Pages

Asal Usul Bunga Melati

 



Oleh     Siti Hajrur Munawwarah


Dahulu kala, di sebuah desa yang sejuk dan subur, hiduplah seorang gadis bernama Melati. Ia tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Meski hidup mereka sederhana, Melati terkenal di seluruh desa karena kebaikan hatinya.


Setiap pagi, Melati menimba air dari sumur, menyapu halaman, lalu membantu ibunya menumbuk padi. Setelah selesai, ia masih sempat membantu tetangga: menuntun nenek-nenek yang hendak ke pasar, atau menemani anak kecil yang menangis karena kehilangan mainannya.


“Terima kasih, Melati. Kau memang anak baik,” kata para tetangga.

Melati hanya tersenyum. “Sudah seharusnya kita saling menolong.”

Namun, tidak semua orang di desa menyukai Melati. Ada seorang gadis lain bernama Ratna yang sering iri hati. Ratna hidup lebih berkecukupan, tapi ia malas bekerja dan jarang menolong orang.


“Kenapa semua orang selalu memuji Melati? Padahal aku lebih cantik darinya,” gerutu Ratna suatu hari.

Melati tidak pernah membalas iri hati itu. Ia tetap bersikap ramah pada Ratna, meskipun sering dibalas dengan sinis.


Suatu musim kemarau, desa mereka dilanda kekeringan. Sungai mulai kering, dan sawah retak-retak. Warga desa panik karena air sulit didapat. Melati pun berinisiatif membantu. Ia menimba air dari sumur jauh di hutan untuk dibawa ke desa. Meski lelah, ia melakukannya dengan sabar setiap hari.


Melihat itu, para tetangga berkata, “Kalau bukan karena Melati, kita mungkin tidak punya air untuk minum.”

Ratna mendengar pujian itu dan semakin marah. “Selalu saja Melati yang dipuji! Aku tidak tahan!”


Suatu sore, Ratna mengikuti Melati yang sedang menimba air di hutan. Dengan hati iri, Ratna menjerit, “Hei, Melati! Kenapa kau selalu pura-pura jadi orang baik?”

Melati terkejut. “Aku tidak berpura-pura, Ratna. Aku hanya ingin menolong,” jawabnya lembut.


Ratna menolak mendengarkan. Dengan kasar, ia mendorong Melati hingga gadis itu jatuh bersama kendi airnya.

“Aku bosan orang-orang selalu memuji dirimu!” teriak Ratna.


Melati terbaring lemah di tanah. Namun, ia tidak membalas. Dengan napas tersengal, ia hanya berdoa dalam hati, “Ya Tuhan, ampunilah Ratna. Lindungilah desa ini dari bencana.”


Tiba-tiba, cahaya putih lembut menyelimuti tubuh Melati. Ratna yang ketakutan segera berlari pulang. Dari tempat Melati terjatuh, muncullah sebuah bunga kecil berwarna putih bersih dengan aroma harum yang menenangkan.


Keesokan harinya, warga desa menemukan bunga itu. Mereka heran, “Bunga apakah ini? Warnanya putih bersih, baunya harum sekali.”


Seorang tetua desa menunduk dan berkata, “Itu adalah wujud kebaikan hati Melati. Ia telah pergi, tapi meninggalkan keharuman bagi kita semua.”


Sejak saat itu, bunga putih itu diberi nama Melati, untuk mengenang gadis baik hati yang selalu menolong tanpa pamrih. Warga desa merawat bunga itu dengan penuh kasih.


Aroma harum bunga Melati pun menjadi lambang kesucian, kerendahan hati, dan kebaikan yang abadi.


Pesan moral:

Kerendahan hati dan kebaikan akan selalu dikenang, meski tubuh kita sudah tiada. Hati yang tulus akan meninggalkan jejak indah bagi banyak orang.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar