Dok. Pribadi |
Oleh Hayail Umroh
Di Darussalam, Banda Aceh
Suatu pagi di pinggir sungai, ada seekor Bebek yang terlihat bolak-balik dan bergumam sendiri. Mulutnya seolah-olah sedang merapal mantra, sepertinya dia sedang kebingungan. Katak yang sedari tadi memperhatikannya, merasa sangat penasaran. “Ah, daripada aku penasaran begini, lebih baik aku tanyakan langsung kepadanya saja” Ucap katak dalam hatinya.
Dia pun segera mendekati Bebek yang terlihat sedang kebingungan itu. “Bebek, sepertinya kamu sedang kebingungan ya?, Apa yang kamu cari sejak tadi?” Tanya Katak kepada Bebek itu. “Iya, aku sedang mencari-cari, di mana sandal baruku. Sejak bangun tidur tadi, aku tidak melihat sandal baruku itu. Seingat aku, aku menaruhnya di pinggir sungai ini, tapi sejak tadi aku mencari,aku tidak juga menemukannya.
Apa, jangan-jangan, kamu mengambilnya ya, Katak?”
Katak yang dituduh mengambil sendal Bebek, merasa sangat sedih. “Loh, kok aku sih yang kamu tuduh mengambil sandal kamu. Padahal aku kan kasihan melihat kamu yang kelihatan bingung sejak tadi. Aku berniat membantu kamu loh, Bebek” Ucapnya sedih. “Maafkan aku, bukan maksud aku menuduhmu. Tapi aku sangat bingung, kemana ya sandal aku itu.
Aku ingat sekali kalau aku meletakkannya di sini, tapi sekarang tidak ada” Terang si Bebek, dia merasa sedih sekaligus bersalah kepada Katak, tapi dia juga merasa heran, kenapa sandalnya menghilang begitu saja.
“Coba kamu ingat-ingat kembali, sejak kapan kamu memiliki sandal itu? Kamu beli di mana, kapan kamu memakainya di kakimu itu, dan apa benar kamu meletakkannya di sini?
Coba diingat lagi, Bek” Katak mencoba membantu Bebek untuk mengurai ingatannya.
“Hmm… Semalam aku mendapatkan sandal itu dari seekor kura-kura tua. Dia bilang sandal itu Ajaib, sebab dia bisa membuat warna paruhku menjadi putih seperti angsa, jika aku memakainya”. Bebek mulai menceritakan dari mana dia mendapatkan sandalnya itu. “Kamu bertemu kura-kura itu di mana?” Tanya Katak. “Hmm… Dalam mimpiku” Jawab Bebek. Seketika dia kaget dan tertawa, ternyata sandalnya itu tidak pernah ada. Dia lupa bahwa itu hanya mimpinya saja. Katak pun merasa sedikit kesal tapi juga merasa lucu. Mereka pun tertawa bersama. “Bebeeek… Bebek. Kamu itu hampir saja menuduhku loh, dan kita hampir saja tidak berteman lagi. Lain kali hati-hati ya, jangan asal menuduh, itu tidak baik” Ucap Katak mengingatkan Bebek.
“Iya, yah. Maafkan aku ya Katak. Hampir saja aku kehilangan teman sebaik kamu. Terimakasih ya sudah menasehatiku”. Mereka pun berpelukan.
Bebek dan Katak memang bersahabat sejak lama. Mereka suka menolong satu sama lain. Hari ini, Bebek belajar hal baru, bahwa tidak baik menuduh orang sembarangan, bertabayyun itu lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar