Oleh Gunawan Trihantoro
(Ketua Satupena Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah)
Di sebuah desa kecil bernama Sukamaju, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Didi. Setiap pagi, Didi berlari kecil ke sekolah dengan ransel usang dan sepatu yang mulai sobek. Tapi wajahnya selalu ceria, karena dia mencintai belajar.
Suatu hari, Pak Guru memberitahu bahwa tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional. “Anak-anak, ini hari penting bagi kita semua. Hari ini kita rayakan semangat belajar dan hormat pada pahlawan pendidikan, Ki Hajar Dewantara,” kata Pak Guru.
Didi mengangkat tangan, “Pak, apakah aku bisa jadi seperti Ki Hajar Dewantara?”
Pak Guru tersenyum, “Tentu bisa, Didi. Asal kamu rajin belajar, punya semangat, dan peduli pada teman-temanmu.”
Hari itu, Didi pulang dengan semangat membara. Ia membuat bendera kecil dari kertas dan menuliskan kata-kata: “Belajar itu Cahaya”. Ia tempelkan di dinding kamarnya.
Keesokan harinya, Didi mengajak teman-temannya bermain peran jadi guru dan murid. Ia mengajar membaca huruf untuk Riko, temannya yang belum lancar membaca. “Ayo Riko, baca pelan-pelan ya… A-B-U, abu!” seru Didi penuh semangat.
Teman-temannya bersorak, “Didi, kamu keren! Kamu seperti guru sungguhan!”
Hari Pendidikan Nasional tahun itu terasa istimewa. Bukan karena upacara atau nyanyian, tapi karena ada anak seperti Didi, yang punya mimpi besar, hati tulus, dan semangat belajar yang tak pernah padam.
Didi tahu, pendidikan bukan soal bangku sekolah atau seragam rapi. Tapi tentang keberanian bermimpi dan berbagi ilmu, sekecil apa pun.
Cerita yg sangat inspiratif
BalasHapusCerita yg sangat inspiratif.
BalasHapus