Pages

Jangan Lupa Pakai Masker



Oleh : Reni Asih Widiyastuti

Berdmilisi di Semarang, Jawa Tengah

 

Sejak tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, Inara sering mengeluh lelah dan pegal-pegal di sekujur badan. Hal itu juga yang membuatnya semakin malas untuk beraktivitas. Dia bingung, ingin melakukan kegiatan apa ya selain belajar dari rumah? Tak lama, dia mendengar suara ibunya dari dalam kamar. Setelah dia melongok, ternyata ibunya sedang membersihkan tempat tidur.

“Kenapa cuma berdiri di depan pintu begitu, Nara? Apa badanmu masih pegal-pegal?” tanya ibu pada Inara.

Inara mengangguk lemah. Dengan langkah gontai, dia pun akhirnya masuk ke kamar.

“Kenapa pegalnya nggak hilang-hilang ya, Bu? Padahal kan Inara sering tidur?”Inara kembali bertanya.

“Ibu kasih tahu, ya. Walaupun kamu lagi nggak sekolah begini, jangan malas untuk bergerak. Kebanyakan tidur bukan menyegarkan badan, tapi malah membuat semakin lemas, Nara. Lebih baik kamu bantu ibu saja, bersih-bersih kamar. Gimana?”

“Iya deh, Bu.”

“Eh, sebentar, kamu pakai masker dulu!” ucap ibu seraya memberikan masker bersih untuk Inara.

“Memangnya harus pakai masker ya, Bu?”

Inara justru balik bertanya.

“Ya harus dong, kan banyak debu dan kotoran, biar kita tidak bersin-bersin dan batuk-batuk.”

“Em ... begitu ya, Bu. Terus ini seprainya mau diganti lagi, Bu? Bukannya kemarin sudah?” tanya Inara.

“Membersihkan tempat tidur dan mengganti seprai tidak harus menunggu kotoran menumpuk dulu. Apalagi sedang musim virus corona seperti sekarang. Kita dianjurkan untuk sering bersih-bersih, supaya tidak gampang terserang penyakit. Kan virus bisa menempel di mana saja. Di tangan, di baju, di kolong tempat tidur, termasuk di seprai ini.”

Mendengar penjelasan ibu, Inara mengangguk-angguk dan segera melanjutkan bersih-bersih. Selang 15 menit berlalu, semua sudah beres. Namun ibu masih ingin mengajak Inara untuk mengumpulkan kain-kain bekas sebagai bahan membuat masker mandiri.

Menurut ibu, masker kain lebih efisien dan hemat. Selain itu, bisa dicuci dan digunakan kembali. Ibu sengaja melakukannya supaya Inara tidak lupa menggunakan masker, terutama jika keluar rumah.

Kemudian, ibu menyuruh Inara untuk mengambil kotak penyimpanan jarum dan benang. Inara lalu mulai memerhatikan ibu yang membuat pola. Masker dibuat dua lapis dan bertali kain. Inara tak mau kalah, dia juga ikut menjahit masker. Berkat ketelatenannya, jadilah satu masker kain buatannya sendiri.

Namun, tiba-tiba dia melamun. Selama ini dia malas menggunakan masker, padahal manfaatnya besar sekali.

“Memangnya sebahaya apa sih virus corona itu, Bu? Sampai kita tidak boleh lupa memakai masker? Padahal kita jadi susah bernapas kan, Bu?” tanya Inara tiba-tiba.

“Berbahaya sekali, bahkan sudah banyak yang meninggal dunia karena virus itu. Coba kamu lihat para tenaga medis yang ada di rumah sakit. Selain memakai alat pelindung diri, mereka juga tidak pernah lupa memakai maskernya. Meski awalnya agak susah untuk bernapas, tapi lama kelamaan juga akan terbiasa kok. Dan perlu kamu ingat, orang-orang yang biasa menggunakan masker, setidaknya berperan penting memutus mata rantai penyebaran virus corona.”

“Tapi Inara juga sering lihat kok,banyak sekali orang-orang di luar sana yang masih saja bandel dan tidak memakai masker jika bepergian lho, Bu!”

“Nah, maka dari itu, mulai dari diri kita sendiri. Menjaga lebih baik daripada mengobati, kan?”

Lagi-lagi Inara termenung. Sejak itu, dia berjanji akan selalu menggunakan masker tak hanya jika bepergian, tapi juga saat melakukan aktivitas di rumah, yaitu bersih-bersih. Apalagi sekarang dia sudah memiliki masker yang dibuatnya sendiri.

Inara tersenyum bangga dan bersyukur. Dia juga tak lupa berdoa, semoga virus corona segera cepat teratasi dan dia bisa ke sekolah lagi.

 

 

Semarang,  12 Juni 2020



 

 

Penulis:

Reni Asih Widiyastuti kelahiran Semarang, 17 Oktober 1990. Karyanya telah dimuat di: Kompas Klasika, Padang Ekspres, Solopos, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Harian Merapi, Kabar Madura, Harian Singgalang, Bali Post, Magrib.id. Salah satu bukunya telah terbit, yaitu Pagi untuk Sam(Stiletto Indie Book, Juni 2019). enulis dapat dihubungi melalui email; reniasih17@gmail.com

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar