Pages

Menyikapi Anak Keras Kepala


Dok. Anak Cerdas



Oleh: Selo Wasono
Domisili  di  Jakarta 


Adakalanya anak-anak masa usia 2 sampai 5 tahun menjadi suka melawan, bersikeras pada kemauannya dan mengikuti keinginan sekehendak hatinya. Ini adalah fase sangat alami bagi masa pertumbuhan kejiwaananakpada rentang usia tersebut. Karena usia ini adalah fase dimana anak-anak mulai menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen, berjiwa merdeka, di antara orang-orang dewasa di setiap wilayah ia menghabiskan banyak waktunya, ataupun tempat seringnya ia beraktifitas dalam sehari-harinya terutama di tengah lingkungan keluarganya.

Tetapi pun, perilaku anak yang demikian itu akan sangat tergantung kepada kebiasaan yang berlaku di wilayah ataupun tempat kebiasaan ia menghabiskan waktu-waktu kesehariannya. Sebab pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, khususnya dalam hal pembentukkan karakter awal pada anak seperti halnya suka melawan ataupun keras kepala, lebih cenderung disebabkan meniru perbuatan orang-orang dewasa di sekeliling terdekatnya.

Pada kasus yang bersifat khusus, ada yang dilatar belakangi oleh karakter budaya setempat yang memang memiliki khas logat bersikap keras atau intonasi bicara bernada tinggi, maupun karena ia malah tinggal di sekitar kawasan pola berkehidupan yang keras/ketat dalam persaingan hidup. Sedangkan kasus bersifat umum, kebanyakan dilatar belakangi seringnya anak menyaksikan pertikaian orang-orang dewasa ataupun orangtuanya yang suka bertengkar di hadapannya.

Kasus umum lainnya, banyak orangtua yang memanjakan dengan selalu menuruti yang anak inginkan demi mewujudkan kasih sayang, tapi suatu ketika pada kondisi terpaksa tidak bisa memenuhi suatu keinginannya sebagaimana biasanya, tentu anak memprotes, menuntut hak manjanya bahkan bisa-bisa ia melawan. Tapi sebaliknya, tidak adanya ikatan kasih sayang dan pemahaman orangtua terhadap situasi bathin anakpun juga bisa menjadikan penyebab. Semisal dikala terlahir adik baru tentu mengkondisikan perhatian seluruh keluarga terpusat kepada sang bayi, yang membuat anak merasa perhatian kepadanya terampas dan dirinya dikesampingkan. Begitulah perasaan anak. Padahal, itu sebab kesalahan orangtuanya yang tidak memberikan penjelasan yang dapat membuatnya mengerti, bahwa seorang bayi sangat membutuhkan perhatian lebih khusus seperti halnya ia semasa bayi dulu.

Banyak orangtua mengeluhkan karakter anaknya yang keras kepala. Ketika diberi pengertian atas apa yang diinginkannya tidak bisa orangtuanya penuhi, tapi anak merajuk dan uring-uringan dengan menuding orangtuanya tidak lagi sayang-lah, tidak adil-lah, pelit-lah, dan seterusnya malah kadang sampai mempermalukan orangtuanya. Ada lagi tipe anak yang dilarang agar tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas atau membahayakannya, tapi kian mengamuk bahkan melawan. Kiat jitu apa gerangan untuk memulihkan anak yang keras kepala dan suka melawan?
Kunci utamanya ialah pada jiwa besar kita untuk berani mengakui bahwa Ayah atau Bunda, pasti ada yang berkarakter keras kepala. Cuma tidak pernah disadari bahwa karakter kita bisa menurun sebagai karakter anak. Atau boleh jadi, jika setiap hari anak-anak melihat sikap salah satu orangtuanya ada yang sukar dinasehati, masih suka sekendak hati, tidak menghargai pendapat/peringatan orang lain, maka tentu direkam di benaknya dan lalu ditirunya. Makanya, mulailah kita merendahkan hati. Yang dahulunya kita kurang mau mendengarkan orang lain, kita mulailah belajar mendengarkan. Supaya kian tumbuh sifat empati dan mudah mengerti perasaan dan kemauan anak. Kebutuhan terpenting anak adalah ingin didengar suara hatinya.


Bersikaplah lebih fleksibel dan seimbang dalam mendidikanak. Tidak terlalu memanjakan tapi juga tidak terlalu keras/kaku. Berikan perhatian, kasih, dan sayang yang semestinya. Minimalisir pemanjaaan anak dengan materi. Jika pun anak mudah mengamuk, suka melawan, dan bosan atas apa yang pernah dibelikan, sebenarnya itu kompensasi dari ungkapan adanya bagian hatinya yang kosong, yang butuh diisi dengan kasih, sayang dan kehangatan dari segenap keluarganya.

Orangtua yang bijak mempunyai kepekaan terhadap buah hatinya, selalu berusaha melakukan observasi yang baik dan memberikan pilihan yang tepat bagi sang buah hati. Yang terbaik menurut orangtua kadang bukanlah yang terbaik bagi anak. Disinilah terkadang kita temui kesalahpahaman antara orangtua dan anak. Agar pilihan orangtua dan anak selaras, perlu sekali adanya observasi dan komunikasiyang intens. Bukan kuantitas waktu kebersamaan anda dengan anak melainkan kualitas mengisi waktu anda ketika bersama dengan anak. Dengan kedekatan inilah, orangtua akan semakin memahami isi hati anak sehingga pemikiran orangtua dengan sang buah hati pun bisa menyatu, sekaligus meminimalisir batasan dan kesenjangan antara orangtua dengan anak. Pada akhirnya, anda bisa menasehati anak dengan bijak dan anak pun mau mendengarkannya dengan arif dan akan segan bila ia mencoba tak menurutinya.

Saat menasehati anak, lebih bijak pada waktu dan tempat yang tepat. Tidaklah disaat anak tengah beraktifitas bersama temannya dan tidak pula di depan umum. Bermaksud merubah sikap anak dengan mempermalukan ia di tempat umum, sama halnya kita mengajarkan kepada anak bahwa mempermalukan seseorang di tempat umum adalah satu sikap wajar. Sikap kita lainnya yang juga harus dipelajari yakni; berkata dan berbicara sesuatu kepada anak harus dengan nada lembut dan tanpa penekanan-penekanan, apalagi sampai ada unsur paksaan harus menurut. Pasti anak cenderung menentang/melawan. Untuk mengajari anak menjadi penurut, tidaklah orangtua harus bersikap dengan pola gaya mengultimatum anak. Misalkan dalam hal melarang, janganlah membiasakan melontarkan kata-kata yang diakhiri dengan nada ancaman, melainkan dengan himbauan atau arahan yang semestinya dan dengan penjelasan segala manfaat dan akibat. Sehingga, anak kian merasakan kulitas kedekatan orangtuanya, dan anak pun terbiasa diperlakukan dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip saling menghormati dan atas azaz kebersamaan. Hingga lama kelamaan anak menjadi sadar, bahwa melawan dan keras kepala bukanlah sikap terhormat dan juga bukanlah sikap menghormati orang lain.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar