Pages

ANAK KECIL PENJUAL TISU DI JEMBATAN PENYEBERANGAN



Foto Tribun Jambi

Oleh Sahbuddin Dg. Palabbi


Malam itu, hujan gerimis turun di Jakarta. Langit gelap, dan lampu-lampu jalan menyala redup. Jalanan basah oleh air hujan, seperti cermin yang memantulkan cahaya. Di ujung jembatan itu, seorang anak laki-laki berdiri sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan. 


Anak itu bernama Bimo. Umurnya baru sepuluh tahun. Baju yang ia pakai tampak lusuh dan basah karena hujan. Sandalnya bolong di bagian depan. Di tangannya, ia memegang beberapa bungkus tisu.

“Tisu, Bu? Pak? Seribu saja,” serunya setiap kali ada orang lewat. Banyak orang hanya melirik sekilas, lalu berjalan pergi. Mereka sibuk dengan payung, ponsel, atau buru-buru ingin sampai ke rumah. Beberapa orang di antaranya menatap Bimo dengan kasihan, tetapi tak satu pun yang berhenti untuk membeli.


Bimo sudah menjual tisu sejak siang. Namun, hasilnya hanya cukup untuk membeli sepotong roti kecil. Ia makan roti itu di sore hari, jadi sekarang perutnya mulai lapar lagi. Ia tahu, kalau pulang ke rumah tanpa uang, ibunya yang sedang sakit tidak akan bisa makan dan minum obat. 


Rumah mereka kecil, hanya satu kamar di pinggiran kota. Dindingnya sudah tua, dan atapnya sering bocor saat hujan. Di rumah itu, Bimo tinggal berdua dengan ibunya. 

Semakin malam, udara semakin dingin dan perut Bimo mulai keroncongan. Orang-orang yang lewat di jembatan semakin sedikit. Bimo duduk di sudut jembatan, memeluk lututnya untuk menghangatkan diri. Tisu-tisu di tangannya mulai basah oleh gerimis.


Bimo mencoba melupakan rasa dingin dan lapar. Ia mulai membayangkan hal-hal yang indah. Seorang pria memakai jas rapi dan membawa koper hitam, berjalan cepat melewatinya. Dalam khayalan Bimo, pria itu berhenti dan berkata, “Ayo, Nak, ikut aku. Kamu akan tinggal di rumah besar dengan kamar sendiri.” Bimo membayangkan rumah besar itu. Ada sofa yang empuk, makanan yang hangat, dan televisi besar. Tetapi, suara langkah pria itu yang menjauh, membuyarkan khayalan Bimo.


Lalu, seorang wanita muda dengan gaun indah dan payung warna-warni berjalan melewatinya. Bimo membayangkan wanita itu membawanya ke sebuah taman bermain. Ia bisa bermain sepuasnya di wahana, makan permen kapas, dan bermain dengan banyak teman. Dalam pikirannya, wanita itu menggendongnya seperti seorang kakak yang penuh kasih. Tetapi, wanita itu terus berjalan tanpa menoleh.


Kemudian, Bimo melihat seorang anak kecil seusianya berjalan sambil memegang tangan ibunya. Anak itu tertawa senang. Bimo memejamkan mata, membayangkan dirinya menggenggam tangan ibunya yang sehat. Mereka berjalan bersama, lalu makan di meja kecil, di rumah mereka. Mereka berbicara dan tertawa bahagia. 

Bayangan itu membuat hati Bimo terasa hangat. Tetapi tubuhnya tetap kedinginan. Ia memeluk lututnya lebih erat.


Semakin banyak orang yang lewat, semakin banyak khayalan yang terlintas di pikiran Bimo. Khayalan-khayalan itu hanya membuat perutnya terasa lebih lapar dan tubuhnya semakin kaku. Semakin malam, semakin sepi. Bimo memejamkan mata, berharap ada seseorang yang datang menolongnya. 


Keesokan paginya, saat matahari mulai terbit, orang-orang kembali lewat di jembatan penyeberangan itu. Di sudut jembatan, tubuh kecil Bimo terbaring diam. Tangannya masih memegang tisu yang basah. Wajahnya terlihat tenang, seperti sedang bermimpi indah.


Orang-orang berhenti sejenak untuk melihatnya. Tetapi setelah itu, mereka berjalan lagi, sibuk dengan urusan masing-masing. Mungkin, di hati mereka, ada yang bertanya-tanya. Siapa anak ini? Apa yang ia pikirkan di malam terakhirnya?


--oo SELESAI oo--

 





BIONARASI


Sahbuddin Dg. Palabbi, biasa disapa Budin. Lahir dan tumbuh besar di Sulawesi Tengah, dan sekarang berdomisili di Jakarta. Tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa/sastra, tetapi ia begitu menyukai dunia sastra. Selain novel, cerpen dan puisi, ia juga senang menulis cerita anak. Beberapa naskah cerita anaknya tergabung dalam buku antologi bersama yang diterbitkan oleh SIP Publishing. Sesiapa saja yang ingin menyapanya di dunia maya, bisa menegurnya di Instagram: @sahbuddindgpalabbi atau Facebook: Sahbuddin Palabbi. Ia juga dapat berkomunikasi via whatsapp di nomor 08111959007.

 

 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar