disediakan setiap minggu pagi.     

             “Ayo Dik, silakan dibaca buku-bukunya, gratis,” ucap Kak Anis dengan wajah ceria macam sang bagaskara pagi yang tersembul di timur cakrawala di antara rimbun pohon flamboyan. Ia menyambut tiga anak kakak beradik yang pagi itu datang berkunjung bersama orang tuanya.

            “Ini ada banyak buku dongeng, kisah pilihan ataupun novel anak,” sambung Kak Julia yang sama cantiknya, menawarkan buku-buku itu pada Zallumy dan kedua adiknya.

            “Atau Adik ingin menggambar? Ini bisa ambil kertas dan pencil warnanya, semuanya gratis,” seru kak Bahar sambil menyodorkan alat tulis itu pada Zain dan Ziyad.

            Kak Anis, Kak Julia dan Kak Bahar adalah relawan literasi Taman Baca di Taman Cimanuk yang melakukan kegiatan ngamparbuku dengan menggelar bacaan gratis tiap hari minggu pagi untuk pengunjung Taman. Selain kegiatan tersebut, sesekali ada pembacaan puisi, tadarus sastra, bedah buku ataupun bincang-bincang yang menghadirkan tokoh sastra lokal maupun nasional. 

            “Wah, bukunya banyak sekali! Keren, Kak!” seru Zallumy, “Mana ya?” Tampaknya bocah berambut panjang dan bermata jeli itu bingung. “Ehm, ini sajalah, kumcer Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek,” pilihnya kemudian. 

            “Oh, silakan Dik, silakan dibaca.” 

            “Zain menggambar saja ya, Kak!”  

            “Ziyad juga gambar, Kak!”

            “Boleh, boleh ....” jawab Kak Anis, Kak Julia, dan Kak Bahar kompak. 

“Kalau gambarnya dapat nilai 9, nanti dapat hadiah buku tulis ini,” seru Kak Tasuka yang baru datang sambil menunjukkan hadiah yang sudah dipersiapkan. 

Kak Tasuka juga adalah relawan literasi. Di rumahnya, ia memiliki taman baca, namanya Lentera Hati. Tempatnya di dekat hutan mangrove Karangsong, sehingga anak-anak yang berkunjung selain membaca juga dapat menikmati pemandangan yang asri dari hutan bakau dengan biota laut atau berbagai unggas yang bersarang di rimbun daunnya.    

“Wah, tambah semangat nih! Ayo kita berlomba, Dik!” Zain menyemangati Ziyad, Zallumy tersenyum memandangi kedua adiknya.   

            Ketiganya kemudian bergegas mengambil tempat yang tersedia di taman untuk membaca dan menggambar. Ziyad memperhatikan orang-orang di sungai yang ternyata darinya ia mendapatkan ide untuk melukis perahu bebek. Lain halnya Zain, ia menggambar hewan reptil yang dipertunjukkan oleh komunitas pecinta reptil seperti biawak, iguana, dan anak buaya. Sementara kakak mereka, Zallumy, sudah asyik dengan bacaannya. 

            Beberapa saat kemudian, banyak anak-anak dan pengunjung taman lainnnya pun mulai datang berkerumun memilih buku bacaan. Mereka merasa tertarik dengan adanya taman baca di Taman Cimanuk. Selain berwisata di taman kota, mereka pun dapat tambahan ilmu dengan membaca buku atau melukis di keindahan taman.

            Bukan hanya anak-anak, bahkan orang dewasa pun banyak yang memanfaatkannya. Sambil menunggu anak-anaknya bermain, menggambar atau membaca, mereka pun ikut pula membaca.

“Wah, ternyata kalian ada din sini! Ayah dan Ibu mencari kalian,” serunya lelaki yang berjalan bersama perempuan berkerudung mendekati Zallumy, Zain dan Ziyad.  

“Lo, kalian mendapatkan mendapatkan buku dan gambar itu dari mana?” tanya Ibu penasaran. 

“Maafkan kami, tadi kami berkeliling taman dan menjumpai ada taman baca. Kami bertiga memutuskan untuk tidak bermain, tapi membaca dan menggambar di sini. Gratis kok, Ayah.”

“Bahkan ada hadiahnya, Bu,” timpal Ziyad.

“Hadiah bagaimana?” tanya Ayah.

“Iya, kalau gambar kami dapat nilai 9 akan diberi buku tulis, Bu,” jelas Zain.

“Benar, bahkan kalau Ayah dan Ibu mau, bisa membaca buku-buku itu, semuanya gratis,” tunjuk Zallumy ke arah hamparan buku. Kak Julia dan Kak Anis rupanya memperhatikan dari kejauhan itu tersenyum sambil mengangguk.

“Ayo Bu, kita lihat buku-buku itu!” ajak Ayah antusias.

Zain dan Ziyad telah menyelesaikan gambarnya. Keduanya lantas menyerahkan hasilnya kepada Kak Tasuka yang sedang berbincang dengan Ayah mereka.

“Ini gambarnya, Kak.”

“Sudah selesai? Wah, bagus sekali!” ucap Kak Tasuka sambil membolak-balik hasil lukisan Zain dan Ziyad. Ia mengambil pulpen dan menilainya.

“Ini hasil nilainya.”

“Sembilan semua, Kak Zain,” seru Ziyad.

“Dan ini hadiahnya, masing-masing 1 buku tulis,” ucap Kak Julia diikuti Kak Anis dan Kak Bahar. 

“Hore! Hore!” Zain dan Ziyad melompat girang. 

“Wah, kalian anak-anak Ayah yang hebat!”

“Kalian dapat hadiahnya?” tanya Ibu dan Zallumy menghambur.

“Benar Bu, Kak Zallumy, lihatlah!” 

“Wah, keluarga hebat!” puji Kak Tasuka.

Hari sudah cukup siang. Keluarga Zallumy pulang dengan dilepas senyum dari Kak Tasuka dan ketiga kawannya. Mereka berencana akan mengunjungi kembaili Taman Baca di Taman Cimanuk bulan depan. []

Indramayu, 2018  


 

 

 

Faris Al Faisallahir dan berdikari d(ar)i Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Tulisan cernak dan fabelnya tersiar di NUBI Kompas, Suara Merdeka, Solopos, dan Padang Ekspres. 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar