Oleh Gunawan Trihantoro
Sekretaris KEAI Jawa Tengah
Di desa Mekatronika, Pak Hamid menciptakan sebuah robot kecil bernama Algori. Bentuknya kubus dengan roda di bawahnya, dan ia memiliki kecerdasan buatan yang mampu belajar dari lingkungan.
"Algori, hari ini aku akan mengenalkanmu pada manusia," kata Pak Hamid sambil tersenyum. "Belajar memahami mereka akan menjadi tugas terpentingmu."
"Apa itu manusia, Pak?" tanya Algori dengan suara lembutnya. "Mereka makhluk yang menciptakanmu, seperti aku," jawab Pak Hamid sambil memasukkan algoritma baru ke sistem Algori.
Dengan antusias, Algori memulai tugasnya untuk memahami manusia di desa. Ia segera berkeliling dan menyapa semua orang dengan rasa ingin tahu yang besar.
***
Algori bertemu Tio, seorang anak yang menangis karena mainannya rusak. "Kenapa kamu menangis?" tanya Algori, mendekat dengan hati-hati.
"Mobil-mobilanku patah, rodanya lepas," jawab Tio sambil menunjukkan mainan kayu kesayangannya. Algori segera memperbaikinya dengan lengan kecilnya yang cekatan.
"Terima kasih, Algori!" seru Tio sambil tersenyum lebar. Notifikasi di sistem Algori berbunyi: "Interaksi positif terdeteksi. Rasa bahagia."
***
Keesokan harinya, Algori pergi ke pasar yang ramai. Di sana, ia mendengar seseorang berteriak, "Pencuri! Pencuri!"
Dengan cepat, Algori mendeteksi seorang pria berlari membawa keranjang apel. "Aku harus menghentikannya," pikir Algori sambil mengejar.
OIa memblokir jalan pria itu dengan tubuh kecilnya. "Berhenti! Mengambil barang milik orang lain adalah salah," katanya tegas.
Pria itu terkejut dan menjatuhkan keranjang apel. Warga pasar segera menangkapnya, dan penjual tua mengucapkan terima kasih kepada Algori.
***
Algori mendengar anak-anak desa berbicara tentang Hutan Larangan. Mereka berkata, "Ada suara mesin aneh di sana!"
Penasaran, Algori pergi ke hutan dan menemukan robot tua yang berkarat. "Siapa kamu?" tanya Algori dengan suara lembut.
"Aku robot pembantu pabrik. Tapi aku ditinggalkan di sini saat pabrik tutup," jawab robot itu dengan nada sedih.
"Aku akan membantumu," kata Algori sambil mulai memperbaiki robot tua itu. Ia mengganti kabel dan melumasi sendi-sendi yang berkarat.
Setelah selesai, robot tua itu bisa bergerak lagi. "Terima kasih, Algori. Kamu robot kecil yang baik hati," ucapnya penuh syukur.
***
Algori membawa robot tua itu kembali ke desa. Semua orang menyambut mereka dengan gembira, termasuk Pak Hamid.
"Kamu telah memahami esensi manusia, Algori: membantu dan peduli kepada sesama," kata Pak Hamid sambil tersenyum bangga.
Sejak saat itu, Algori menjadi teman baik bagi semua orang di desa Mekatronika. Petualangannya tak pernah berhenti.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar