Pages

Belajar Ikhlas dari Laut




Oleh Cut Lutfia Syarva 

Siswi kelas V-A MIN 1 Kota Banda Aceh


-17 / 08 / 2004 Banda Aceh

 “Aduh, Fadil! Kamu banyak banget jajannya!” seru Tante Rani kaget melihat sekantong plastik di tangan Fadil.


 “Hehe, Fadil lagi banyak duit, jadi banyak jajan deh.” Ucap Fadil dengan senyum manis.


”Aduh, nanti tante aduin nih pada ayah” ancaman tante Rani.”Eh! jangan” ucap Fadil yang gelisah takut diomelin.

“Apanih yang tadi manggil ayah” ucap ayah yang muncul dari pintu.


”EH! ayah” ucap kaget kecil Fadil.”Aduh, jangan banyak makan jajan, nanti gigimu sakit” tegur Ayah dengan lembut.

”iya ayah” ucap pelan Fadil.”


Ya sudah, Ayah ada hadiah loh untuk Fadil” ucap sambil tersenyum hangat.


”huh? hadiah apa” ucap Fadil bingung, tapi senang,  karena dikasih hadiah.” 

Fadil kangen bunda gak?” tanya ayah.”kangen! Fadil kangen bunda” ucap Fadil,”Bunda kapan pulang dari rumah sakit yah?” lanjut tanya Fadil.

“Ada yang kangen Bunda, ya?” terdengar suara lembut dari arah pintu.
Fadil menoleh, lalu melihat pintu terbuka pelan. Dari sana, Bunda muncul sambil membawa dua bayi.” Bunda!” ucapnya dengan senang. Fadil lari kecil ke arah bunda.


”eh! tunggu, ini siapa bun?” ucap Fadil melihat bayi yang digendong bunda.”

ini, ini adek Fadil” ucap Bunda senyum hangat.”


ohh,Halo adek imut! Ini abang Fadil” ucap Fadil memegang tangan kecil kedua bayi kembar dengan senyum hangat. Seisi keluarga mulai gembira melihat kedatangan dua bayi kembar.


26/ 12 / 2004 Banda aceh

Jam 05:04

“Fadil! Bangun, ayo shalat Subuh,” ucap Ayah lembut,menepuk Pundak Fadil dengan pelan. “Iya, Ayah,” jawab Fadil setengah mengantuk. Fadil pun pergi untuk berwudhu dan shalat berjamaah bersama ayah. Sehabis shalat, ayah mulai sedikit berceramah kecil.

“Fadil..” ucap pelan. Ayah melihat matahari bangun sedikit,”iya ayah?” jawab Fadil. “Dalam hidup ini, kita nggak boleh takut kalau ditinggalkan siapa pun. Kadang Allah ambil seseorang dari kita, bukan karena Dia ingin menyakitkan, tapi karena Dia ingin mengajarkan ikhlas.” Ucap ayah. 


Fadil hanya diam dan mendengar.”

Jadi, jangan takut. Karena setiap kepergian itu punya makna. Kita cuma perlu belajar ikhlas.” Ucap lembut ayah menepuk pundak Fadil dengan senyum hangat.”


“kenapa ayah tiba-tiba bilang gini?” tanya Fadil.”


Dulu, ayah sempat ditinggal seseorang dan ayah gak ikhlas.  Ayah mau bilang sekarang agar kamu tahu kalau ditinggal seseorang harus mengiklaskannya, karena gak mau ikhlaskan itu sakit” ucap  ayah pelan.


Jam:07:56

Fadil sedang melihat dua adik kecil kembarnya dengan perasaan senang. ”aduh! Kenapa sih kalian lucu banget” ucap gemes Fadil. Tiba-tiba lantai di bawah kaki Fadil berguncang hebat, membuat gelas di meja ikut bergetar.”Tunggu, ini kenapa!” Ucap  Fadil penuh kaget.


”Fadil! ayok keluar ini gempa!” teriak ayah, bunda secepatnya membawa bayi kembar pergi keluar.  Ayah menarik tangan  agar keluar dari rumah. 

” Ayah ini kenapa!” ucapnya gelisah. Sesampainya di luar rumah, tanah masih bergoyang dengan kuat.” Tenang nak, ini semua gak papa” ucap ayah menenangkan Fadil. 


Gempapun mulai tidak terasa lagi. Semua orang mulai sedikit lega, namun, beberapa menit terdengar suara serunai  di masjid dan suara teriakan ”Air naik! Air naik!”. 


Suara teriakan itu memecahkan hening, semua orang berteriak dan mencari bantuan.


“Ayah.. Fadil takut” Ucap Fadil ketakutan.”Fadil! Ayo ikut ayah” ucap ayah menarik tangan Fadil untuk melarikan diri. Semua orang mulai berlari lari dan naik ke atas atap rumah. Bundapun berusaha naik ke atap rumah sambil membawa dua bayi, walau kesusahan,  bunda tetap berusaha dan mulai meminta tolong orang lain untuk membawa anaknya satu. 


Ayah mulai panik. Dia berpisah dengan istrinya, karena sudah penuh. 

”Ayah Fadil capek” ucapnya kecapean. Fadil sambil berlari.”tenang Nak, dikit lagi” ucap Ayah melihat sekitar.


Tiba-tiba Fadil tersandung. Lutut kakinya berdarah.”Fadil!” Ucap ayah melihat Fadil.Fadil berusaha berdiri. Dia melihat ke arah barat. Terlihat ombak besar yang melahap semua bangunan.Fadil ketakutan. Dia berusaha untuk berdiri dan terus berlari. Namun sayang ombak itu sudah menghampiri Fadil. Fadil terbawa arus .Ayah juga terbawa arus dan semua gelap, hening, tak ada yang tersisa, hanya puing- puing.


Ayah membuka mata perlahan, terlihat ada cahaya yang menerangkan. Ayah mulai berusaha untuk memikir sesuatu.Ayah melihat sekeliling banyak orang yang tidur di kasur. Terdengar suara “ lari…lari …!”, 


Terlihat Tante Rani mendekati Ayah. ”Akhirnya kau sadar” Ucap  tante Rini.” Ya Allah. ini dimana?” Ucap bingung ayah.”Ini di rumah sakit. Aku baru pulang dari Jakarta. Mendengar kabar kalau di sini ada tsunami” ucap tante Rani. ”Dimana istriku? Fadil? Bayi kembarku? Dimana mereka!?” Ucap gelisah ayah mengingat mimpi buruk itu.


”tenang, istrimu baik-baik saja. Hanya saja dia lagi menjalankan operasi, anak kembarmu juga baik-baik aja, namun satunya lagi juga harus operasi paru-paru karena terlalu banyak menelan air” lanjut tante Rani tersenyum hangat.


“Lalu Fadil?” tanya Ayah berharap.Tante Rani hanya diam, dia menunduk kepala dan mulai terisak.”Rani? Fadil gak apa-apa kan” ucap berharap ayah yang tidak mau ditinggal oleh orang.”Fadil” ucap Tante Rani tidak sanggup mengucapkan,dadanya sesak.”gak,gak, Fadil gak apa-apakan” ucap yakin Ayah. 


Tante Rani hanya bisa menangis diam. Ayah pun tahu maksudnya dia mulai mengalirkan air mata membasuh pipinya yang terluka.

Setelah berapa bulan setelah kesembuhan,seisi keluarga melihat tanah makam Fadil yang basah. 


seluruh keluarga hanya bisa menangis dalam diam mengingat kenangan bersama Fadil. 

Ayah hanya diam, melihat batu nisan yang bernama Fadil Putra Alaska


“Fadil, ayah sudah bilang, ayah nggak boleh takut kalau ditinggalkan. Harus ikhlas... Tapi sekarang, entah kenapa susah sekali, Nak. Fadil, tunggu Ayah, ya… suatu hari nanti kita akan bertemu di tempat yang lebih indah. ”gumam ayah yang terdengar hanya ayah dan  Fadil di atas.

 

 

Banda Aceh, 10 November 2025

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar