Oleh Assyabiya Saqina Alzaya
Murid kelas II MIN 13 Ule Gle, Podie Jaya
Hujan turun sangat lebat dan tak henti. Hujan turun berhari-hari. Sungai-sungai meluap ke sawah-sawah. Banjir melanda kampung kami, Ule Gle, Pidie Jaya. Air di sungai dan di sawah- sawah mengalir sangat deras. Menghanyutkan kayu-kayu besar dan menabrak rumah-rumah dan bangunan yang berada di dekat sungai dan komplek perumahan.
Kata Umi, banjir juga terjadi di desa tempat tinggal nenek di Meureudu. Airnya malah lebih tinggi dan kencang. Sedih sekali melihat rumah-rumah orang dihantam oleh banjir dan kayu-kayu yang dibawa hanyut oleh air dari bukit-bukit.
Kata ayah, kayu datang dari bukit-bukit yang sudah ditebang hingga gundul. Pohon-pohon yang sudah ditebang itu, dibawa banyut saat banjir. Banyak rumah yang juga tertimbun lumpur. Ada rumah yang tenggelam. Banyak sekali rumah yang terendam banjir dan hancur.
Sayang sekali kita melihat mereka sudah tidak punya rumah. Mereka tidak punya lagi tempat tinggal. Kita doakan semoga rumah mereka tidak apa-apa. Semoga airnya cepat turun dari rumah-rumah mereka.
Kita yang tidak kena banjir atau musibah, harus memberikan berkah kepada mereka, biar mereka hidup senang lagi. Kita senang melihat mereka senang. Kita doakan dan terima kasih untuk mereka. Semoga mereka senang mendapat berkah dari Allah. Kita juga berdoa kepada Allah agar mereka cepat pulih.
Alhamdulilah mereka berusaha bangkit. Tapi rupanya datang lagi banjir pada tanggal 24 Desember 2025. Mereka semua takut karena banjir datang lagi. Kita doakan lagi untuk mereka yang terkena banjir. Ketika banjir kedua ini ada keluarga kami yang kena banjir. Ada keluarga nenek yang kena banjir di Meureudu.
Banjir di Aceh dan Sumatera lebih parah lagi dari banjir di Jakarta. Maka, kita sedih sekali melihat anak-anak hilang orangtua dan tidak bisa lagi sekolah dan tidak bisa tidur nyenyak seperti kita yang masih punya rumah. Mereka terpaksa tidur di bawah tenda. Banyak nyamuk, dingin, tidak ada kasur. Ya sedih sekali

Posting Komentar