Oleh Dewi Ayu Larasati, SS. M.Hum
Berdomisili di Medan, Sumatra Utara
Syamil mendapat hadiah sepasang ikan hias dari Ayah. Senang sekali dia. Dia pun belajar merawat ikan-ikan itu. Ikan-ikan hias itu merupakan jenis guppy. Bertubuh kecil, dengan sirip yang berwarna-warni.
Syamil pun bersemangat untuk memberinya makan setiap hari. Seperti pagi itu di hari Minggu, Syamil melihat kedua ikan hiasnya yang bergerak lambat. Syamil pun mengambil pakan ikan dan menaburnya ke akuarium. “Ikan-ikan hias ini sangat kelaparan sepertinya,” pikirnya. Ikan-ikan itu pun mengerubuni tangan Syamil. Melahap satu persatu makanan yang diberikan Syamil. Syamil pun terlihat kegirangan.
Tiba-tiba Ibu memanggil Syamil dari arah dapur,”Syamil…jangan lupa hari ini ada persiapan latihan bola untuk pertandingan minggu depan. Ibunya Irsyad menelepon Ibu tadi untuk mengingatkan.”
“Ya Bu…Sebentar lagi Syamil bersiap-siap. Syamil sedang kasih makan ikan dulu, Bu,” jawab Syamil sambil asik memandang ke arah ikan-ikannya yang kembali terlihat lincah.
Setelah pulang latihan bola, Syamil tidak sabar untuk melihat ikan-ikan hiasnya itu. Ia pun bergegas menuju ke arah belakang rumahnya untuk melihat ikan hiasnya itu.
Tapi apa yang terjadi?
Air dalam akuariumnya mulai keruh. Ikan hias Syamil terlihat lemas. Syamil mulai cemas saat melihat ikan hiasnya tidak selincah biasanya.
“Apa yang terjadi?” ungkap Syamil gelisah sembari memperhatikan ikannya.
“Mungkin karena airnya keruh,” ujarnya dalam hati. Syamil pun segera membersihkan akuariumnya.
Setelah akuariumnya dibersihkan, ikan hiasnya masih terlihat lemas. “Aduh, bagaimana ini?” gerutu Syamil.
“Oh, mungkin dia lapar,” katanya lagi.
Syamil lalu mengambil makanan ikan dan menuangkannya ke akuarium. Namun ikan-ikannya juga masih terlihat lemas, dan perlahan tidak bergerak lagi.
“Hah…ikannya mati ya?” pikir Syamil khawatir.
Syamil pun berlari menjumpai Ibu yang sedang membersihkan teras. “Bu, Ibu…ikan-ikanku kenapa ya, Bu? Kok mereka tidak bergerak lagi,” tanya Syamil panik.
“Masa sih?” Ibu pun berhenti menyapu dan mengikuti Syamil menuju akuariumnya.
“Liat deh, Bu. Mereka kok tidak bergerak lagi ya, Bu. Apa ikan-ikan Syamil sudah mati?”
Ibu pun memandang heran ke arah ikan-ikan itu. “Hmm…kenapa ya?” pikir Ibu bingung.
“Syamil kasih makan apa ikannya?” tanya Ibu lagi.
“Ini, Bu. Yang di dalam kotak ini kan makanannya, Bu” jawab Syamil sambil menunjukkan kotak kecil yang ada di samping akuarium.
Ibu memperhatikan seksama. “Oh, iya, ini memang makanan ikannya. Tapi, hmm…kenapa ada bungkus biskuit juga ya di samping akuarium ini? Apa Syamil baru makan biskuit? Kok sampahnya gak dibuang ke keranjang sampah, Nak?”
“Bukan, Bu…Syamil tidak ada makan biskuit kok, Bu,” jawab Salim sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Hmm…Oh ya Ibu baru ingat kalo gitu. Tadi Tante Desi datang ke rumah kita untuk mengambil pesanan kue yang Ibu buat tadi pagi. Nah, anak Tante Desi juga ikut tuh, si Rio. Mungkin ini ulah Rio yang kasih biskuit ke ikan hias Syamil,” jelas Ibu.
“Emangnya Ibu tidak lihat kalau Rio ke akuarium Syamil?” tanya Syamil kesal.
“Nah itu dia, Nak. Ibu keasikan ngobrol sama Tante Desi, sampai-sampai Ibu ga perhatikan kalau Rio ada ke akuarium Syamil, apalagi memberi makan biskuit ke ikan-ikan Syamil. Yah, maklum lah Nak, Rio kan masih anak-anak sekali, usianya juga baru empat tahun dan aktif sekali anaknya. Gak mungkin juga kalau Ibu melarang dia untuk kesana kemari kan?” jawab Ibu menghibur Syamil yang terlihat kesal.
“Tapi gara-gara Rio ikan Syamil mati, Bu? Padahal besok teman-teman Syamil mau datang kemari lihat ikan-ikan Syamil ini. Aduh…gimana donk, Bu? Syamil malu bilang ke teman-teman kalau ikan Syamil yang baru dibeli sudah mati,” gerutu Syamil.
“Ya, namanya kita juga ga tau kalau akan terjadi begini, Nak. Lagian juga pasti Rio ga sengaja melakukan itu, Syamil. Dia masih anak kecil yang belum ngerti mana yang benar dan mana yang salah. Dia kira pasti semua hewan mau makan biskuit seperti manusia,” jelas Ibu.
“Terus, Syamil harus bilang apa ke teman-teman Syamil ya, Bu? Ntar dikira Syamil berbohong lagi kalau punya ikan hias,”
“Jelaskan saja sejujurnya Nak ke teman-teman Syamil, kalau ikannya sudah mati. Hmm...atau, besok kan libur. Gimana kalau kita ajak Ayah pagi-pagi untuk beli ikan guppy-nya lagi ya? Teman Syamil datangnya sore, kan?”
“Iya, Bu. Tapi…apa Ayah mau belikan ikan hias untuk Syamil lagi, Bu?”
“Ya, nanti kita tanyakan Ayah, ya. Insya Allah Ayah pasti tidak keberatan. Lagian juga bukan kesalahan Syamil kalau ikan-ikan itu mati,” jawab Ibu tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu disertai salam. “Assalamu’alaikum…”
Ibu pun bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.”Wa’alaikum salam…eh, Om Ihsan rupanya,” sapa Ibu begitu melihat Om Ihsan, adiknya Ayah Syamil, berdiri di depan pintu. Ibu pun lalu mempersilahkan Om Ihsan untuk masuk.
“Oh…saya gak lama kok Bunda Syamil. Cuma mau titip ikan hias ini untuk Syamil. Kata Ayahnya Syamil, Syamil suka banget ikan hias ya. Apalagi Syamil sudah punya akuarium, bukan begitu? Nah, kebetulan tadi saya ada lihat pameran ikan hias di pusat pasar. Ikannya bagus-bagus, deh. Jadi, saya belikan untuk Syamil,“ kata Om Ihsan sambil menunjukkan ikan hias tersebut ke Ibunya Syamil.
“Wah, jadi ngerepotin Om Ihsan ni. Sebentar saya panggil Syamil, ya,”
Syamil pun kegirangan mendengar kabar kalau Om Ihsan membawakannya ikan hias. “Terima kasih ya, Om. Untung Om Ihsan bawakan ikan hias untuk Syamil, soalnya ikan-ikan hias Syamil yang dibelikan Ayah sudah mati Om.”
“Loh, kok bisa mati? Bukannya kata Ayah Syamil, ikannya baru dibeli seminggu lalu?” tanya Om Ihsan heran.
“Iya Om, anaknya teman Ibu yang bikin ikan Syamil mati waktu Syamil main bola sama teman tadi pagi,” jawab Syamil polos.
Ibu pun lalu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Om Ihsan lalu mengangguk tanda paham.
“Ya sudah. Syamil ga usah sedih lagi donk kalo gitu. Kan Om sudah belikan ikan hias yang baru. Lucu-lucu lagi nih ikannya. Coba lihat…ada ikan mas koki, ikan Molly balon, ikan killi, ikan guppyjuga ada nih” bujuk Om Farhan sambil memperlihatkan Syamil ikan-ikan hias yang dibawanya.
Syamil pun melompat-lompat kegirangan. “Wow…bagus-bagus semua ikannya, Om. Ayo Om, kita taruk ke dalam akuarium ikan-ikannya, ya.”
Lalu Syamil dan Om Ihsan menuju akuarium untuk memasukkan ikan-ikan hias tersebut dan memberinya makan. Syamil terlihat senang sekali melihat ikan-ikannya di dalam akuarium berenang kesana kemari dengan aneka warna yang indah. Betapa cerianya ia dapat memiliki ikan hias baru lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar