Oleh Bagas Jonis Saputra
Kelas 8 SMPN 4 Jepon Satu Atap Kab. Blora, Jawa Tengah
Di sebuah hutan yang hijau dan luas, hiduplah seekor beruang bernama Bimo. Berbeda dengan beruang lainnya yang lebih suka berkeliling mencari madu atau tidur di gua, Bimo memiliki hobi yang sangat berbeda: berkebun. Ia sudah jatuh cinta pada dunia tanaman sejak kecil, ketika ia melihat neneknya menanam pohon berry di halaman rumah mereka.
Setiap pagi, saat matahari baru saja terbit, Bimo sudah bangun dengan semangat untuk merawat kebunnya. Ia memiliki kebun kecil di dekat sebuah danau yang jernih. Di kebun itu, Bimo menanam berbagai macam sayuran, seperti wortel, kentang, dan selada. Selain itu, ia juga menanam pohon buah-buahan seperti apel, pir, dan stroberi.
Bimo sangat mencintai kebunnya. Ia selalu menyiram tanaman-tanaman itu dengan hati-hati, memastikan mereka mendapatkan cahaya matahari yang cukup dan memberi pupuk alami yang ia buat sendiri dari daun-daun kering dan kotoran binatang. Tak jarang, Bimo bernyanyi riang sambil berkebun, karena ia percaya bahwa tanaman-tanamannya akan tumbuh lebih subur jika ia bahagia.
Suatu hari, saat Bimo sedang menyiram tanaman wortel, seekor kelinci kecil bernama Kiko datang dengan perut yang keroncongan. "Bimo, kebunmu terlihat sangat indah! Bolehkah aku memetik beberapa wortel?" tanya Kiko dengan mata berbinar.
Bimo menatap Kiko dengan senyum lembut. "Tentu, Kiko. Tapi ingat, kita harus selalu menjaga alam dan hanya mengambil apa yang kita butuhkan," jawab Bimo.
Kiko mengangguk dan mulai memetik wortel dengan hati-hati. Setelah itu, Bimo mengajaknya duduk di bawah pohon apel dan menceritakan tentang cara-cara merawat tanaman agar mereka tumbuh dengan baik. Kiko mendengarkan dengan seksama, karena ia merasa senang bisa belajar hal baru.
Hari-hari berlalu, dan kebun Bimo semakin ramai. Kiko yang awalnya datang hanya untuk makan, kini mulai membantu Bimo merawat tanaman. Ia menyiram bunga-bunga sambil bernyanyi dan membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di sekitar sayuran. Tak lama kemudian, teman-teman lain dari hutan juga ikut bergabung. Ada rusa yang membantu menanam bibit pohon baru, burung yang membawa biji-bijian, dan tupai yang mengumpulkan daun-daun kering untuk dijadikan pupuk.
Suatu sore, Bimo sedang duduk di dekat kebunnya sambil menikmati secangkir teh herbal yang dibuat dari daun mint. "Bimo, kebunmu sangat subur, dan semuanya terlihat begitu bahagia!" seru Rina, si rusa yang sedang membawa cangkul kecil.
Bimo tersenyum. "Aku merasa senang bisa berbagi kebun ini dengan kalian semua. Tanaman-tanaman ini tumbuh bukan hanya karena aku merawatnya, tapi juga karena kalian semua membantu menjaga kebun ini."
Rina tersenyum dan duduk di samping Bimo. "Kebun ini menjadi tempat yang penuh kebahagiaan. Semua hewan di sini merasa lebih dekat satu sama lain karena kita bekerja bersama. Terima kasih, Bimo."
Bimo merasa sangat bahagia. Ia menyadari bahwa kebunnya bukan hanya tempat untuk menanam dan merawat tanaman, tetapi juga tempat untuk mempererat persahabatan. Dengan kebun itu, ia tidak hanya mendapat hasil panen yang melimpah, tetapi juga kebahagiaan yang datang dari kebersamaan dengan teman-temannya.
Kebun Bimo menjadi terkenal di seluruh hutan. Semua hewan datang untuk belajar cara berkebun darinya. Bahkan beberapa hewan yang tidak tertarik berkebun pun mulai menyadari betapa pentingnya menjaga alam dan merawat tanaman. Mereka mulai menanam pohon-pohon di sekitar rumah mereka, memberi makan burung dengan biji-bijian, dan memastikan bahwa hutan tetap asri.
Suatu hari, ketika Bimo duduk di tengah kebunnya, dikelilingi oleh teman-temannya, ia melihat pohon-pohon buah yang ia tanam bertahun-tahun lalu mulai berbuah lebat. Wortel-wortel yang ia tanam tumbuh dengan subur, dan bunga-bunga warna-warni bermekaran indah.
Bimo tersenyum puas. Ia tahu, kebun ini bukan hanya miliknya, tetapi milik semua makhluk di hutan yang telah bekerja bersama menjaga alam. Dan ia merasa bahwa cinta pada alam, melalui berkebun, telah membuat hidupnya lebih indah.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar