Oleh Aqila Azalea Tabrani Yunis
Di sebuah kota kecil yang cerah, hiduplah seorang anak bernama Rafi. Ia anak yang cerdas dan suka bertanya. Tapi akhir-akhir ini, Rafi punya teman baru yang sangat ia sukai: gadget!
Setiap pagi, siang, bahkan malam, Rafi selalu menatap layar. Ia bermain game, menonton video, dan lupa waktu. Ia lupa makan, lupa belajar, bahkan lupa menyapa Ayah dan Ibu.
Awalnya, Rafi merasa senang. Tapi lama-lama, matanya sering lelah, kepalanya pusing, dan ia jadi mudah marah. Teman-temannya mulai menjauh karena Rafi tak pernah mau bermain di luar. Ia lebih memilih dunia layar ajaibnya.
Suatu hari, Rafi bermimpi. Dalam mimpinya, ia masuk ke dalam dunia layar. Di sana, semua orang sibuk dengan gadget. Tidak ada yang bicara. Tidak ada yang bermain. Semua hanya menatap layar, bahkan saat makan dan berjalan!
Rafi merasa kesepian. Ia mencoba bicara, tapi tak ada yang mendengar. Ia berlari, memanggil teman-temannya, tapi mereka hanya tertawa pada layar mereka. Rafi merasa sedih dan bingung.
Tiba-tiba, muncul seorang nenek bijak. Ia berkata,
“Rafi, dunia ini bukan tempat yang buruk. Tapi jika kamu lupa dunia nyata, kamu bisa kehilangan hal-hal indah: tawa teman, pelukan Ibu, dan cerita Ayah.”
Rafi terbangun dengan mata berkaca-kaca. Ia melihat sekeliling kamarnya yang sepi. Lalu ia mematikan gadgetnya, keluar rumah, dan melihat langit biru yang cerah. Ia tersenyum.
Sejak hari itu, Rafi mulai mengatur waktu. Ia tetap bermain gadget, tapi hanya sebentar. Selebihnya, ia bermain bola, membaca buku, dan membantu Ibu di dapur. Ia kembali ceria, dan teman-temannya pun senang bermain bersamanya lagi.
Rafi belajar bahwa gadget itu seperti permen: enak, tapi kalau kebanyakan bisa bikin sakit. Yang penting adalah seimbang.
---
Pesan Cerita:
Gadget bisa menjadi alat yang bermanfaat, tapi jika digunakan berlebihan, bisa membuat kita lupa belajar, lupa keluarga, dan lupa teman. Yuk, gunakan gadget dengan bijak dan tetap jaga waktu bermain, belajar, dan berdoa!
Posting Komentar