Oleh Akifa Naila
Murid kelas VI SD N 10 Gandapura, Bireun, Aceh
Pada malam Rabu, pukul 00.21 malam saya disuruh tidur cepat oleh Mama dan Papa. Papa sudsh mengira bahwa akan ada banjir bandang, karena beberapa hari ini hujan terus turun dengan keras tanpa henti. Sebelum tidur saya berfikir saat saya sekolah tadi pagi. Saya terpaksa sekolah dalam keadaan hujan yang sangat lebat, menggunakan payung dan jaket. Kami sangat gembira di sekolah.
Sekarang kami dapat bencana alam. Setelah itu, saya langsung tidur. Pukul 12 malam saya dibangunkan oleh mama saya.
Setelah itu, saya dan adik saya ambil bantal dan berjalan ke rumah kakek. Saat itu saya sedang berjalan, air sudah naik sampai ke lutut. Sesampai saya ke rumah, kakek saya mencuci kaki saya di kamar mandi dan cuci muka.
Setelah itu mama suruh kami langsung tidur di kamar, karena kalau terjadi banjir bandang, kami sudah tidur dan kalau kami berlari dan berjalan tidak kelelahan. Ibu saya langsung pulang ke rumah saya mengambil barang -barang yang bisa diselamatkan. Ayah saya juga membawa adik saya ke rumah kakek.
Saya sudah tidur dan papa saya sudah basah kuyup dan kelelahan. Saya melihat bungkusan-bungkusan sudah ditaruh di tempat tinggi. Pas saya lihat air di dapur kakek saya sudah naik.
Papa saya langsung pergi mencari tempat pengungsian yang aman. Sementara saya menanyakan bagaimana air di rumah saya. Bagaimana jawab mama, lebih kurang dua meter. Kami langsung ke rumah nenek bunda.
Pagi pun sudah tiba. Mama dan nenek bunda memasak makan pagi untuk kami semua. Setelah itu air sudah masuk ke dalam rumah nenek bunda, ke atas dapurnya sejak dari tadi sudah naik. Mama langsung gendong adik saya. Kami berjalan ke tempat pengungsian, yaitu di masjid Al Munawarah. Setelah itu, papa ingin ambil baju yang ada di rumah kakek, karena kami sudah kedinginan sejak di perjalan ke rumah kakek. Saya terjatuh beberapa kali.
Untung ada bang Riki, saudara kami yang membantu kami dan memegang tangan kami sampai ke masjid. Di sana kami kedinginan. Untung papa sudah sampai. Kami langsung mengganti pakaian dan memakai jaket.
Saat malam hari, semua orang kelaparan. Papa memberanikan diri untuk ke Posko mengambil makanan. Saat papa hendak pergi ada beberapa orang yang ikut untuk membantu papa kami. Air sudah seleher orang dewasa. Papa dan lainnya berenang ke posko. Kami sangat takut karena papa kami lama sekali pergi. Sementara air semakin tinggi. Tiba -tiba kami melihat ada bak yang dibawa air. Ternyata ada papa kami dan yang lainnya sedang berenang. Saat sudah sampai, papa
Kami basah kuyup dan menggigil, saya ambil jaket untuk papa saya. Papa langsung membagikan makanan kepada orang yang berlarian mengambil makanan. Kami semua sudah bingung melihat semua itu. Mungkin mereka tidak makan pagi, makanya mereka begitu. Papa kami langsung panggil mereka untuk ambil makanan. Piring tidak ada, kami ambil plastik sebagai piring. Kami makan satu keluarga dalam satu plastik.
Air semakin naik sampai tinggal satu tangga lagi. Orang semua sudah panik, tapi Alhamdulilah kami semua selamat. Tiga hari air baru surut, kami langsung ke rumah untuk melihat rumah. Rumah kami terbuat dari terupah, sudah bolong-bolong. Dapur tentangga kami dari terupah sudah dibawa air, tapi rumah kami berdiri kokoh. Kata papa kami sepertinya belum bisa dibersihkan, karena lumpur luar dan dalam sama. Akhirnya papa membersihkan rumah kakek saja. Kami di masjid beberapa minggu. Sekarang kami tinggal di rumah kakek karena sudah bersih dari lumpur. Air di dapur rumah kakek satu meter. Kalau di dalam sepinggang.

Posting Komentar