Pages

Suara Misterius

 



Oleh: Arwin Andrew

 

Cahaya langit sore adalah pemandangan kesukaan Bimo. Sesekali, ia melihat banyak burung beterbangan sembari memberi makan ayam-ayam peliharaan. Setelah memberi makan, Anak Kelas 4 SD itu mengiring ayam-ayam masuk ke kandang agar terjaga dengan aman.


Tak lama, Mama datang menghampiri Bimo. Sebuah paket dibungkus kertas kado cantik dan berada di tangan Mama.

“Bim, tolong antar paket ini ke rumah Bibi Murni, ya?” pinta Mama.

“Mas Robi aja yang antar, Ma,” jawab Bimo dengan malas.

“Mas Robi belum pulang. Masih belajar kelompok untuk menghadapi ujian sekolah besok. Mama taruh di atas meja, ya.”

“Iya, Ma,” jawab Bimo dengan nada gelisah.


Mama adalah penjual aksesoris tradisional seperti anting, gelang, dan kalung. Banyak perajin tradisional menitipkan barang kepada Mama agar bisa dijual. Mama sendiri yang mengantar pesanan barang-barang apabila ada pesanan dari pelanggan. Namun, kali ini banyak barang yang harus diantar dalam waktu dekat.


Rumah Bibi Murni sebenarnya tidak terlalu jauh. Dengan menggunakan sepeda paling lama memakan waktu 15 menit. Namun, jalan menuju ke rumah Bibi Murni persis melewati kuburan. Selain itu, lampu penerangan jalan juga tidak menyala akibat rusak terkena badai beberapa hari lalu.

Sepanjang jalan Bimo menyanyi kecil untuk menghilangkan rasa bosan. Sore temaram perlahan berubah menjadi gelap. 


Sembari mengayuh sepeda, Bimo merasa ada yang aneh pada sepedanya.

“Aduh! ban belakang bocor. Tidak ada bengkel yang buka juga sekarang,” katanya.

“Bimo…,Bimo…,” terdengar bisikan pelan dari arah kuburan. Kompleks kuburan berada tak jauh dari tempat Bimo berhenti. Kini, bisikan itu berubah menjadi suara yang semakin nyaring dan berat.

“Su..ara.. siapa itu?” ujarnya merinding.


Saat itu tidak ada kendaraan maupun orang yang lewat sepanjang jalan. Detak jantung berbunyi cepat. Bimo terdiam dan tidak berani melihat ke belakang karena keadaan sudah gelap. Suara itu perlahan mendekat. Karena ketakutan, Tanpa pikir panjang Bimo langsung berlari meninggalkan sepedanya.

Tak berselang lama, Bimo telah sampai di rumah Bibi Murni. Lampu-lampu rumah membuat Bimo lega.


“Selamat malam, Bibi,” kata Bimo sedikit terengah.

“Selamat malam, Nak Bimo,” Bibi Murni menyambut dengan hangat. “Tumben malam-malam datang ke rumah. Ayo masuk.”

“Ada titipan dari Mama, Bibi,” tukas Bimo sambil menyerahkan paket.

Bibi Murni membuka isi paket dan memeriksa dengan teliti. Bibi Murni senang karena barang yang diminta diterima dalam kondisi baik.

“Kamu kenapa Bim? Bajumu basah keringatan,” tanya Bibi Murni sambil memberikan segelas air minum.


Dengan sedikit merinding Bimo menceritakan apa yang terjadi di perjalanan, “Saat berada dekat kompleks kuburan, Bimo mendengar suara aneh, Bibi. Suara itu terus memanggil Bimo, padahal tidak ada orang sama sekali.”


“Tuk..Tuk..Tuk..” suara ketukan pintu berbunyi. Sebuah suara kembali memanggil nama Bimo dari luar. Namun, suara itu terdengar sangat akrab di telinga Bimo.

“Kenapa kamu lari, Bim? Malah Sepeda ditinggalkan.” Seorang anak laki-laki dengan badan yang tinggi muncul dari balik pintu.


Suara itu berasal dari suara Mas Robi. Mas Robi baru saja pulang dari belajar kelompok.

“Jadi, Mas Robi ada di kuburan tadi?” ujar Bimo heran.

“Karena sudah kemalaman pulang, Mas tadi mengambil jalan pintas melintasi area kompleks kuburan. Ketika di perjalanan, Mas melihat Bimo mendorong sepeda sendirian. Pas Mas panggil, Bimo lari,” tukas Mas Robi.

“Maaf Mas. Tadi Bimo takut sekali karena tidak ada lampu. Bimo kira suara hantu,” ujar Bimo tersipu malu.


Bibi Murni dan Mas Robi tertawa serentak mendengar pengakuan Bimo.

“Tidak apa-apa, Bim. Yang penting kamu harus hati-hati dalam perjalanan,” ucap Mas Robi pelan.

“Ya sudah. Kalian berdua sebaiknya harus pulang. Mama kalian pasti khawatir karena sudah kemalaman,” ujar Bibi Murni sambil memberikan sejumlah uang untuk biaya pengantaran barang. Mereka pun berpamitan dan pulang menuju rumah.


Peristiwa itu membuat Bimo belajar bahwa rasa takut itu berasal dari pikiran sendiri. Sejak itu, Bimo bertekad untuk mengurangi rasa takut dalam dirinya agar menjadi lebih berani lagi.

 

Tentang Penulis

Arwin Andrew adalah nama pena Andrew Ramos. Lahir di Kutai Kartanegara , Kalimantan Timur. Penggemar Musik Country dan suka membaca berbagai jenis buku. Tulisan Cernak dan Dongengnya tersiar di Majalah Bobo, Majalah Apajake, dan Cerano.id. Bisa dihubungi melalui Instagram: @arwin_andreww.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar