Pages

IBU SUMI YANG SOMBONG



Ibu Sumi adalah istri kepala desa Marga Asih di Jawa Barat. Sang Kepala Desa Marga Asih adalah seorang kepala desa yang bijaksana dan dihormati warga desa. Sayangnya Ibu Sumi perempuan yang sombong, kikir dan sering iri atas rezeki dan keberhasilan orang-orang yang yang dikenalnya. 

Ibu Sumi mempunyai seorang asisten rumah tangga, Pak Panji, yang bertugas membersihkan rumah dan merawat pekarangan rumah Ibu Sumi. Ibu Sumi beberapa kali memberi pakaian kepada Pak Panji. Karena kikirnya, Ibu Sumi memberi pakaian yang tidak layak pakai, kemeja yang sudah berlubang dan sobek karena lapuk. 

Pak Panji mempunyai seorang anak perempuan. Anak Pak Panji ini belajar di Fakultas Kedokteran di Bandung. Anak Pak Panji calon dokter. Anak Pak Panji dapat beasiswa. “Anak Pak Panji mahasiswi Kedokteran? Saya tidak percaya” begitu Ibu Sumi mencibir kepada seorang tetangga. 

Setelah masa jabatan kepala desa Marga Asih selesai, suami Ibu Sumi mengelola kebun sayur miliknya. Suami Ibu Sumi seorang yang rajin, jujur, dan sabar. Suami Ibu Sumi memberikan semua penghasilan dari berkebun kepada Ibu Sumi. Setelah beberapa tahun menggarap sendiri kebun sayurnya, suami Ibu Sumi sakit karena tua. Suami Ibu Sumi meninggal dunia. 

Ibu Sumi tidak bisa mengelola kebun sayur peninggalan suaminya itu. Ibu Sumi tidak biasa bekerja di kebun. Petani penggarap dibayar Ibu Sumi untuk bekerja di kebun sayurnya itu. Tapi karena kikir, petani itu tidak mau bekerja lagi untuk Ibu Sumi. Ibu Sumi juga tidak punya uang karena kebun sayurnya tidak menghasilkan apa-apa. Sementara Ibu Sumi terbiasa hidup enak juga menghabiskan uang untuk belanja. 

Ibu Sumi begitu tertekan karena tidak punya uang. Ibu Sumi jatuh sakit hingga ia tidak bisa berjalan. Tetangga Ibu Sumi mengantar Ibu Sumi ke sebuah panti jompo agar ia bisa dirawat. Ibu Sumi tinggal di panti jompo dengan beberapa jompo lainnya. Perawat di panti jompo kurang menyenangi Ibu Sumi yang sombong. 

Dokter Vera sukarela merawat penghuni panti jompo. Meski Ibu Sumi sombong, Dokter Vera merawat Ibu Sumi dengan telaten. Ibu Sumi diobati dan dilatih berjalan oleh Dokter Vera. 

“Dokter Vera, terimakasih mau melatih saya berjalan” Ibu Sumi berterimakasih kepada dokter Vera karena Ibu Sumi merasa diabaikan oleh perawat. “Sudah jadi pekerjaan saya Bu...” jawab Dokter Vera. 

“Orang tua Dokter Vera sehat?” tanya Ibu Sumi . “Ayah saya Pak Panji, meninggal setahun yang lalu. Mungkin Ibu Sumi ingat Pak Panji? Ayah saya pernah bekerja membantu Ibu” 

“Pak Panji?” Ibu Sumi berusaha mengingat. “Oh ya saya ingat” Ibu Sumi terkejut. Ibu Sumi menundukan kepalanya. Ibu Sumi malu untuk menatap wajah Dokter Vera. Ibu Sumi menyadari selama ini dia telah dirawat Dokter Vera yang ternyata anak Pak Panji. Sama sekali Ibu Sumi tidak terpikir bahwa anak Pak Panji telah menjadi dokter. 

Setelah dirawat beberapa bulan, Ibu Sumi sudah bisa berjalan meski harus memakai tongkat. Ibu Sumi sangat bersyukur ia bisa dirawat oleh Dokter Vera. Ibu Sumi menyesal mengapa dia dulu sering meremehkan orang kecil. Tetapi ternyata sekarang Ibu Sumi berhasil disembuhkan oleh anak Pak Panji, yang dulu dia pandang rendah. 

Hikmah cerita: 

Janganlah kita sombong. Janganlah meremehkan orang lain. Setiap manusia hidup saling membutuhkan dan memberi pertolongan.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar