Pages

MANDI BOLA ALA HAYKAL



Oleh : Zurnila Emhar Ch

 

Haykal memperhatikan ibu yang sedang tidur nyenyak. Sudah satu jam lebih ibu tidur. Biasanya ibu hanya tidur siang setengah jam waktu menidurkan Laila. Namun sudah tiga hari ini ibu tidur siang lebih lama. Haykal jadi tidak tega membangunkannya.

Lama Haykal termenung. Ibu memintanya membangunkan jam dua. Sekarang sudah lewat lima belas menit. Berulang kali Haykal melihat jam dinding yang terus bergerak. Dengan hati tak tega dia tetap membangunkan ibu.

“Bu, bangun. Sudah jam dua lewat,”

Ibu masih diam. Tangannya mendekap Laila.

Haykal menggoyangkan tangan ibu. “Bangun, Bu.”

Pelan-pelan ibu membuka mata. Menatap Haykal. Lalu jam dinding. Dengan hati-hati ibu menarik bajunya yang terhimpit tubuh Laila. Sambil menggeleng-geleng, berusaha membuang kantuk, ibu menyanggul rambutnya. Haykal memperhatikan ibu tanpa bicara.

“Jangan berisik ya, nanti adik bangun.” 

Haykal mengangguk.

* * *

Pelan-pelan Haykal membuka pintu. Telunjuknya menempel di bibir. “Sstt... jangan ribut di sini. Laila sedang tidur.”

Abi, adik Haykal, menatapnya. “Kami mau main di teras, Bang. Sudah capek lari-lari.”

“Main di teras yang lain aja. Laila masih tidur. Suara kalian terdengar jelas ke dalam. Nanti dia terbangun. Ibu lagi memasak.”

“Ibu bikin bukaan apa, Bang?”

“Belum tahu. Lihat aja nanti. Mainnya pindah dulu ya.”

Abi dan kawan-kawannya meninggalkan teras. Mereka saling berebutan menceritakan takjil yang akan dihidangkan ibu mereka saat buka puasa. 

Tepat ketika Haykal menutup kembali pintu, Laila bangun. Kedua matanya yang sudah terbuka lebar menatap lekat padanya. Lalu kepalanya berputar. Pasti mencari ibu, pikir Haykal. Dia sudah hapal dengan kebiasaan adiknya saat bangun tidur.

Benar saja! Sambil menggaruk-garuk lengannya, Laila langsung memanggil ibu sambil menangis. Haykal mendekat, meraih boneka dan memberikan pada Laila. Namun boneka itu ditampik. Tangis Laila makin keras.

Ibu muncul dari dapur. “Ee, anak ibu udah bangun. Tidur lagi ya. Ibu mau masak.”

Laila langsung merangkul ibu. Ibu kembali mencoba menidurkan Laila. Namun Laila menolak. Dia terus menangis. Dengan sabar ibu berusaha menenangkannya.

Satu per satu mainan diambil Haykal. Dia tahu ibu harus menyelesaikan masakannya tepat waktu. Jam setengah lima sore, ibu akan menggelar masakannya di meja yang ada di teras. Selama ramadhan ibu berjualan takjil. 

Biasanya ibu akan memasak sambil menggendong Laila jika dia menangis. Selama ini Haykal tidak ambil pusing. Tapi setelah mendengar ceramah ustad di mesjid saat tarawih kemarin, dia ingin berbakti. Haykal merasa iba pada ibu yang mengerjakan semua urusan rumah sendirian.

“Ibu, pergilah memasak. Biar Haykal menemani Laila.” ujarnya sambil membuat sebuah ruang di tengah rumah. Ruang itu dikelilingi bantal-bantal dan tikar. Kemudian bola-bola beragam warna ditebarkan di dalam ruang tersebut.

“Laila, ayo kita mandi bola.”

Haykal langsung mengangkat Laila yang sudah reda tangisnya. Haykal mulai melempar-lempar bola ke atas. Lalu bertenang-renang di tengah tebaran bola. Sesekali digelitiknya adiknya. 

Tidak lama kemudian Laila sudah asyik bermain dengan Haykal. Ibu tersenyum. Sambil mengangguk pada Haykal, ibu kembali menuju dapur.

* * *

 

ZURNILA EMHAR CH, lahir di Bukittinggi, 18 Desember1986. Menulis cerpen, sajak,esaidan resensi. Tulisannya pernah dimuat di Padang Ekspres,Singgalang, Haluan, Riau Pos, Haluan Riau, Metro Riau, Majalah Sastra Sagang, Majalah Story, Ilmuiman.net dll. Pernah memenangkan beberapa lomba menulis cerpen. Beberapa tulisannya dimuat dalam buku Ziarah Angin(2009)Antologi Cerpen “ Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010” (DKM, 2010),Kopi Hujan Pagi(2012),Seorang Nenek di Bawah Pohon Kasturi(2012),Nyawa Ibu (2012).

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar