(Cerita Rakyat Provinsi Aceh)
Oleh Dewi Ayu Larasati
Berdomisili di Medan
Dahulu kala, hidup bahagia sekelompok burung di sebuah hutan yang hijau dan rindang. Hutan tersebut memberikan makanan berlimpah untuk mereka. Mereka hidup bersama, dipimpin oleh seekor burung bernama Raja Parekeet.
Suatu ketika, datanglah seorang pemburu yang sangat cerdik. Ia menaruh sebuah perangkap di dahan tempat burung-burung itu biasa bercengkrama. Burung-burung yang tidak mengetahui akal sang pemburu, terjebak di dahan tersebut. Mereka menjerit karena panik dan ketakutan.
Jeritan burung-burung itu terdengar oleh sang pemburu, dan ia segera mendekati sekawanan burung yang terjebak. Namun, Raja Parekeet lebih cerdik daripada pemburu. Sebelum pemburu sampai, Raja Parekeet memerintahkan semua burung yang terjebak untuk diam dan berpura-pura telah mati. Meski terdengar aneh, para burung yang terjebak menuruti saja perintah sang raja.
Tidak lama kemudian, sang pemburu pun sampai. Namun, ia sangat kecewa melihat burung yang masuk ke dalam perangkapnya telah terkulai mati. Sambil menggerutu, sang pemburu melepaskan burung-burung dari jebakannya. Para burung yang telah terlepas, langsung melesat ke angkasa dan berkicau gembira.
Rupanya, inilah akal Raja Parekeet untuk mengelabui sang pemburu. Namun sayangnya, Raja Parekeet sendiri malah tak sempat meloloskan diri.
Pemburu yang sangat berang hendak membunuh Raja Parekeet yang sudah di tangannya. Namun, Raja Parekeet memohon agar dirinya dibiarkan hidup. Burung yang sangati ndah itu berjanji akan selalu menghibur sang pemburu dengan suaranya yang merdu. Pemburu itu pun memutuskan untuk membawa pulang Raja Parakeet.
Benar saja, suara Raja Parekeet ternyata sangat indah dan nyaring. Orang-orang bahkan sering datang berkunjung ke rumah pemburu untuk sekadar mendengar kicauan Parekeet yang merdu. Berita tentang keindahan suara Parekeet pun sampai ke telinga Raja Aceh. Hingga akhirnya, Raja Aceh tertarik untuk memiliki burung itu. Ia segera mengirim utusannya untuk menukar Raja Parekeet dengan pelbagai permata yang berharga mahal. Dengan senang hati, pemburu menyerahkan Raja Parekeet kepada utusan Raja Aceh.
Di Istana Aceh, Raja Parekeet ditempatkan di dalam sebuah sangkar emas yang berkilauan. Setiap hari, ia diberi makanan yang sangat enak. Namun, Raja Parekeet tetap tidak pernah bahagia. Ia selalu ingat hutan tempat tinggalnya, juga kicauan rakyatnya. Semakin lama, kicauannya semakin jarang terdengar. Ia semakin terlihat sedih dan sengsara.
Raja Parekeet memutuskan untuk berpura-pura mati. Raja Aceh sangat berduka karena mengira Raja Parekeet telah mati. Ia perintahkan penguburan burung kesayangannya dengan upacara kebesaran. Raja Parekeet pun dikeluarkan dari sangkarnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Raja Parekeet untuk terbang. Ia langsung melesat jauh ke angkasa. Terus terbang menuju rumahnya di hutan. Raja Parekeet yang cerdik itu pun kembali bahagia, berkicau riang bersama rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar