Pada pagi itu, suasana kelas tampaknya ramai. Banyak murid yang asyik bercanda dengan teman sebangkunya. Kebetulan Guru kelas itu, belum masuk ke ruangan itu. Bimo terlihat gembira membawa mobil-mobilan, yang dikeluarkan dari dalam tasnya. Dia memang kerap kali memamerkan mainan baru, pemberian ayahnya. Wajar saja, jika dia sangat mudah membeli semua mainan serba mahal, karena ayahnya merupakan seorang pengusaha peternakan ayam yang sangat maju.
Tiba-tiba Aldo muncul menghampirinya.
“Kau beli dimana mainan itu? Sepertinya itu cukup mahal!” seru Aldo antusias mengamati mobil-mobilan itu.
“Tentu saja mahal harga mainan keren ini! Kau pasti takkan mampu membelinya!” sahut Bimo dengan sombongnya.
“Aku hanya punya mobil-mobilan yang jelek ini!” Aldo tampak mengambil mainan mobil-mobilan dari dalam tas miliknya.
“Mobil-mobilanmu sudah jelek dan tidak bagus! Beli saja yang baru!” ucap Bimo sambil terus memainkan mobil-mobilannya, berputar ke kiri dan kanan.
Aldo hanya diam saja. Dia merasa sedih melihat Bimo yang masih memiliki sifat buruk itu. Walau begitu, dia tak pernah sedikit pun kesal atau marah. Dia tak segan-segan membantu Bimo, jika temannya itu meminta mengerjakan tugas sekolahnya.
“Aldo kenapa diam saja! Kau mau mengerjakan tugasku kan? Kebetulan tadi malam aku lupa mengerjakan PR dari pak Guru. Nanti kau kuberi uang deh!” kata Bimo.
“Hm, iya Bim, aku tentu akan membantumu!” Aldo menyetujui permintaan sahabatnya itu.
Kemudian Bimo menyerahkan buku tulisnya kepadanya. Memang kebiasaan buruk Bimo selalu lupa mengerjakan PR atau tugas dari pak Guru.
Bimo termasuk murid yang pemalas. Nilai di buku raport juga tidak terlalu bagus. Jika nilai tugasnya mungkin mendapatkan nilai 80 atau 90, itu tentulah berkat bantuan Aldo. Semua tugas sekolah milik Bimo, seringkali dikerjakan olehnya, yang dikenal pintar, tetapi selalu bersikap baik.
Beberapa saat kemudian, pak Guru memasuki ruang kelas. Semua murid terlihat tenang. Tugas kemarin diminta untuk segera dikumpulkan di meja pak Guru. Bimo merasa senang, karena tugasnya telah dikerjakan oleh Along.
Pada siang hari, ketika mereka pulang sekolah, Bimo mengajak Aldo agar menuju ke lapangan di dekat rumahnya. Bimo ingin memamerkan mobil-mobilannya kepada anak-anak lain, yang sedang berada di lapangan.
“Ayolah, kita ke lapangan!” kata Bimo.
“Tapi jangan lama-lama, soalnya aku harus membantu ibu di rumah,”ucap Aldo sambil tersenyum.
“Baiklah!” sahut Bimo.
Mereka bergegas menuju ke lapangan yang terlihat ramai. Sebagian ada yang bermain kelereng, ada juga yang bermain mobil-mobilan di pinggir lapangan. Bimo mulai mengeluarkan mobil mewahnya dari dalam tas. Wajahnya berseri-seri memamerkan mainannya itu.
“Ini mobil-mobilanku yang terbaru dan harganya mahal!” seru Bimo dengan angkuhnya.
Anak-anak lain yang melihatnya mulai berkerumun mendekatinya. Mereka antusias dan memuji kehebatan mobil-mobilan itu. Mainan yang bisa bergerak sendiri di pasir atau bebatuan itu bisa mengeluarkan bunyi layaknya suara deru mobil sungguhan.
“Haha! Kalian semua pasti takkan mampu membeli mobil-mobilan seperti ini!” ucap Bimo menyombongkan diri.
Tak henti-hentinya, semua anak yang berada di sana, memuji kehebatan mobil-mobilan milik Bimo.
“Wah! Hebat betul mobil-mobilannya!” puji salah satu anak yang berada di lapangan itu.
Sementara Aldo masih duduk di atas rerumputan di dekat Bimo. Dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam, melihat tingkah sahabatnya itu. Tiba-tiba muncullah seorang lelaki tua memakai topi. Lelaki itu lalu menghampirinya.
“Mobil-mobilanmu sangat bagus ya!” ucap lelaki itu menghampiri Bimo.
“Betul sekali, Pak! Ini model terbaru dan harganya mahal!” ujar Bimo masih terus memamerkan mobil-mobilannya.
“Bagaimana jika aku lihat sebentar,” kata Lelaki tua itu.
“Boleh saja,” sahut Bimo sambil menyerahkan mainannya kepada lelaki itu.
Mobil-mobilan kini sudah dipegang oleh lelaki tua, yang baru saja tiba di lapangan.
“Oh ya, kalian ini bersekolah di SD itu kan, yang berada di ujung jalan desa ini, bukan?” tanya orang aneh itu sambil masih memegang mobil-mobilan itu.
“Betul, Pak! Memangnya kenapa?” Bimo merasa penasaran.
“Tadi saya berpapasan dengan seorang guru, katanya guru SD itu menyuruh kalian berdua untuk datang ke kantor guru sekarang juga, katanya ada tugas yang penting!” ucap Lelaki itu berbohong.
“Baiklah,” jawab Bimo.
Tanpa pikir panjang, Bimo dan Aldo, bergegas pergi menuju ke gedung sekolahnya, yang terletak tidak jauh dari lapangan itu. Bimo lupa membawa mobil-mobilannya.
Sementara itu, Bimo dan Aldo sudah sampai di depan halaman sekolah. Namun tak satu pun terlihat Guru yang berada di sekolah. Pintu gerbang sekolah juga telah dikunci. Sehingga tak ada orang yang bisa memasuki gedung sekolah.
“Bim, rupanya lelaki asing itu menipu kita!” ucap Aldo baru menyadari tentang kedatangan orang yang misterius di lapangan itu.
“Aduh kita tertipu! Mobil-mobilanku pasti diambil oleh lelaki aneh itu!” Bimo kesal.
Mereka dengan cepat berlari kembali menuju ke lapangan. Setelah tiba di sana, tak dijumpai lelaki tua itu. Mereka lalu bertanya kepada anak-anak yang tengah asyik bermain kelereng di pinggir lapangan. Akan tetapi, tidak seorang pun yang mengetahui keberadaannya.
“Kita harus bagaimana ini? Aku takut nanti ayahku akan marah! Padahal mobil-mobilanku itu dibeli dengan uang yang tak sedikit!” Bimo sedih.
“Sabar Bim! Nanti aku akan ikut ke rumahmu, dan menjelaskan kepada ayahmu, jika mobil-mobilanmu telah hilang, diambil oleh lelaki tua yang aneh itu!” sahut Aldo menenangkan sahabatnya itu.
Bimo tampak mengangguk tertunduk lesu dan merasa sedih. Bimo dan Aldo lalu melangkahkan kakinya menuju ke rumah Bimo. Jarak rumahnya tidak terlalu jauh, sehingga dalam beberapa menit mereka sudah sampai di tempat tujuan. Mereka menceritakan kejadian hilangnya mobil-mobilan kepada ayah Bimo.
“Mobil-mobilanku hilang diambil orang yang tak saya kenal!” Bimo tampak sedih.
“Lain kali, jangan sembarangan bermain di tempat umum. Kita harus berhati-hati, apabila bertemu dengan orang asing,” ucap Ayah Bimo.
Pada esok harinya, Bimo duduk di ruang kelas dengan wajah yang masih terlihat kecewa dan sedih. Aldo pun selalu menghibur sahabat itu.
“Sudahlah Bim! Tentu semua ada hikmahnya, kita harus mengambil pelajaran dari kejadian yang kemarin. Ingat pesan ayahmu supaya selalu bersikap hati-hati di mana pun kita berada! Jadi kamu jangan bersedih lagi,” kata Aldo mencoba menghiburnya.
“Tapi mobil-mobilanku sudah tak bisa kembali, padahal itu satu-satunya mainan kesayanganku!” ucap Bimo masih kecewa.
“Iya aku mengerti Bim, namun kita harus ikhlas, dan memperbaiki kesalahan kita. Mungkin saja, suatu saat nanti kamu bisa mendapatkan mainan yang baru lagi,” sahut Aldo tersenyum.
Bimo masih terdiam sejenak. Dia mulai menyadari kesalahannya.
“Aku memang salah, kamu mau memaafkan aku kan?” Bimo menyesali perbuatannya.
“Tentu saja,” sahut Aldo kembali tersenyum.
Sejak saat itu Bimo mengubah kebiasaan buruknya. Kini dia tak lagi bersikap sombong. Meski sulit, sedikit demi sedikit Bimo mulai berusaha untuk belajar demi mendapatkan nilai yang bagusbdi sekolah. Aldo selalu mengingatkan dan mendukungnya agar tak lupa untuk belajar dengan rajin. Tugas-tugas atau PR dari pak Guru juga mampu dikerjakan Bimo.
Beberapa minggu kemudian, Bimo mengajak Aldo agar mengunjungi rumahnya. Ayahnya Bimo tampak mengundangnya, untuk makan siang bersama. Setelah makan bersama, Ayah Bimo memberikan mobil-mobilan baru kepada Aldo.
“Aldo, ini ada hadiah mobil-mobilan untukmu,” kata ayahnya Bimo sambil menyerahkan bungkusan berisi mobil-mobilan.
“Terimakasih, Pak” jawab Aldo sambil menerima hadiah itu.
“Iya, sama-sama Aldo, saya juga ingin mengucapkan banyak terima kasih, karena kamu sudah banyak membantu Bimo, yang kini sudah berubah lebih baik, sudah bisa mandiri dan rajin belajar dengan baik,” sahut ayahnya Bimo.
Bimo juga mendapatkan hadiah mobil-mobilan. Aldo dan Bimo kini telah memiliki mobil-mobilan yang baru.
Penulis : Anton Sucipto, SP.
Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto.
Tulisannya dimuat oleh media cetak dan online, seperti koran Kedaulatan Rakyat, koran Suara Merdeka, Solopos, Merapi, Kompas klasika Nusantara Bertutur, Radar Bromo, Majalah Utusan, Majalah Panjebar Semangat, Majalah Target, Jelata.co, Marewai.com, Golagongkreatif.com, Becik.id, Bangka pos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar