Pages

Bermain Umbul-umbul Gajah

  


 

 


Oleh Faris Al Faisal

 

 

PAGI ituPak Asep bersiap membariskan murid-muridnya di lapangan sekolah. Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan tampak bersemangat. Apalagi di tangan Pak Asep membawa beberapa bola. Zain, Ziyad, dan Zamit saling pandang dan kemudian berbisik-bisik.

“Wah, kita akan bermain sepak bola lagi!” ucap Zain pelan kepada Ziyad.

“Pasti nanti kita ditandingkan lagi,” balas Ziyad juga dengan berbisik.

“Nanti kita satu tim ya,” ujar Zamit.

Tapi rupanya, anak-anak perempuan merasa bosan jika hanya menonton permainan sepak bola. Mereka ingin permainan olahraga yang baru. Tidak melulu itu-itu saja.

Setelah lima belas menit senam pemanasan. Pak Asep menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu. “Anak-anak,” ucap Pak Asep memulai, “pernah tidak kalian mengenal olahraga tradisional Umbul-umbul gajah?”

Umbul-umbul gajah, seperti apa Pak?” tanya Nayara.

Tidak Pak, sepertinya saya baru mendengarnya,” ujar Zamit.

“Iya, namanya kok lucu ya ... ada gajahnya,” tukas Najma.

“Mungkin kita akan menjadi gajah yang bermain sepak bola,” jawab Zain 

Pak Asep tersenyum. “Umbul-umbul gajah adalah bermain bola dengan naik ke punggung lawan.”

“Wah, seru sekali sepertinya! Bagaimana cara bermainnya Pak?” tanya Zain.

“Cara bermainnya adalah bentuk dua tim yang terdiri dari lima atau enam orang. Buat lingkaran besar, kemudian tim kesatu naik ke punggung tim kedua. Lalu bola ini dilempar berulang-ulang secara berurutan. Jika bola itu jatuh maka giliran tim kedua naik ke punggung tim kesatu. Terus begitu selanjutnya.” Pak Asep menerangkan permainan umbul-umbul gajah dengan sedetail mungkin. Anak-anak pun menyimak dengan baik.

“Apa bisa di mulai sekarang Pak?” tanya Nayara tidak sabar.

Tentu saja. Ayo kalian cari teman dan bentuk timnya. Pak Asep kemudian mengambil bola dan menyerahkan ke tim satu yang bermain awal. 

Anak-anak tampak riang. Mereka bermain bola dengan naik ke punggung lawannya. Bola-bola itu dilempar-lempar kepada temannya. Mirip gajah-gajah di Lampung yang bermain bola dengan belalainya.

“Aduh,” ucap Nayara. Bola yang ia tangkap ternyata jatuh. Ia dan keempat kawannya harus rela turun dari gendongan dan gantian menggendonglawannya

“Hore, giliran kami yang naik,” kata Najma. Kini Najma dan keempat temannya yang bermain bola. Mereka benar-benar gembira

Begitu pula Zain, Ziyad, dan Zamit. Kebetulan mereka satu tim. Ketiganya masih di atas punggung lawannya. 

“Ayo lempar ke sini bolanya Ziyad! Zain memberi arahan.

“Aku juga,” kata Zamit.

Tidak terasa jam pelajaran olahraga selesai. Anak-anak masih ingin bermain Umbul-umbul gajah. Namun, mereka pun harus beristirahat agar bugar untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. []

 

Indramayu, 2019

Pencerita 

 

  

 

 

Faris Al Faisal lahir dan berdikari d(ar)i IndramayuJawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Tulisan cernak dan fabelnya tersiar di Nubi KOMPAS, Suara Merdeka, Solopos, Padang Ekspres, Joglosemar, Majalah Anak Cerdas, dan Majalah Utusan. 

Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris,  IG @ffarisalffaisal, dan SMS/WA 0811-2007-934. []

 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar