Pages

Ummu Sulaim, Ikhlas Mengembalikan Pinjaman



Oleh :  Rahmah Bangun

 

            Ummu Sulaim adalah seorang wanita shalihah.  Ia sangat taat kepada Allah.  Ia juga sangat bangga akan keIslamannya.  Ia adalah seorang ibu yang bijaksana.  Mendidik anak-anaknya dengan Islam.  Suatu ketika saat anaknya yang bernama Anas bin Malik berusia sepuluh tahun, Rasulullah datang ke Madinah.  Ummu Sulaim menggandeng tangan Anas dan membawanya kepada Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, Tidak ada satupun laki-laki atau perempuan dari kalangan kaum Anshar kecuali dia telah mempersembahkan hadiah kepadamu.  Sedang aku tidak mampu memberikan hadiah apapun kepadamu.  Kecuali putraku ini.  Maka bawalah dia agar bisa membantumu, Ya Rasulullah,” kata Ummu Sulaim.

Demikianlah Ummu Sulaim memilihkan sekolah kenabian untuk putranya agar menjadi anak yang saleh.

Ummu Sulaim adalah seorang ibu yang penyabar. Ia sangat rida dan patuh pada segala ketetapan Allah.  Suatu hari, suaminya yang bernama Abu Thalhah sedang bepergian.  Anaknya yang di rumah sedang sakit parah.  Ummu Sulaim merawatnya.  Ketetapan Allah, anak Ummu Sulaim meninggal dunia.  Ummu Sulaim pun bersedih.  Namun ia tak panik lalu bingung mengabari Abu Thalhah.  Ia tetap bersabar dan menerima ketetapan Allah Sang Pemilik hidup manusia.  

Ummu Sulaim mendandani anaknya yang sudah meninggal seolah-olah sedang tertidur lelap.  Hingga ketika Abu Thalhah datang, ia tak ingin membuat suaminya kaget dan bersedih.  Tapi ia juga tak hendak berbohong kepadanya.

“Bagaimana keadaan anak kita?” tanya Abu Thalhah yang baru datang dari bepergian.  Wajahnya tampak letih.

“Jiwanya sudah tenang dan aku berharap dia sudah beristirahat,” jawab Ummu Sulaim.  Ia menyembunyikan rasa sedihnya.

Abu Thalhah tidak menangkap kesedihan Ummu Sulaim. Ia menganggap anaknya sudah baikan kondisinya.  Ia pun makan dan beristirahat.  Setelah lelah dan letihnya hilang, Ummu Sulaim pun mendekatinya.

“Maukah engkau aku beritahu tentang hal yang menakjubkan dari tetangga kita?” Ummu Sulaim memulai pembicaraan.  Ia sedang menceritakan perumpamaan.

“Ada apa dengan mereka?” tanya Abu Thalhah. Ia menanggapi cerita istrinya.

“Mereka dipinjami suatu pinjaman.  Lalu ketika pinjaman itu diminta kembali dari mereka, mereka tidak rela,” lanjut Ummu Sulaim.

“Sungguh buruk perbuatan seperti itu.  Pinjaman harus dikembalikan kepada pemiliknya,” Abu Thalhah mengomentari.  Ia tetap tenang.  Belum tahu kemana arah cerita Ummu Sulaim.

“Bila pinjaman itu ada pada kita, relakah engkau mengembalikan saat pemiliknya meminta kembali?” tanya Ummu Sulaim lagi.

“Kenapa tidak? Itulah yang menjadi ajaran Islam yang indah.  Sesuatu yang bukan milik kita harus kembali kepada yang berhak memilikinya,” jawab Abu Thalhah lagi.  Ia pun belum menyadari apa maksud pertanyaan Ummu Sulaim ini.

“Jadi kita harus mengikhlaskannya?” tanya Ummu Sulaim.  Ia ingin memastikan keikhlasan suaminya.  

“Betul,” jawab Abu Thalhah singkat.

“Jika pinjaman itu adalah anak kita, bagaimana? Allah telah memintanya kembali.  Dia milik Allah dan akan kembali kepada Allah,” Ummu Sulaim menjelaskan maksud ceritanya.

Abu Thalhah pun terkejut dan berucap,”Innalillahi wa inna ilaihi raji’uun.  Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah.”

Ummu Sulaim merasa tenang.  Ia sudah menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada suaminya.  Suaminya pun sudah ikhlas menerima ketetapan Allah untuk mereka.

Ummu Sulaim adalah ibu yang bijaksana. Kesabaran dan keridhaannya akan ketetapan Allah sangat mengagumkan.  Padahal biasanya seorang ibu banyak merasa gelisah dan berkeluh kesah.  Islamlah yang merubah tabiatnya menjadi indah. Penuh dengan kesabaran dan keridhoan kepada ketetapan Allah.

 * Rahmah Bangun.  Seorang guru Paud dan TPQ di Malang, Jatim yang senang bercerita dan menuliskannya. 


Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar