Pages

MANGGADONG



Oleh  Dewi Ayu Larasati, SS, M.Hum

Berdomisili di Medan, Sumatera Utara


Pagi hari, seperti biasanya ibunyaLian sudah berangkat ke ladang untuk menanam padi bersama petani lainnya. Dengan menenteng cangkul dan sabit, para petani ini terlihat begitu merasakan kedamaian di hatinya. Nyanyi kecil burung kenari yang indah bagai simfoni mengiringi perjalanan mereka ke ladangnya.  Sinar matahari tampak menembusranting-ranting cokelat, menerangi setiap sudut alam pagi itu.

Hari Minggu ini Lian tidak ikut berladang membantu ibunya. Ia tinggal di rumah untuk mengurus ayam dan itik yang memang telah mereka pelihara sejak lama. Telur-telur yang mereka dapat nantinya akan dijual ke pasar. Biasanya Tulang Rahmat yang membawanya ke pasar dengan sepeda motor karena letaknya cukup jauh dari pemukiman mereka.  Lian termasuk anak yang rajin dan tidak pernah mengeluh walaupun ia hidup serba berkekurangan. 

“Opung, ayam kita sudah lumayan banyak ya. Aku bisa menghitungnya, Pung. Hmm, satu…dua…tiga...empat…lima…enam…tujuh…delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas....hmm...dua puluh ekor ya, Pung. Benar ya, Opung?” Lian tampak bersemangat menghitung jumlah ternak ayamnya itu. 

“Pintar kau Lian. Semuanya memang ada dua puluh ekor sekarang. Itu karena kerja keras kita memeliharanya dengan baik,” jawab Opung bahagia.

“Kalau itik, hmm...sepertinya jumlahnya lebih sedikit dari jumlah ayam ya, Pung,”ujar Lian sambil mencoba menghitung pasti jumlah itik-itiknya itu. 

“Iya, Opung rasa kita hanya punya dua belas ekor itik sekarang,” jawab Opung meyakinkan Lian.

“Kata Umak, dulu waktu amang masih hidup, kita cuma punya empat ekor ayam ya, Pung,” tanya Lian lagi. 

“Iya, Lian. Dulu amangmu yang membelinya di pasar waktu mengantar hasil pertanian dari ladang Nanborumu.  Amangmu itu dari kecilnya memang suka sekali memelihara ayam.”

“Aku juga suka melihara ayam, Pung. Apalagi dengar suara ‘kukuruyukkk….’. Aku jadi semangat untuk bangun pagi, Pung.”

“Betul, Lian. Bangun pagi itu justru membuat badan kita sehat. Apalagi sinar matahari pagi buat tulangmu kuat, Lian. Dulu waktu opung pernah sekolah, guru opung pernah katakan kalau sinar matahari pagi mengandung vitamin D, Lian.”

“Vitamin D itu apa, Pung?”

“Vitamin D itu zat yang baik buat pertumbuhan tulang dan gigi. Kita bisa dapatkan dari makanan juga. Seperti susu, ikan, telur…”

Lian pun mengangguk tanda paham. 

 “Oh ya, sebentar lagi kau kan mau ke surau untuk belajar agama bersama teman-temanmu, Lian. Habis ini kau mandi, terus makan ya. Opung ada merebus ubi tadi. Masih hangat.  Kau makan dulu sebelum pergi. “

“Iya, Pung….Oh ya, kalau ubi itu bagus juga ya Pung, buat tubuh kita.”

 “Iya, betul Lian. Ubi itu mengandung karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Setau Opung, ubi juga mengandung vitaminUbi jalar yang Opung masak ini juga mudah dicerna perut, jadi kita tidak mudah sakit. Makanya nenek moyang kita dulu sudah terbiasa makan ubi, buktinya tulang mereka keras dan ototnya besar-besarTradisi inilah yang kita kenal sebagai ‘Manggadong’ itu Lian. “

“Oh, gitu ya Pung. Jadi, dibandingkan dengan beras…mana yang lebih bagus, Pung?”

“Ya,…kalau kita lihat dari kandungannya, gizi yang ada pada ubi atau ketela rambat itu lebih banyak dari beras tentunya, Lian. Makanya bisa menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok,” jelas Opung.

“Terus…selain ubi, makanan apa lagi yang bisa bermanfaat buat kita sebagai pengganti nasi, Pung?” tanya Lian penasaran.

“Oh…banyak sekali, Lian. Indonesia ini kan sumber pangan dunia, kekayaan alam di Indonesia cukup besar. Hampir semua jenis tanaman ada di Indonesia. Jagung, sagu, pisang, kacang-kacangan juga baik buat kesehatan kita, Lian. Masyarakat di kawasan timur Indonesia, seperti Ambon dan Papua sangat suka makan sagu dibanding nasi. Bahkan beberapa wilayah Indonesia seperti Madura dan Nusa Tenggara juga suka mengkonsumsi jagung ,” jelas Opung membuat Lian mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Oh…aku jadi mengerti sekarang, Pung. Opung kok bisa tau ya?”

“Ya, Opung kan dulu juga sekolah, Lian, walau cuma sebentar.  Waktu mendiang amangmu masih hidup, dia juga sering membawa koran-koran dan majalah bekas yang didapatnya di pasar ke rumah. Jadi Opung sering membaca banyak hal dari berita-berita yang ada di koran-koran itu. Nah, dari situlah Opung mendapat informasi.”

Tiba-tiba terdengar suara anak-anak di luar ramai memanggil Lian.

“Assalamu’alaikum Lian...Lian...ayo kita berangkat ke surau,” 

“Oh ya Pung, teman-temanku sudah datang menjemputku. Aku berangkat dulu ya, Pung.”

Lian pun berangkat menuju surau untuk belajar mengaji bersama teman-temannya. 

 

 

*ManggadongDalam bahasa Batak, "gadong" berarti ubi, sedangkan "manggadong" adalah  tradisi mengonsumsi ubi, baik sebagai makanan utama maupun panganan untuk kegiatan tertentu.

Tulang= sebutan khusus orang Batak kepada saudara laki-laki dari Ibu (paman)

Opung= orangtua ayah atau ibu (nenek/kakek)

Umak  = bentuk tidak baku dari emak

Amang= bapak

  

 

 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar