Pages

AWAL KEHIDUPAN BARU

             Bagian Pertama 



Oleh   Muhammad Kamil Al Faruq.  


Langit cerah berbintang. Pastilah petir takkan hadir, tapi tidak untuk malam ini, petir yang hadir  tepat di ruang kamar  tidur 3 x 3 persegi meter, milikku, dan sukses membuatku terlonjak kaget.


Ibu yang kupanggil umma, membuka pintu kamarku seraya berujar “besok Sabtu kamu dieksekusi, persiapkan diri”. Senyum iseng umma kali ini terlihat seperti seringai tajam yang menghujam ke dada. Serasa memporak-porakda jantung. Katup jantung yang berjumlah 4 ruas bercampur antara bilik dan serambi. Kalimat umma sukses membuat mata melotot, “oh my God, hidupku akan berakhir dalam hitungan 3 hari ke depan”.

 

***

Aku sulung dari tiga bersaudara. Usiaku 11 tahun, di bulan Juni, tepat di tahun ini. Umma pernah berujar, aku adalah anak salehnya yang sempurna. Lahirku menyempurnakannya sebagai seorang ibu. Umma saat mengandungku harus menghadapi banyak rintangan sebagai seorang mahasiswa program doktor di Pulau Jawa yang baru saja keguguran 3 minggu sebelum keberangkatannya melanjutkan studi.


Umma baru saja kehilangan kakakku yang berusia 4 bulan kandungan. Aku menjadi kesayangan umma dan aba sejak di dalam kandungan. Hal ini membuatku mengambil kesempatan, untuk meminta banyak hal selama di dalam kandungan. Roti jala Aceh, timphan Aceh dan berbagai penganan Aceh lainnya menjadi dambaanku sejak di dalam kandungan. Selayaknya dongeng 1001 malam. Maka sim salabim , semua bisa hadir dengan kiriman paket satu malam dari Banda Aceh.


Kecintaan aba dan umma kepadaku semakin bertambah ketika aku diduga dokter sebagai janin yang tidak berkembang. Baiklah, dengan hati gembira aku “meminta” umma untuk sering mengkonsumsi buah, anggur hijau import menjadi pilihanku. Sekali lagi umma menuruti kemauanku. Si sulung dambaannya hadir di usia umma yang menginjak 34 tahun.


Kehadiranku membuat dokter harus memperbaiki diagnosisnya. Aku dinyatakan sebagai janin yang sehat pada akhirnya. Perkembangannku yang sehat membuat umma dan aba bahagia. Aku bisa merasakannya dari alam sana. Aba selalu mengapaiku dengan bacaan Al qur’an yang syahdu. Jujur, aku menangis terharu, betapa aku sangat dicintai dan didambakan mereka. Aku akan terus menjadi anak kuat agar kelak umma dan aba bahagia ketika tiba saatnya aku lahir.


***


Suasana kota Bogor yang sejuk, sedingin malam pada tanggal 02 Juni 2012, dimana waktu saat aku dilahirkan. Terlahir lebih cepat 6 jam dari perkiraan dokter di sebuah rumah sakit, tepatnya di pusat kota Bogor. Suaraku sangat lantang ketika keluar dari labirin sejuk umma, seolah ingin mengatakan “umma, aku hadir sebagai anak yang ditunggu selama ini”. Samar terdengar suara azan yang menghentikan tangisku. Ada isak bahagia disana, isak tangis aba di usianya yang ke 38 tahun. Aku lahir sebagai anak sulung aba dan umma. Aku diletakkan di sudut kotak bayi, bersama 7 bayi lainnya. Hati kecilku meronta, aku ingin bertemu umma dan melihat wajahnya, yang menurut suster aku sangat mirip umma.


Malam berikutnya aku ditidurkan di sebelah umma yang merupakan duplikatku versi perempuan. Suster ruang bayi menyerah mengasuhku, tangisanku terlalu kencang, sehingga membangunkan 7 bayi lainnya. Andai mereka tahu, aku ini anak istimewa yang sempurna seperti yang sering aku dengar dari umma, suaraku indah dan harusnya bisa lebih dihargai oleh mereka. 


Sayangnya mereka hanya orang dewasa dan bayi-bayi kecil yang kuanggap belum paham. Aku diberi nama “sempurna” yang pemberani seperti Umar bin khattab “ Kamil Al Faruq”, nama yang indah.


***

Aku mendapatkan kesempatan sebagai vokalis nasyid dimulai dari kelas 1 SD hingga kelas 5 SD. Kerap dijuluki artis versi teman-temanku di sekolah. Aku juga senang bercerita, dan berharap kelak menjadi penulis terkenal. Umma berujar, kalau aku rajin membaca kelak aku juga dapat menulis, karena menulis hanya kebiasaan yang harus dilakukan secara berulang dan dapat dilakukan semua orang, terutama yang gemar membaca.


Aku sangat menyayangi umma dan aba, dan akan mewujudkan harapan mereka yang utama untuk mejadi seorang hafiz Qur’an. Tentu saja keinginan orang tuaku akan bersanding dengan cita-citaku sebagai diplomat. Karenanya, mereka menyekolahkanku di sebuah sekolah yang mencetak para hafiz. Kelak,  di syurga nanti, aku berjanji, mahkota syurga akan kupasangkan sebagai baktiku kepada orang tua. Maka, izinkan saat ini, aku terlebih dulu mempersembahkan piala-piala hafiz sebagai wujud cintaku, semoga umma dan aba terus mencintai dan mendoakanku. 


Alhamdulillah sebelum kenaikan kelas, aku menerima piala hafiz bersama 42 teman dari 110 teman seangkatanku. Umma memelukku erat sekali, lirih suaranya di puncak kepalaku berdoa, “Rabbi habli minnasshalihiin ”. Aku tidak paham arti doa tersebut,. Yang kupahami kami bertiga kerap mendapatkan doa tersebut dengan cara umma mengecup puncak kepala kami. Aku hapal sekali, mata umma akan berkaca-kaca setiap membacakan doa tersebut. Di sini aku akan menuliskan bahwa sebenarnya umma adalah ibu yang sedikit cengeng.

 

Pribadi saleh tidak berharap dicintai, tapi bagaimana  dapat terus mencintai..



Penulis, lahir di kota Bogor pada tanggal 02 Juni 2012 sebagai anak sulung, dengan dua adik, perempuan dan laki. Namaku Muhammad Kamil Al Faruq.   Saat ini aku tercatat sebagai siswa kelas 6C SDIT Nurul Ishlah. Kelas paling keren ini terdiri dari siswa laki-laki semua. Punya hobby membaca dan memasak, masakan pertamaku adalah ayam bakar Bali, sukses dibuat saat aku kelas 3 Sekolah Dasar dan setelahnya aku dijuluki chef. Aku juga memiliki hobby bernasyid, kerap terpilih menjadi vokalis. Tulisan ini adalah naskah asliku yang pertama dan belum diterbitkan dimanapun. Semoga bermanfaat bagi semua.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar