Pages

Kisah Nabi Daud as dan Sebuah Ketapel

Ilustrasi Nur Hadi


Disarikan kembali Oleh Maulidar Yusuf

Inilah sebuah kisah tentang pemuda pemberani yang melawan seorang raja zalim dengan sebuah alat bernama ketapel. Pada masa silam setelah nabi Ibrahim as wafat, kaum Bani Israil ditindas oleh kaum Amaliqah. Kaum ini memiliki tubuh sangat besar, kuat, dan kejam. Mereka  berdomisili di daerah dekat Baitul Maqdis, Palestina.
Kaum Amaliqah memiliki seorang pemimpin. Namanya Jalut (orang-orang kafir menyebutnya Golied). Tingginya, menurut banyak kisah, 1 mil. Ia berasal dari dinasti Bukhtanashar. Sejumlah 400 pembesar Bani Israil ditahan oleh mereka. Rakyat Bani Israil ditarik upeti yang mencekik di negara mereka sendiri.
Pada masa itu, semua nabi telah wafat, dan orang-orang alim juga sudah banyak yang tiada. Hingga akhirnya seorang perempuan bernama Hubla melahirkan seorang bayi bernama Syamwil, yang kemudian menjadi penerus nabi.
Syamwil As berkata, ''Jangan-jangan setelah diwajibkan atas kalian berperang, kalian malah meninggalkannya.” Kaum Bani Israil menjawab, ''Bagaimana mungkin kami tidak berperang, sedangkan kami telah diusir dari rumah kami sendiri dan dari anak-anak kami?''
''Baiklah,'' kata Syamwil As, ''Allah telah memilih Thalut sebagai raja kalian.'' Mereka semua tercengang tidak percaya. Soalnya, Thalut bukanlah keturunan Yahuz bin Yakub, saudara Yusuf, yang telah menganiaya adiknya itu. Thalut adalah pemuda yang sangat tampan. Allah Swt telah menambahkan ilmu dan kesempurnaan fisik kepadanya.
Kaum Bani Israil lalu meminta bukti bahwa Allah benar-benar telah memilih Thalut. Syamwil As menjawab, ''Sesungguhnya tanda bahwa Thalut terpilih sebagai raja adalah datangnya Tabut. Di dalamnya terdapat ketenteraman dari Tuhan kalian dan terdapat pula peninggalan dari keluarga Musa dan Harun.''
Tabut adalah sebuah peti yang terbuat dari kayu Syimsyar dengan ukuran 3x2 dzira'. Peti itu disepuh emas. Di dalam terdapat sepasang alas kaki Nabi Musa beserta tongkatnya, sorban Nabi Harun, semangkuk Manna yang diturunkan Allah Swt semasa Nabi Musa As untuk makanan pagi kaum Bani Israil, dan buku-buku dari Nabi terdahulu.
Tak berapa lama datanglah malaikat membawa Tabut dan menjatuhkannya tepat di hadapan kaum Bani Israil. Melihat kejaiban itu, mereka serentak mengakui kedaulatan Thalut sebagai raja dan segera bersiap untuk berperang melawan kaum Amaliqah. Thalut memilih 70 ribu pemuda sebagai prajuritnya. Di antara mereka terdapat seorang pemuda bernama Daud.
Mereka adalah orang-orang pilihan yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.
Thalut beserta rombongan berangkat dari Bait al Maqdis (Palestina). Gurun yang kering dan panas membuat mereka sangat kehausan. Air yang sangat mereka inginkan tak juga ditemukan.
Di tengah perjalanan, Thalut berkata, ''Tak lama lagi Allah Swt akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Barang siapa minum dengan berlebihan dari sungai itu, maka mereka bukanlah termasuk golonganku, kecuali mereka yang hanya minum dan makan sekadarnya,.''
Mulanya para prajurit berjanji untuk tidak tergoda dengan sungai itu. Namun, ketika sungai yang dimaksud Thalut telah tampak di depan mata, panjang dan lebar, dengan airnya yang bening dan terasa amat sejuk, serentak mereka lupa dengan janji mereka.
Sebagian besar dari mereka menceburkan diri ke dalam sungai, meminum dengan sepuasnya. Hanya tinggal 313 saja yang tetap teguh pada pendiriannya. Sementara 313 prajurit yang tadi bisa memegang janjinya tetap bersikukuh untuk melanjutkan peperangan. Mereka berkata, ''Dengan izin Allah, banyak golongan kecil akan dapat mengalahkan golongan yang lebih besar. Karena sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.''
Thalut berangkat dengan sisa-sisa prajuritnya. Strategi juga diatur dengan sangat piawai oleh Thalut.. Mereka sangat yakin dengan pertolongan Allah Swt. Kalau pun harus mati, mereka pasti akan bertemu dengan Allah Swt. Perang dahsyat pun dimulai. Namun, disaat ramai prajurit yang meninggal. Tak seorang pun yang berani maju. Thalut pun berdiskusi dengan Syamwil. Lalu Syamwil berdoa kepada Allah Swt memohon petunjuk.
Lalu, Syamwil membawa semangkuk minyak dan menyuruh semua prajurit menggunduli kepalanya. Minyak itu dituangkan ke kepala setiap prajurit. Begitu dituang, minyak itu meleleh tumpah berjatuhan dari kepala mereka. Hingga tiba giliran pemuda bernama Daud bin Aisya As. Dia adalah bungsu dari 13 bersaudara. Di kepala Daud As minyak itu tidak tumpah, tapi malah membentuk sebuah topi baja untuk berperang. Berkatalah Syamwil As, ''Engkaulah anak muda yang akan berhasil membunuh Jalut.''
Begitu Daud As bergegas akan pergi ke shaf terdepan, sebuah batu memanggilnya. ''Bawalah aku Daud. Karena aku adalah batunya Nabi Musa.''
 Daud As memungutnya. Setelah akan melanjutkan perjalanan lagi, sebuah batu kecil memanggilnya lagi, ''Bawalah aku Daud,  aku adalah batu yang akan membantumu mengalahkan Jalut.' Daud pun kembali memungutnya. Hingga ada 3 buah batu kecil di saku baju Daud dengan sebuah ketapel. Atas izin Allah Swt, 3 buah batu yang tadi dibawanya tepat menembus mahkota hingga kepala Jalut. Jalut pun tumbang dan mati.Thalut menepati janjinya. 
Daud As diberi separuh kerajaanya. Daud As pun hidup dengan tenang selama 40 tahun. Setelah itu Thalut wafat. Sepeninggal Talut, Daud-lah yang menggantikannya sebagai raja. Daud As diangkat oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul dan diturunkan kepadanya
kitab Zabur. Disarikan kembali oleh Maulidar Yusuf)

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar