Pages

PENTINGNYA HARMONI KEBANGSAAN



Oleh Dewi Ayu Larasati, SS, M. Hum 

Berdomisili di Medan, Sumatra Utara

Pendidikan Kewarganegaraan pada hari ini adalah pelajaran terakhir. Bapak guru pun datang ke dalam kelas dan menyapa anak-anak. Ramsy sangat senang saat Pak Yusran selaku guru pengampu mata pelajaran itu masuk ke dalam kelas. 


Hari ini Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) akan membahas tentang Harmoni Kebangsaan. Ramsy pun tambah senang karena dia sangat menyukai pelajaran ini. Anak-anak lain juga terlihat sangat antusias dan senang sekali pada mata pelajaran ini. 


Para siswa berpendapat bahwa Pak Yusran selaku guru Pkn cukup menyenangkan. Cara mengajarnya jelas dan mudah dipahami. Selain itu, wawasannya juga luas. Banyak variasi dalam belajar. Tak jarang Pak Yusran juga membumbui pelajaran dengan permainan, bahkan mendongeng. Beliau juga sering membawa alat peraga, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan boson. 


Sikap kasih sayang pun dicurahkan Pak Yusran kepada murid-muridnya. Karena itu tidaklah heran kalau Pak Yusran sangat disenangi, dihormati, dan dikagumi oleh anak didiknya. Seperti di siang itu, di kala matahari mulai meninggi dengan udara yang panas, anak-anak justru terlihat ceria saat Pak Yusran masuk ke kelas. Tidak tampak lelah di wajah mereka.

 “Selamat siang,” sapa Pak Yusran.

“Siang, Pak,” jawab anak-anak serentak.

“Ayo sekarang kita mulai pelajaran kita ya. Materi belajar hari ini adalah tentang Harmoni Kebangsaan. Buka buku materinya, anak-anak semua,” ujar Pak Yusran saat hendak memulai pelajaran. 

Terlihat beberapa anak masih sibuk membolak-balik buku pelajarannya. Ada juga yang tengah mempersiapkan alat-alat tulisnya. 

“Sebelum kita mulai pelajaran kita, Bapak ingin terlebih dahulu menunjukkan dua lukisan yang Bapak bawa hari ini. Coba anak-anak perhatikan dulu ya…” Pak Yusran lalu mengeluarkan dua lukisan pemandangan alam dari dalam tasnya. 


“Nah…dari dua lukisan yang Bapak bawa ini, coba anak-anak pikirkan, lukisan manakah yang lebih indah? Lukisan mana yang kalian sukai, ayo? Hmm…kalau yang pertama, sebuah lukisan dengan beberapa pohon tanpa sesuatu pun yang selain itu. Sebaliknya, lukisan yang kedua terdapat tiga batang pohon, sawah, langit yang biru, dengan beberapa gumpalan awan di sana-sini, air terjun indah di kejauhan, burung-burung yang melintas, air sungai dengan gunung tinggi menjulang di latar belakangnya, sementara di bagian kakinya ada seorang penggembala tengah menggiring kerbau miliknya!” Pak Yusran mengawali pelajaran dengan sebuah pertanyaan yang menarik. 


Anak-anak yang hadir pun berebutan angkat tangan untuk menjawab. Hampir semua memilih lukisan yang kedua. 

Pak Yusran lalu bertanya kembali, “Kenapa anak-anak memilih lukisan yang kedua?”

Ramsy yang sedari tadi tunjuk tangan langsung menjawab, ”Lukisan kedua lebih indah karena beraneka warna dan beragam pemandangan Pak. Ada gunung, sungai, air terjun, burung terbang…”

Ikbal yang bertubuh paling mungil di kelas itu pun tak mau kalah menjawab, ”Iya Pak, gambar kedua lebih bagus, ada pohon, ada petani dengan kerbaunya, awan putih, langit biru…”


Pak Yusran pun tersenyum puas mendengar jawaban murid-muridnya. “Bapak setuju dengan jawaban anak-anak sekalian. Lukisan kedua lebih indah karena adanya keragaman pemandangan yang indah di dalamnya! Demikianlah pula halnya kehidupan manusia, anak-anak. Dunia dengan berbagai keragaman di dalamnya seperti suku, ras, bahasa, bahkan agama, benar-benar menunjukkan sebuah keterpaduan sangat indah yang saling melengkapi, serta memberikan kekayaan yang tidak ada habisnya. Kalau saja manusia semuanya memiliki bentuk dan keadaan yang sama, tentulah manusia akan mengalami kebosanan dan kejemuan. “

“Tapi Pak, umat manusia di seluruh dunia kan banyak, Pak? Lalu, bagaimana caranya agar kita saling mengenal?” tanya Aidil.

“Benar kata Aidil. Untuk saling mengenal kita tentu harus berteman. Pergaulan adalah awal dari penyelamatan dunia, perbaikan umat manusia, dan upaya untuk membentuk kehidupan manusia yang damai. Jika kita berkenalan, maka kita dapat melihat ‘kesamaan’ yang begitu banyak yang telah menyatukan kita dengan saudara-saudara kita sesama manusia. Jika kita berkenalan, maka masing-masing kita akan mengetahui betapa ternyata kita memerlukan saudara kita sesama manusia. Nah…anak-anak semua di kelas ini saling berteman, kan?”

Anak-anak pun serempak menjawab, “Berteman Pak Guru…”

Wisnu, seorang siswa yang juga tergolong pintar dan aktif lalu bertanya, “Lantas, kalau kita diciptakan untuk hidup bersama, namun kenapa masih ada pertengkaran? Kenapa juga masih ada peperangan, Pak?”

“Benar sekali, Wisnu. Tak dapat dipungkiri bahwa sejarah manusia tak lepas dari sejarah peperangan, entah itu di zaman kuno hingga di zaman modern. Sampai sekarang perang pun masih seringkali terjadi, lalu kenapa perang selalu saja terjadi? Ada banyak hal kenapa perang bisa terjadi, anak-anak.  Pertama, perebutan sumber daya alam. Kedua, karena politik dan kekuasaan. Ketiga, kurangnya kesejahteraan dan keadilan. Keempat, karena hasrat manusia yang tidak pernah puas. Kelima, karena faktor ekonomi dan bisnis, dan yang terakhir keenam, karena kesalahan persepsi akan perbedaan. Seperti yang Bapak jelaskan tadi, perbedaan itu ibarat dua sisi mata uang, bisa menguatkan dan bisa juga menghancurkan. Nah, maka dari itu, kita harus bisa menyikapi perbedaan dengan benar dan tetap menjaga persatuan dengan semua orang, agar kita semua dapat mencapai satu tujuan yang sama, yaitu hidup di dunia ini dengan aman tenteram. Setuju ya, anak-anak semua…”

Anak-anak pun mengangguk tanda setuju. 

Pak Bayu pun melanjutkan, “Intinya, kita harus kembali kepada harmoni dan dimulai dari diri kita sendiri. Niscaya harmoni akan menjadi jembatan menuju perdamaian dunia.”

            Dengan mempelajari Harmoni Kebangsaan, anak-anak pun mendapat pencerahan dan pemahaman untuk menghormati dan menghargai keberagaman yang ada di sekitarnya demi terwujudnya perdamaian dan kerukunan hidup. 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar