Pages

Tari Zapin

Dok. Madeblog.com


Oleh  Dewi Ayu Larasati, SS, M.Hum

Berdomisili di Medan, Sumatra Utara


Hari-hari menjelang lomba di acara Pekan Seni dan Budaya, Lala dan teman-temannya semakin giat berlatih. Mereka akan menampilkan Tari Zapin kali ini. Lomba ini juga diselenggarakan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus. Dengan mengusung kearifan lokal, acara Pekan Seni dan Budaya ini ingin memajukan dan melestarikan adat istiadat yang ada di Indonesia.

Tari Zapin yang akan ditampilkan Lala dan kawan-kawannya merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal dari Suku Melayu. Tarian ini biasanya sering ditampilkan di berbagai acara. 

Tarian tradisional ini bersifat edukatif sekaligus menghibur. Menurut sejarahnya, Tari Zapin sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pada awalnya, jenis tarian ini dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke Indonesia pada abad ke-16. Adapun nama zapin sendiri berasal dari kata “Zafn” yang memiliki arti gerak cepat dalam bahasa Arab. Saat itu tarian ini digunakan sebagai media dakwah Islam melalui syair lagu-lagu zapin yang dinyanyikan. Selanjutnya, Tari Zapin ini mengalami akulturasi budaya, sehingga jadilah sebuah tari yang seperti sekarang ini.

Dalam pertunjukan Tari Zapin biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti gambus dan gendang kecil yang disebut marwas.

Hingga sekarang Tari Zapin masih eksis dan sangat populer hingga ke mancanegara. 

Lomba Pekan Budaya dan Seni kali ini diselenggarakan di Istana Maimun. Acara Pekan Budaya dan Seni ini biasanya diadakan setahun sekali di kota yang berbeda. Tahun lalu sekolah Lala pernah mengikuti lomba yang sama, namun sayangnya mereka tidak mendapat juara. Menurut informasi Bu Rini, guru sekolah sekaligus pelatih tarinya Lala, hal itu disebabkan oleh anak-anak yang kurang disiplin untuk latihan. Apalagi saat menjelang lomba, ada salah satu siswa yang tiba-tiba tidak bisa ikut karena jatuh sakit. Akibatnya tarian menjadi terlihat tidak kompak karena kekurangan anggota serta jarangnya mereka latihan.  

Oleh karenanya, dengan tekad untuk memenangi perlombaan menari kali ini, Bu Rini mengajak murid-muridnya untuk disiplin berlatih dan menjaga kesehatan. Tak heran ketika mendekati hari perlombaan, anak-anak terlihat begitu lihai dan kompak mengikuti setiap gerakan tarian. Para orangtua siswa pun juga senantiasa mendukung anak-anaknya dalam persiapan kompetisi ini. 

“Selamat berjuang. Semangat, ya Nak!” seru Ayah dan ibu yang tengah memberikan semangat pada Lala saat hendak menuju ke acara perlombaan. 

“Yakinlah kamu dan teman-teman bisa juara, Lala” ujar Ibu bangga.

Saat Lala dan teman-temannya tengah mengadakan persiapan di balik panggung, tampak sekumpulan anak-anak sekolah serta guru pendukung mereka membawa spanduk dari barisan bangku penonton bertuliskan “Selamat berjuang! Semangat! You are the best!.” Hal ini dilakukan untuk memotivasi para peserta agar tampil sebaik mungkin. 

Tiba pukul 10 pagi, acara dimulai. Pembawa acara sudah berada di atas pentas. Semua peserta lomba pun sudah bersiap-siap dengan kostum tariannya. 

Di kompetisi kali ini, timnya Lala mendapat giliran ketiga. Deg - degan,grogi, stres, campur aduk mengusik pikiran Lala dan kawan-kawannya. Setiap saat mereka selalu bertanya pada Bu Rini, guru pelatih mereka, “Berapa menit lagi kita tampil, Bu?”

Dengan tersenyum, Bu Rini yang selalu setia mendampingi mereka mencoba menenangkan mereka, “Sebentar lagi, tidak usah cemas ya anak-anak. Semangat dan tetap berdoa.”

Setelah grup peserta kedua tampil, giliran pembawa acara memanggil timnya Lala. Lala dan teman-teman langsung naik ke atas panggung. Mereka memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada penonton dan dewan juri. Sekejap mata Lala melihat begitu banyaknya penonton yang hadir dan wajah dewan juri yang semakin membuatnya deg-degan. Ia pun langsung teringat pesan Ibu,”Berdoalah untuk membuat kita tenang dan percaya diri, serta…anggap saja ga ada penonton.” 

Musik pengiring pun mulai dimainkan. Dengan berbusana tradisional Melayu, Lala dan teman-temannya menari dengan gerakannya yang khas. Gerak melangkah maju mundur, melenggak lenggok mengikuti irama musik dan lagu. Mereka menari dengan sangat lincahsambil tersenyum kepada semua penonton. Para penonton berdecak kagum melihat gerak tari mereka. Para juri pun dibuat terpukau dengan aksi mereka.Seketika terdengar suara tepuk tangan penonton yang sangat meriah. 

Lala dan teman-temannya tambah semangat dalam melakukan gerakan-gerakan tarian itu seiring dengan ritme gendang yang menambah semarak suasana. Mereka pun semakin percaya diri untuk bisa memenangkan lomba ini. 

Setelah semua peserta tampil, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Yup! Pengumuman lomba. Seluruh peserta telah berjuang keras untuk bisa menjadi juara. Jantung Lala berdetak dua kali lebih cepat saat pembawa acara mulai membacakan para juara. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. 

“Juara 3 diraih oleh nomor urut 9, juara 2 diraih oleh nomor urut 3, dan juara 1 diraih oleh nomor urut 5! Silahkan para juara naik ke atas panggung untuk menerima hadiah!” seru pembawa acara. 

Lala dan teman-temannya bersorak kegirangan. Kali ini mereka berhasil memperebutkan gelar juara 2. Tepuk tangan meriah menggema dalam ruangan itu. Bu Rini pun terharu bahagia. Terima kasih, ya Allah! Ujar mereka bahagia. 

Siang itu, Lala benar-benar merasakan “Bhinneka Tunggal Ika” yang sebenarnya. Ia bisa melihat keanekaragaman budaya dan keindahan adat istiadat hadir di kota itu. Ada yang dari Aceh, Padang, Jambi, Palembang, bahkan dari Pulau Jawa. Lala pun menjadi lebih akrab dan menyatu dengan peserta-peserta lain yang berasal dari sekolah yang berbeda. Dari acara itu, ia punya banyak teman baru. Lala pun menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba mendatang.  

 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar