Tangis dan Doa Arisya

 Oleh Tabrani Yunis


Pagi itu, matahari baru saja naik. Di ruang makan kecil yang hangat, Arisya duduk bersama ayah dan ibu. Ia masih mengenakan seragam putih merah, siap berangkat ke sekolah. Di meja, ada roti bakar dan segelas susu hangat. Tapi pagi itu terasa berbeda.


Di televisi, seorang reporter bernama Kak Irin sedang melaporkan dari Aceh Tamiang. Suaranya bergetar. Matanya basah. Ia bercerita tentang anak-anak yang kelaparan karena bencana besar. Rumah mereka hanyut. Sekolah mereka hilang. Dan kini, mereka hanya bisa duduk lemas, menunggu bantuan yang belum juga datang.


Arisya menatap layar. Matanya membesar. Lalu, air matanya jatuh satu per satu.


“Bu… kenapa mereka dibiarkan lapar begitu?” tanyanya pelan, suaranya serak.


Ibu menggenggam tangan Arisya. “Mereka tinggal di tempat yang sulit dijangkau, Nak. Bantuan belum sampai ke sana.”


Ayah mengangguk, matanya juga berkaca-kaca. “Jalan rusak. Jembatan putus. Pesawat tidak bisa mendarat.”


“Tapi… kan ada helikopter, Yah?” Arisya mengangkat wajahnya. “Aku lihat di media sosial, katanya ada 50 helikopter dikirim.”


Ayah terdiam. Ia ingin menjawab, tapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan.


Ibu mengusap kepala Arisya. “Kadang, meski kita punya banyak, tidak semuanya bisa langsung digunakan. Tapi tahu tidak, Nak? Kita tetap bisa membantu.”


“Bagaimana caranya, Bu?” tanya Arisya.


“Dengan doa,” jawab Ibu lembut. “Doa dari hati yang tulus bisa terbang lebih cepat dari helikopter mana pun. Bisa sampai ke langit, langsung ke Allah.”


Arisya mengangguk. Ia menutup matanya, lalu menengadahkan tangan kecilnya.


“Bismillahirrahmanirrahim… Ya Allah Yang Maha Penyayang, tolonglah teman-temanku di Aceh Tamiang. Kirimkan makanan untuk mereka. Kirimkan air bersih. Kirimkan pelukan hangat lewat angin yang lembut. Jangan biarkan mereka lapar dan sedih. Aku ingin mereka bisa sarapan seperti aku. Bisa tertawa lagi. Bisa sekolah lagi. Amin, ya Allah.”


Ayah dan Ibu ikut mengamini. Di pagi yang sunyi itu, doa Arisya terbang tinggi, menembus awan, membawa harapan dan cinta untuk anak-anak yang sedang diuji.


Dan siapa tahu, mungkin di tempat yang jauh, seorang anak kecil tiba-tiba tersenyum… karena merasa ada yang mendoakannya.

0/Post a Comment/Comments

Iklan