Pages

Bakat si Pengemis Kecil



Oleh Silma Adinda Rahmah

Namaku  Silma Adinda Rahmah. Aku dipanggil Silma. Aku berusia 10 tahun. Aku bersekolah di SDIT Thariq Bin Ziyad, kelas 5-A. Aku tinggal  di sebuah perumahan kecil di pinggiran kota. Aku sangat menyukai segala hal, terutama cerita fantasi.

 

Cerita fantasi adalah cerita yang sangat menarik. Tokoh- tokohnya memiliki sihir dan berbagai kekuatan super. Pahlawan, gadis sihir, dan berbagai benda ajaib adalah hal - hal yang paling kusukai pada cerita fantasi. Bahkan, beberapa kali aku membuat berbagai cerita fantasi saat waktu istirahat di sekolahku, sambil berpikir, “Andai aku bisa menjadi seperti itu..

 

Aku terbiasa menggambar tokoh – tokoh dari cerita fantasi, dengan rambut berbagai macam warna, sapu sihir, dan berbagai macam elemen di tangannya. “Setidaknya, aku ingin menemui seseorang yang memiliki hal- hal yang kukhayalkan selama ini” begitu pikirku, tapi aku tahu itu hanya ada di dalam cerita, dan itu tidak akan pernah terjadi.

 

Suatu hari, sekolahku mengadakan acara 17 Agustus – an. Di sana, seluruh murid kelas 1 sampai kelas 6 diberi tugas untuk mengarang komik. Seluruh siswa sangat bersemangat, terutama aku.

 

Aku mulai duduk di mejaku dan menyiapkan peralatan menggambarku. Aku berencana menggambar cerita fantasi, seperti biasa.

 

Saat di tengah – tengah fokus membuat komik, salah satu temanku berkata “Ah, kamu kebiasaan gambar tokoh kayak gini sih! Nyata juga nggak”. Mendengar itu, aku terdiam dan tidak menjawab apa – apa, lalu dia berlalu begitu saja.

 

Setelah selesai membuat komikku, aku mengumpulkannya ke Bu Alifah. Bu Alifah memuji karyaku. Aku sangat senang, tapi kata – kata temanku tadi masih terngiang di kepalaku. Setelah itu, aku begumam pada diriku sendiri, “iya ya, cerita fantasi itu ‘kan cerita fiksi, tidak nyata..” Sejak saat itu, ketertarikanku pada cerita fantasi memudar, tapi, rasanya membosankan tanpa cerita fantasi.

 

Sepulang sekolah, aku mencoba berjalan sendiri ke rumah. Aku mengkhayalkan seakan – akan tokoh yang kubuat di cerita tadi berada di sampingku, dan menemaniku pulang.

Setelah beberapa menit berjalan, sambil terus mengkhayalkan hal itu terus menerus, ada sesuatu yang menarik perhatianku.

Pengemis kecil yang berpakaian lusuh, berbadan kering, dan memegang mangkuk hijau kecil di tangannya. Setelah memerhatikanku sebentar, dia mendekatiku dan berkata “Kak.. sumbangan..”. Melihatnya, ada beberapa hal yang kupahami, bahwa anak itu pasti belum makan selama berhari – hari, bahkan mungkin lebih dari 2 pekan. Aku meletakkan uang 10 ribu rupiah sisa uang sakuku tadi di mangkuk kecil yang dipegang anak itu, “Makasih kak..” begitu jawabnya dengan lemas.

 

Aku kembali berjalan sambil melihat anak itu bejalan ke persimpangan di dekat sekolahku.

Setelah sampai di rumah, aku meletakkkan tasku di meja belajarku, mengambil teh dan roti yang masih hangat di meja makan. Lalu memakannya dengan nikmat. Roti itu masih hangat. Berisi selai coklat dan keju yang sangat lezat dan teh hangat yang kuminum juga manis dan membuat tubuhku beristirahat setelah pulang sekolah. Saat aku meletakkan tubuhku di tempat tidur dan merasa nyaman, aku bergumam, “Sekarang ini, aku merasakan hal – hal yang mungkin saja selalu dikhayalkan oleh anak yang kutemui tadi, sama sepertiku yang selalu mengkhayalkan cerita fantasi”.

 

Esoknya, saat pulang sekolah, aku berjalan pulang lagi, tapi karena terburu – buru, aku terjatuh di pinggir jalan itu. Saat itu, sosok kecil yang tidak asing bagiku, datang menghampiriku.

Ya, sosok itu adalah pengemis kecil yang kutemui kemarin.

 

Anak itu berlutut dan melihat ke arahku sambil berkata, “Kakak, nggak apa – apa?”, lalu, aku menjawab sambil tersenyum hangat. “Iya, kakak nggak apa – apa”. Pengemis kecil itu menatapku dengan tatapan aneh, tapi, setelah beberapa detik, dia tersenyum lebar dan berkata “Aku sembuhin ya, kak!”. Mendengar itu, aku sedikit terkejut dan memerhatikan kakiku. Aku tidak percaya, ada cahaya hijau terang yang indah keluar dari tangan anak itu, dia mengelus tempat lukaku dan dalam sekejap, Lukaku menghilang tanpa bekas!

 

Melihat semua kejadian itu, aku terkejut sekaligus senang. Lalu aku bertanya pada anak itu, “Dek, nama kamu siapa?” Anak itu menjawab, “Ani, kak”.  “Umur kamu berapa?” tanyaku lagi, aku sangat bersemangat, dan setelah itu, anak itu menjawab “8”, jawaban yang singkat, aku tidak berdiri, aku tetap terduduk di depannya sambil memasang wajah tidak percaya.

 

Aku yang selama ini hidup enak, selama itu, si pengemis kecil di depanku ini merasakan hidup seperti ini entah sudah dari berapa umurnya.

 

Setelah terdiam beberapa lama, aku memberikan roti kismis yang kubeli di dekat sekolah tadi. Roti itu masih utuh dan masih hangat. Mencium harumnya roti kismis itu, dia langsung memegang roti kismis itu di tangannya yang mungil dan langsung memelukku dengan erat. Kami berdua tidak mengatakan apa – apa setelah itu, dan saat aku berjalan lagi, dia berteriak sambil tersenyum senang, “ Terima kasih Kak’, dan aku menjawab, “SAMA SAMA!”.

 

Indahnya kenangan selama dua hari itu. Aku tuliskan di cerita fantasi buatanku. Dan esoknya, aku berjalan menuju kelasku dengan perasaan yang luar biasa bahagia. Aku sudah bertemu dengan seorang anak kecil yang hebat, seperti yang selalu kukhayalkan di semua khayalan fantasiku selama ini.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar