Pages

Jangan Malu Berteman


Oleh    : Diva Melida
Kelas   : V a  MIN Ulee Kareng, Banda Aceh

            

Di sekolah barunya itu, Raisa tidak memiliki teman. Raisa tidak berani untuk menyapa temannya. Hanya seorang yang yang menjadi teman Raisa, dia adalah Fitri. Fitri duduk di samping Iqlina. Saat itu guru menyuruh tugas kelompok, ia selalu ragu untuk bicara dengan temannya. Fitri tidak sekelompok dengan Raisa. Tapi, Fitri selalu memberi semangat kepada Raisa.

Ketika sampai di rumah, Raisa ditanyai oleh ibu. Ketika itu, Raisa meminta ibu menunggunya. Setelah mengganti pakaian dan turun ke bawah, ibu kembali bertanya padanya, “Raisa, benarkah kamu di sekolah tidak memiliki teman?” tanya ibu dengan lemah lembut.

“Iya. Tapi, Raisa punya satu teman, itu dia Fitri. Dia selalu kasih semangat kepadaku. Tapi, hanya saja aku yang malu, “jawab Raisa lemas”.

“Duduklah!” suruh ibu.

“Raisa, kamu tidak boleh malu. Kalau kamu malu untuk berteman, kamu akan rugi. Hidupmu itu tidak sempurna. Jadi, mulai besok kamu harus berani Raisa. Berani... Berani...,” jelas ibu.

“Baik bu!” jawab Raisa lemas.

“Apa? Anak ayah tidak punya teman? Tanya ayah seperti orang terkejut.

“Iya, nih. Anak ayah tidak punya teman”, jawab ibu.

Raisa hanya malu. Lalu ayah duduk di dekatnya dan cerita kepadanya. Raisa mendengarnya dengan seksama.

“Dulu, ayah punya seorang teman. Namanya Rian. Ia sangat pemalu. Ia bahkan tidak memiliki teman. Lalu ayah mengajaknya berteman. Ia pun menerima ayah sebagai temannya yang pertama . Kemudian, ayah tak henti-henti menasehatinya. Tidak berapa lama kemudian, kelas ayah mendapat latihan pramuka. Ayah tidak berpasangan dengannya. Ayah berpasangan dengan Haryanto. Lalu dia tidak memiliki pasangan karena tidak punya teman. Sejak itulah dia menyesal.” Cerita ayah.

Raisa mengerti. Keesokan harinya, Raisa tidak malu lagi untuk berteman, karena teman pendamping kita.

“Jangan malu untuk berteman. Karena teman

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar