Karya : Qisya Azzalia Amira
Siswi Kelas 1 SMPN 1 Bandar Dua, Pidie Jaya
Jennyya Axyara Clarrabell, seorang gadis keturunan bangsawan yang berusia 17 tahun. Jenny hidup dengan penuh kemewahan, bahkan bisa dibilang, tidak ada yang tidak bisa ia gapai. Semua keinginannya selalu terpenuhi.
Nah karena itu, Jenny tumbuh menjadi anak yang sombong, bahkan dirinya menganggap semua di dunia ini bisa dibeli dengan uangnya. Namun kita semua tahu, bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang.
Jenny memang hidup dengan kemewahan, ia punya segalanya, tapi tidak dengan prestasi, dirinya tidak pernah meraih prestasi dalam hal apapun, baik akademik maupun non akademik. Orang tua Jenny sudah berulang kali menasihatinya, tapi sama sekali tidak ada perubahan dari Jenny. Orang tuanya mendaftarkannya les di mana-mana siang dan malam.
Karena itu, setiap bulan orang tua Jenny harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk membayar biaya les Jenny. Mereka rela mengeluarkan ratusan juta sekalipun, asalkan Jenny anaknya bisa menjadi anak yang cerdas dan berprestasi.
Namun hasilnya? Nihil. Mau berapapun uang yang dikeluarkan orang tuanya, jika dari Jennynya memang tidak ada keinginan dan usaha untuk berubah, maka hasilnya akan tetap nihil. Inilah salah satu maksud dari “tidak semua hal dapat diselesaikan dengan uang”
Suatu hari, salah satu guru dari Jenny memutuskan untuk menghubungi kedua orang tua Jenny, dikarenakan guru itu sudah tidak sanggup lagi menanggapi sikap Jenny yang selalu menjadi akar dari semua keributan di kelasnya. Jenny juga hampir tidak pernah mengerjakan satu tugaspun darinya.
Saat ditelepon, guru Jenny menceritakan tentang semua kebiasaan buruk Jenny di sekolah, bahkan ia juga mengatakan bahwa Jenny sudah terancam dikeluarkan dari sekolah, karena perlakuannya.
Malam harinya, saat ibu Jenny pulang dari kantor, Jenny langsung mendapat nasihat dari ibunya, tapi,nasihat sang ibu kali ini berbeda dari nasihat yang Jenny dengar biasanya. Kali ini,nasihat yang dikeluarkan untuk Jenny benar-benar tulus dikeluarkan sang ibu dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Sebenarnya bukan hanya tentang nasihat, sang ibu juga bercerita tentang betapa pedihnya perjuangan orang tuanya demi masa depan anaknya dapat terjamin. Karena Jenny itu anak sekaligus harapan mereka satu-satunya. Jenny tidak pernah tahu, betapa sayangnya orang tua Jenny padanya. Selama ini ia berpikir bahwa orang tuanya tidak pernah sayang padanya. Mungkin karena memang mereka tidak pernah mengungkapkannya pada Jenny.
Padahal memang seperti itu cara orang tuanya mendidik Jenny. Mereka hanya tidak ingin Jenny menjadi anak yang manja.
Dan siapa sangka? Kali ini hati Jenny benar-benar terkikis karena cerita dan nasihat sang ibu.
Ini juga pertama kalinya sang ibu melihat Jenny anaknya menangis karena cerita sang ibu. Jenny menangis karena terharu mendengar cerita perjuangan orang tuanya. Ia tak menyangka ternyata orang tuanya sesayang itu padanya.
Dari situlah tiba saatnya muncul tekad dari dalam dirinya untuk mulai mengubah kebiasaan buruknya. Ia memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk meninggalkan sikapnya yang egois, arogan dan sombong.
Sejak hari itu pula Jenny memiliki cita-cita baru yaitu, menjadi orang yang cerdas dan berprestasi agar dirinya dapat membanggakan kedua orang tuanya suatu hari nanti. Namun, belum berakhir sampai di situ. Sungguh banyak cobaan yang harus dilalui Jenny untuk dapat meraih cita-citanya itu.
Kali ini Jenny tidak menyerah dan meninggalkan cita-citanya seperti sebelumnya. Ia lebih memilih untuk tetap berjuang bersama cita-citanya. ia sadar, perjuangan orang tuanya jauh lebih pedih dibandingkan apa yang sedang ia lalui saat ini
Empat tahun telah berlalu, Jenny semakin bertumbuh dewasa dan kini, dirinya berhasil menjadi orang yang sukses sekaligus berhasil membanggakan kedua orang tuanya. Selama empat tahun ini, Jenny selalu berjuang dengan sangat keras, ia tak pernah sedetik pun melupakan cita-citanya untuk membanggakan kedua orang tuanya. Sampai akhirnya ia benar-benar berhasil mewujudkan cita-citanya sekaligus cita-cita orang tuanya
Demikianlah akhir dari cerita ini, banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita ini, salah satunya tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya. Mereka mungkin tidak mengungkapkannya seperti “bunda sayang sekali sama kamu nak”, tapi sebenarnya mereka sangat sayang pada anaknya, bahkan lebih dari kata sayang.
Mereka tidak mengungkapkan bukan berarti tidak sayang, tapi memang seperti itu cara mereka mendidik anak. Cara orang tua kita mendidik tidak selalu sama dengan orang tua lain, pasti ada yang berbeda,yang terpenting tujuannya pasti untuk kebahagiaan kita.
-selesai-

Posting Komentar