Pages

Gagak dan Musang

 



Oleh Anton Sucipto, SP


Pada pagi ini, tampaknya Gagak hitam mulai mengepakkan sayapnya hingga terbang di udara. Wajahnya tampak pucat karena kelelahan, kesana kemari tak tentu arahnya. Dia sudah lama menanti dan mencari ayam yang ada di hutan yang cukup luas itu. Hutan ini memang banyak pepohonan yang tinggi dan banyak juga Gagak lainnya, yang juga sedang sibuk menunggu ayam atau mencari makanan di sana.

 

“Sudah hampir dua jam keliling hutan ini, belum juga kutemui ayam-ayam itu. Kemanakah perginya ayam itu? Apakah sedang ke hutan di sebelah selatan yang jauh itu?” gumam Gagak hitam kesal.

 

Kemudian kini Gagak itu terbang rendah dan turun di atas dedaunan yang kering. Wajahnya gelisah menanti ayam yang mungkin lewat di tempat itu. 

 

“Aku mau menggali tanah dahulu, untuk mencari cacing cacing, barangkali ada, sambil aku menunggu ada ayam yang lewat di jalan ini!” kata Gagak hitam itu.

 

Dia tampaknya menggali tanah. Dia pun dapat beberapa cacing disana. Meskipun tidak suka makan cacing, dia makan juga untuk menjaga dirinya supaya tidak kelaparan.

Dia terbang ke udara lalu hinggap di dahan pohon yang paling tinggi. Cuaca tampaknya tidak akan hujan.

 

Beberapa saat kemudian, yang ditunggunya telah muncul di tempat itu. Ada ayam yang lewat di sana. Alhasil Gagak hitam, mulai mengendap-endap dan bersembunyi di atas pepohonan yang tinggi itu. Setelah tiba saat yang tepat, dia meluncur turun ke bawah dengan gerakan super cepat seperti kilat. Dia pun berhasil menangkap ayam yang warnanya coklat bergaris putih itu.

 

“Hei ayam! Akhirnya aku dapat makan hari ini, haha!” Gagak itu tampak bahagia.

 

Ayam itu tampak sedih dan meminta Gagak untuk melepasnya. Ayam itu mulai berpikir untuk bisa bebas dari gagak itu.

 

“Gagak, aku ini adalah ayam yang berasal dari keturunan bangsawan. Jadi kamu lepaskan aku, nanti kamu aku kuberi banyak makanan, ada buah-buahan dan kue bolu,” ucap ayam itu.

 

“Kau ini ada-ada saja, mana mungkin ada ayam yang dari keturunan bangsawan, haha!” Gagak itu tidak percaya dengan ucapan ayam yang aneh itu.

 

Gagak hitam itu kini mulai terbang lagi. Dia mengepakkan sayapnya hingga terbang cukup tinggi di udara.

Tiba tiba datanglah Musang di tempat itu. Musang itu melihat gagak dari bawah sambil mengatur sebuah rencana untuk menipu Gagak yang sedang menggigit ayam itu dengan mulutnya. 

 

“Hei, Gagak sedang apa kau di atas sana?” tanya Musang.

 

Tapi Gagak hitam itu tidak menjawab pertanyaan dari Musang itu.

Musang pun tidak akan menyerah begitu saja. Dia tetap semangat untuk menjebak gagak itu.

 

“Gagak, kau kan pintar bernyanyi. Ayolah nyanyikan sebuah lagu, aku sedang sedih nih!” kata Musang.

 

Lagi-lagi Gagak hitam itu tidak menjawabnya. Musang pun tidak akan pernah putus asa untuk bisa mendapatkan ayam itu.

 

“Aku pernah saat minggu lalu mendengarkan nyanyian kamu. Suaramu merdu dan keren seperti artis luar negeri,” ucap Musang.

 

Namun, Gagak hitam itu tidak juga menjawab pertanyaan dari Musang itu. Kali ini Musang mulai menyusun pertanyaan lagi.

 

“Gagak, Gagak, kau ini kan kuat dan ahli menyanyi. Percuma saja jika kau pandai bernyanyi tapi kau sombong tidak mau bernyanyi hari ini. Berarti kamu ini sama saja sudah kalah dengan nyanyian Gagak yang lainnya. Jadi gagak yang lainnya itu lebih keren dan lebih merdu suaranya dibandingkan dengan kamu!” kata Musang.

 

Gagak hitam itu tidak terima dengan ucapan Musang itu. Dia harus bisa untuk bernyanyi supaya Musang itu mengetahui kekuatan dan kemerduan suaranya itu. Lalu Gagak hitam itu mulai bersiap-siap untuk bernyanyi. Namun baru menyanyikan satu kata saja, ternyata ayam itu jatuh dari cengkeramannya mulutnya.

 

Alhasil Musang juga berlari mengejar ayam itu yang sudah turun jatuh ke atas tanah. Tetapi ayam itu cukup pandai dengan mengumpulkan kekuatannya, untuk cepat-cepat berlari dengan kencangnya. Musang pun kewalahan untuk mengejar ayam itu yang sudah jauh di depan.

 

Sementara itu, Gagak hitam tampak kesal karena sudah tertipu oleh perkataan dari Musang itu.

 

Penulis : Anton Sucipto, SP. 

Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. 

Tulisannya dimuat oleh media cetak dan online, seperti koran Kedaulatan Rakyat, koran Suara Merdeka, Solopos, Merapi, Kompas klasika Nusantara Bertutur, Radar Bromo, Majalah Utusan, Majalah Panjebar Semangat, Majalah Target, Jelata.co, Marewai.com,  Golagongkreatif.com, Becik.id, Bangka pos.

 

 

 

 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar