🌈 Tiga Hati Kecil dan Pelangi Harapan


Ilustrasi by AI


Oleh Tabrani Yunis

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah dan pegunungan, hiduplah tiga bersaudara: Kak Nayla yang bijak, Aqila si penyayang, dan Arisya si kecil yang gemar membaca. Setiap pagi, mereka sarapan bersama di meja kayu tua yang menghadap ke jendela. Hari itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik awan, seolah ingin ikut mendengarkan percakapan mereka.

Sambil menyeruput susu hangat dan menyantap roti isi cokelat, Arisya membuka tablet kecilnya. Ia membaca berita tentang banjir besar yang melanda banyak daerah di Aceh—Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, hingga Aceh Selatan. Rumah-rumah hanyut, sekolah-sekolah rusak, dan anak-anak seusia mereka kini tinggal di tenda-tenda pengungsian.

“Kasihan ya, Kak,” gumam Aqila lirih. “Mereka pasti nggak bisa sarapan enak seperti kita.”

Nayla mengangguk. “Iya, bahkan mungkin mereka nggak punya pakaian bersih atau tempat untuk buang air. Sumur dan WC mereka tertimbun lumpur dan batu.”

Arisya menatap kakak-kakaknya dengan mata bulat penuh tekad. “Kalau begitu, kita harus bantu mereka! Mereka tetap bisa belajar, walau di bawah tenda atau pohon. Kita bisa bantu mereka punya buku dan alat tulis!”

Aqila langsung duduk tegak. “Tapi bagaimana caranya?”

“Kita ajak teman-teman di sekolah untuk berdonasi,” jawab Arisya semangat. “Bisa uang, buku mewarnai, alat tulis, atau buku cerita. Nanti kita minta Ayah bantu buka donasi di majalah Anak Cerdas!”

Nayla tersenyum bangga. “Ide bagus, Arisya! Kita juga bisa bantu belikan seragam sekolah, supaya nanti kalau sekolah mereka dibuka lagi, mereka siap belajar.”

Ketiganya saling berpandangan. Ada semangat yang menyala di mata mereka. Mereka tahu, mereka kecil, tapi hati mereka besar. Mereka percaya, satu pensil bisa menyalakan harapan. Satu buku bisa membuka dunia.

Sebelum berangkat ke sekolah, mereka menggenggam tangan dan berdoa bersama:

“Ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bantu kami mengumpulkan bantuan untuk teman-teman kami di daerah bencana. Bukalah hati para dermawan agar mau berbagi. Jadikan kami anak-anak yang peduli dan berguna. Aamiin.”

Dan sejak hari itu, dimulailah petualangan kecil mereka. Dari kelas ke kelas, dari rumah ke rumah, mereka mengumpulkan senyum, harapan, dan cinta dalam bentuk buku, pensil, dan doa. Mereka bukan hanya membawa bantuan—mereka membawa pelangi harapan bagi teman-teman yang sedang berjuang di tengah lumpur dan air mata.

0/Post a Comment/Comments

Iklan