![]() |
Ilustrasi by AI |
Ditulis kembali oleh Muliana, S.Pd.
Guru SDN 8 Meureudu, kabupaten Pidie Jaya Aceh.
Al kisah di sebuah desa hiduplah seorang putri cantik yang bernama Putro Intan. Putro Intan berasal dari keluarga terpandang di kampungnya, ia memiliki orang tua yang baik dan sangat menyayanginya. Sehari-hari putro Intan bergaul dengan pengasuhnya di rumah.
Rumah putro Intan merupakan rumah khas masyarakat Aceh, yaitu rumah Aceh, terbuat dari kayu yang kokoh dan estetik, rumah yang memiliki dua ramoe, dan terdiri dari beberapa bara atau tiang rumah sangat indah dan nyaman bagi keluarga Putro Intan. Rumah Putro Intan dikelilingi dengan perkebunan kelapa.
Mak dan Abu Putro Intan sangat baik mendidik putrinya. Sehingga ia tumbuh menjadi gadis cantik, sopan dan berhati mulia. Sehari-hari mak dan abu putro Intan senantiasa menasehati Putro Intan, mengingatkan ia akan kewajiban yang harus dilakukan Putro Intan.
“Putro sudah shalat ashar?” tanyak mak putro Intan.
“sudah mak” jawab Putro Intan dengan lembut.
“nanti malam, selesai shalat magrib Putro ngaji al quran dengan mak ya!” ajak mak Putro Intan dengan penuh kasih.
“Baik mak”, jawab Putro intan.
“Ya sudah, Putro mandi terus, abu sebentar pulang” kata mak putro intan.
“Baik mak” jawab putro Intan.
Mak Putro Intan sehari-hari selalu mengingatkan Putro Intan. Ketika bermain di perkarangan rumah, jika Putro Intan menemukan telur yang ukurannya besar, jangan ambil apalagi dibawa pulang ke rumah untuk dimakan.
“Putroe, hari ini bermainnya di mana saja?” tanya mak Putro Intan.
“Putroe main di bawah mak, di halaman depan”, jawab Putro intan.
Hingga pada suatu hari mak dan abu Putroe Intan pergi berkunjung ke kampung sebelah. Putroe Intan tinggal di rumah Bersama pengasuhnya. Ketika sedang bermain-main, Putroe Intan menemukan telur yang ukurannya lebih besar dari telur biasanya. Putroe Intan mengambil dan membawa telur tersebut ke dapur dengan menyembunyikan dari Wak Mah, panggilan pengasuh Putroe Intan sekaligus yang mengerjakan semua pekerjaan rumah keluarga Putroe Intan.
Putroe Intan sangat penasaran dengan telur besar tersebut yang ada di tangannya. Keinginannya pun untuk menyicipi sudah sangat besar, namun rasa penasarannya dipatahkan oleh pesan mak.
“Putroe tidak boleh penasaran dengan telur itu, Putroe harus melupakan telur jelek itu” bisik Putroe Intan dalam hati.
Pelan-pelan Putroe Intan beranjak dari kamar nya menuju ke dapur, sampai di dapur ternyata tidak ada orang. Putro Intan pun terus dibisik oleh pikirannya, untuk mencoba memasak telur besar tersebut.
Rasa penasaran dan kesempatan telah membuat Putroe Intan melanggar nasehat mak. Putroe Intan dengan penuh hati-hati, mengambil panci lalu mencuci telur tersebut. Putroe Intan pun merebuslah telur tersebut.
Putroe Intan menunggu matang telur sambil mengintip pengasuhnya, agar tidak ketahuan. Tidak lama kemudian, matanglah telur tersebut. Putroe Intan segera mencuci panci tersebut, lalu merapikan kembali dapur, agar tidak ada yang tahu bahwa ia telah merebus telur besar yang ditemukannya di halaman rumah. Putroe Intan segera membawa telur rebus tersebut ke kamarnya, sesampai di kamar, Putro Intan menutup pintu kamarnya pelan-pelan dan rapat.
Tidak menunggu lama, Putro Intan segera mengupas kulit telur tersebut di dalam kamar tidurnya.
“Kenapa mak melarang Putroe tidak boleh makan telur ini ya, seperti enak, apalagi telurnya besar pasti sangat lezat”. Guman Putroe dalam hatinya.
“Baiklah, saatnya mencoba, Bismillahirahmanirahhim”, ucap Putroe Intan dengan pasrah.
Setelah beberapa menit kemudian, Putroe Intan pun habis menyantap telur hasil direbus olehnya.
“Alhamdulillah, wahh lezat sekali, masak lezat seperti ini mak melarang Putroe makan”
Ucap Putroe Intan sendiri.
Hal wajar terjadi setelah siap makan Putro merasa haus. Putroe Intan pun segera ke dapur sambil membawa caproek yang dibawa ke kamar untuk makan telur tadi. Ia pun minum segelas air. Setelah beberapa saat kemudian Putroe Intan kembali merasa haus dan gerah. Ia pun segera mengambil minum dengan jumlah yang lebih banyak.
Namun tidak seperti biasanya, Putroe Intan semakin minum semakin gerah, hingga akhirnya Putroe Intan memanggil wak Mah yang sedang istirahat di kamarnya.
“wak mah, Putroe sangat haus” dengan nada panik.
“mari wak Mah ambil minum Putroe” jawab wak Mah
Wak Mah pun segera mengambil minum di dapur untuk Putro dengan membawa cerek minum ke hadapan Putroe.
“wak Mah, Putro masih haus” kata Putroe Intan
“Astaghfirullah, kenapa Putroe bisa haus dan gerah seperti ini” ucap wak mah dengan rasa panik.
Dengan perasaan panik wak mah pun membawa Putroe Intan ke kamar mandi, kamar mandi yang terdapat sumber air langsung dari sumur tersebut. Wak Mah dengan ketakutan bercampur rasa panik terus menimba air untuk bisa diminum oleh Putroe Intan. Putroe Intan pun dengan cepat menghabisi air yang ada di guci rumahnya.
“kenapa kamu Putroe, aneuk meutuah, bisa haus seperti ini?” tanya wak Mah.
“Wak Mah, maafkan Putroe. Putroe melanggar larangan mak hari ini. Putroe tadi menemukan telur besar, Putroe pun merebus lalu menyantap telur tersebut tadi” jawab Putroe dengan jujur.
“Putroe, telur yang Putroe makan itu bukan telur bebek, atau angsa milik kita, tapi itu telur ular”. Ucap wak Mah.
Putroe Intan terus merasa haus, gerah dan kepanasan, tiba-tiba sampailah mak dan abu ke rumah pulang dari kampung sebelah.
Mak dan abu Putroe Intan pun sangat panik dan merasa sangat menyesal dengan keadaan yang dialami Putroe Intan.
“Putroe anakku, apa yang terjadi pada kamu wahai anakku, wak mah, kenapa Putroe wak Mah?” tanya abu
Mak putro Intan terus menangis sejadi-jadinya.
“putroe anakku, aneuek meutuah mak, kenapa seperti anakku” ucap mak sangat menyesal.
“Putroe tadi makan telur besar yang mak dan abu larang” jawab Putroe Intan sambil menangis menahan panas dan haus yang luar biasa.
Kegaduhan yang terjadi di rumah Putroe Intan pun terdengar ke tetangga-tetangganya. Masyarakatpun menyaksikan musibah yang terjadi pada Putroe Intan. Perlahan-lahan tubuh Putroe Intan berubah, seluruh tubuh bersisik, hingga abu Putro Intan dan masyarakat mengambil tiang rumah yang terbuat dari kayu untuk diikat di tubuh Putroe Intan, agar dengan mudah di bawah Putroe Intan ke laut.
Putroe Intan perlahan-lahan berubah menjadi sosok ular besar, ternyata telur yang dimakan Putroe Intan adalah telur ular.
Hingga sekarang sebagian masyarakat masih percaya di laut ada sosok Putroe Intan. ia akan muncul ketika petir dan gemuruh di laut sebuah pertanda bahwa Putroe Intan sedang merindukan daratan dan Putroe intan sedang berada di tepi pantai.
- Pesan yang terkandung dalam cerita Putroe Intan yaitu patuhi nasehat orang tua, jauhi hal yang tidak jujur.
Rumah putro Intan merupakan rumah khas masyarakat Aceh, yaitu rumah Aceh, terbuat dari kayu yang kokoh dan estetik, rumah yang memiliki dua ramoe, dan terdiri dari beberapa bara atau tiang rumah sangat indah dan nyaman bagi keluarga Putro Intan. Rumah Putro Intan dikelilingi dengan perkebunan kelapa.
Mak dan Abu Putro Intan sangat baik mendidik putrinya. Sehingga ia tumbuh menjadi gadis cantik, sopan dan berhati mulia. Sehari-hari mak dan abu putro Intan senantiasa menasehati Putro Intan, mengingatkan ia akan kewajiban yang harus dilakukan Putro Intan.
“Putro sudah shalat ashar?” tanyak mak putro Intan.
“sudah mak” jawab Putro Intan dengan lembut.
“nanti malam, selesai shalat magrib Putro ngaji al quran dengan mak ya!” ajak mak Putro Intan dengan penuh kasih.
“Baik mak”, jawab Putro intan.
“Ya sudah, Putro mandi terus, abu sebentar pulang” kata mak putro intan.
“Baik mak” jawab putro Intan.
Mak Putro Intan sehari-hari selalu mengingatkan Putro Intan. Ketika bermain di perkarangan rumah, jika Putro Intan menemukan telur yang ukurannya besar, jangan ambil apalagi dibawa pulang ke rumah untuk dimakan.
“Putroe, hari ini bermainnya di mana saja?” tanya mak Putro Intan.
“Putroe main di bawah mak, di halaman depan”, jawab Putro intan.
Hingga pada suatu hari mak dan abu Putroe Intan pergi berkunjung ke kampung sebelah. Putroe Intan tinggal di rumah Bersama pengasuhnya. Ketika sedang bermain-main, Putroe Intan menemukan telur yang ukurannya lebih besar dari telur biasanya. Putroe Intan mengambil dan membawa telur tersebut ke dapur dengan menyembunyikan dari Wak Mah, panggilan pengasuh Putroe Intan sekaligus yang mengerjakan semua pekerjaan rumah keluarga Putroe Intan.
Putroe Intan sangat penasaran dengan telur besar tersebut yang ada di tangannya. Keinginannya pun untuk menyicipi sudah sangat besar, namun rasa penasarannya dipatahkan oleh pesan mak.
“Putroe tidak boleh penasaran dengan telur itu, Putroe harus melupakan telur jelek itu” bisik Putroe Intan dalam hati.
Pelan-pelan Putroe Intan beranjak dari kamar nya menuju ke dapur, sampai di dapur ternyata tidak ada orang. Putro Intan pun terus dibisik oleh pikirannya, untuk mencoba memasak telur besar tersebut.
Rasa penasaran dan kesempatan telah membuat Putroe Intan melanggar nasehat mak. Putroe Intan dengan penuh hati-hati, mengambil panci lalu mencuci telur tersebut. Putroe Intan pun merebuslah telur tersebut.
Putroe Intan menunggu matang telur sambil mengintip pengasuhnya, agar tidak ketahuan. Tidak lama kemudian, matanglah telur tersebut. Putroe Intan segera mencuci panci tersebut, lalu merapikan kembali dapur, agar tidak ada yang tahu bahwa ia telah merebus telur besar yang ditemukannya di halaman rumah. Putroe Intan segera membawa telur rebus tersebut ke kamarnya, sesampai di kamar, Putro Intan menutup pintu kamarnya pelan-pelan dan rapat.
Tidak menunggu lama, Putro Intan segera mengupas kulit telur tersebut di dalam kamar tidurnya.
“Kenapa mak melarang Putroe tidak boleh makan telur ini ya, seperti enak, apalagi telurnya besar pasti sangat lezat”. Guman Putroe dalam hatinya.
“Baiklah, saatnya mencoba, Bismillahirahmanirahhim”, ucap Putroe Intan dengan pasrah.
Setelah beberapa menit kemudian, Putroe Intan pun habis menyantap telur hasil direbus olehnya.
“Alhamdulillah, wahh lezat sekali, masak lezat seperti ini mak melarang Putroe makan”
Ucap Putroe Intan sendiri.
Hal wajar terjadi setelah siap makan Putro merasa haus. Putroe Intan pun segera ke dapur sambil membawa caproek yang dibawa ke kamar untuk makan telur tadi. Ia pun minum segelas air. Setelah beberapa saat kemudian Putroe Intan kembali merasa haus dan gerah. Ia pun segera mengambil minum dengan jumlah yang lebih banyak.
Namun tidak seperti biasanya, Putroe Intan semakin minum semakin gerah, hingga akhirnya Putroe Intan memanggil wak Mah yang sedang istirahat di kamarnya.
“wak mah, Putroe sangat haus” dengan nada panik.
“mari wak Mah ambil minum Putroe” jawab wak Mah
Wak Mah pun segera mengambil minum di dapur untuk Putro dengan membawa cerek minum ke hadapan Putroe.
“wak Mah, Putro masih haus” kata Putroe Intan
“Astaghfirullah, kenapa Putroe bisa haus dan gerah seperti ini” ucap wak mah dengan rasa panik.
Dengan perasaan panik wak mah pun membawa Putroe Intan ke kamar mandi, kamar mandi yang terdapat sumber air langsung dari sumur tersebut. Wak Mah dengan ketakutan bercampur rasa panik terus menimba air untuk bisa diminum oleh Putroe Intan. Putroe Intan pun dengan cepat menghabisi air yang ada di guci rumahnya.
“kenapa kamu Putroe, aneuk meutuah, bisa haus seperti ini?” tanya wak Mah.
“Wak Mah, maafkan Putroe. Putroe melanggar larangan mak hari ini. Putroe tadi menemukan telur besar, Putroe pun merebus lalu menyantap telur tersebut tadi” jawab Putroe dengan jujur.
“Putroe, telur yang Putroe makan itu bukan telur bebek, atau angsa milik kita, tapi itu telur ular”. Ucap wak Mah.
Putroe Intan terus merasa haus, gerah dan kepanasan, tiba-tiba sampailah mak dan abu ke rumah pulang dari kampung sebelah.
Mak dan abu Putroe Intan pun sangat panik dan merasa sangat menyesal dengan keadaan yang dialami Putroe Intan.
“Putroe anakku, apa yang terjadi pada kamu wahai anakku, wak mah, kenapa Putroe wak Mah?” tanya abu
Mak putro Intan terus menangis sejadi-jadinya.
“putroe anakku, aneuek meutuah mak, kenapa seperti anakku” ucap mak sangat menyesal.
“Putroe tadi makan telur besar yang mak dan abu larang” jawab Putroe Intan sambil menangis menahan panas dan haus yang luar biasa.
Kegaduhan yang terjadi di rumah Putroe Intan pun terdengar ke tetangga-tetangganya. Masyarakatpun menyaksikan musibah yang terjadi pada Putroe Intan. Perlahan-lahan tubuh Putroe Intan berubah, seluruh tubuh bersisik, hingga abu Putro Intan dan masyarakat mengambil tiang rumah yang terbuat dari kayu untuk diikat di tubuh Putroe Intan, agar dengan mudah di bawah Putroe Intan ke laut.
Putroe Intan perlahan-lahan berubah menjadi sosok ular besar, ternyata telur yang dimakan Putroe Intan adalah telur ular.
Hingga sekarang sebagian masyarakat masih percaya di laut ada sosok Putroe Intan. ia akan muncul ketika petir dan gemuruh di laut sebuah pertanda bahwa Putroe Intan sedang merindukan daratan dan Putroe intan sedang berada di tepi pantai.
- Pesan yang terkandung dalam cerita Putroe Intan yaitu patuhi nasehat orang tua, jauhi hal yang tidak jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar