Pages

Sahabat Baru



Delia Rawanita


Hari ini adalah hari pertama Abiyu masuk sekolah baru .  Abiyu diantar oleh Ayah, karena sebagai siswa pindahan. Abiyu harus menyesuaikan diri dengan lingkungan,  terutama  teman baru, guru yang semuanya belum pernah dikenal. 


Sekolah masih sepi  ketika  mobil mereka perlahan masuk  ke dalam pekarangan. Ayah lalu mengajak Abiyu berkeliling sekolah sambil melihat suasana sekolah agar Abiyu betah di lingkungan  baru.


“ Sekolahnya bagus dan bersih “  kata ayah memberi semangat.  

“ Tidak kalah dengan sekolah yang dulu ,yah ” sahut Abiyu senang. Setelah berkeliling sekolah, Ayah mengajak Abiyu bertemu dengan kepala sekolah dan menyelesaikan administrasi. Tidak lama setelah Ayah pamit, kepala sekolah   mengajak Abiyu menuju ke kelas. . 


“ Assalamu ‘alaikum, anak anak “ Pak Nasdi memberi salam

“ ‘Alaikum salam pak “ disambut serentak . “ Nah , anak anak, hari ini kita kedatangan kawan baru bernama Abiyu dari Jakarta. Beliau lalu menyerahkan Abiyu kepada Bu Yani wali  kelas IV A untuk dicarikan bangku kosong.


“ Abiyu duduk di depan saja ya , bersama Riski ” Kata bu Yani ramah. Abiyu mengangguk setuju, lalu mengulurkan tangan bersalaman dengan sahabat barunya.  


Riski sahabat yang menyenangkan dan pintar . Dia bercerita bahwa ayahnya  meninggal dunia ketika dia masih bayi. Sedang ibunya bekerja sebagai TKW di luar negeri,. Riski kemudian tinggal di rumah nenek.  Pekerjaansehari hari nenek hanya pedagang kerupuk,  karena itu diaikut membantu nenek berjualan , sepulang sekolah .


Entah mengapa  pagi ini Rizki terlihat lesu dan pucat, kelihatannya Riski belum sarapan. Abiyu merasa prihatin dengan teman barunya. Ketika jam istirahat Abiyu mengajak sahabatnya jajan. 


“ Ki, yok ke kantin “ ajak Abiyu. Rizki hanya menggelengkan kepala. Namun karena menolak ikut, maka dengan senang  hati Abiyu membelikan makanan buat sahabatnya.  

“  Makanlah, biar tidak sakit perut” Abiyu menyodorkan makanan yang dibelinya. Rizki tersenyum senang , tanpa menolak dia melahap sampai habis.


“ Terima kasih, Biyu. Aku sebenarnya lapar , soalnya dari semalam belum makan.  karena menjaga Nenek “  ujar Rizki malu. Abiyu merasakan kesedihan sahabatnya. Untunglah dia ingat bahwa mama tadi pagi memberikan uang jajan lebih ditambah tabungan amal untuk sekolah .

“ Nih Riski , ambillah uang ini dan  belikan  roti untuk nenek ” kata Abiyu.


Awalnya Riski menolak, namun karena Abiyu memaksa, seketika mata Rizki berbinar karena bisa membawa pulang makanan. Apalagi  sejak nenek sakit,mereka tidak bisa berjualan kerupuk. Untung ada celengan hasil dagangan jadi  bisa memenuhi  kebutuhan hidup.  


Di rumah, Abiyu bercerita tentang nasib Riski pada orang tuanya.. Abiyu juga meminta maaf bahwa semua uang jajan untuk seminggu sudah diberikan untuk membantu sahabatnya Riski.. 


Syukurlah ayah tidak marah ,malah merasa bangga karena Abiyu mau menolong orang dalam kesusahan  

“ Besok sepulang sekolah kita ke rumah Rizki, ya ” kata ayah prihatin . Abiyu merasa  senang sekali karena orang tuanya ikut perduli  dengan sahabatnya. Padahal ayah Abiyu  orang terpandang dan punya jabatan bagus di kantornya. Sifat rendah hati dan perduli terhadap orangl ain juga dimiliki Abiyu ,anak satu satunya. 


Pagi sekali Abiyu bersiap ke sekolah.  Anehnya sampai bell masuk berbunyi , Rizki masih belum tiba juga.. Abiyu gelisah dan berdoa semoga Rizki baik baik saja. Hari itu Abiyu merasa jam pulang sekolah menjadi sangat lama, tapi untunglah orang tua Abiyu datang menjemput dan bersedia ikut berkunjung ke rumah Rizki. 


“ Kita langsung aja ke rumah Rizki, yah ” kata Abiyu sambil menyerahkan alamat rumah yang di berikan oleh Bu Ayu Yani.  Lokasi rumah tidak seberapa jauh dari sekolah, tapi karena jalannya sempit  maka mereka bertiga harus berjalan kaki melewati sawah yang lumayan becek.


“ Assalamualaikum” Abiyu melangkah masuk karena pintu sedikit terbuka.. “ Waalaikum salam” sahut Rizki dengan wajah heran. Di sana terlihat Rizki sedang menyuapi nenek  dengan bubur nasi di campur garam. Ayah dan Bunda sangat sedih melihat keadaan seperti itu.


“ Kita bawa nenek  ke rumah sakit ya, nak ” bujuk Bunda . Rizki mengangguk pasrah, Hampir seminggu nenek dirawat , hingga pada suatu senja nenek merasa umurnya tidak akan lama lagi. 

“ Tolong jaga cucu saya  biar jadi orang sukses”. pesannya pada Ayah.

“ Tentang biaya pendidikan ibunya langsung mengirimkan ke buku tabungan Riski, tabungan tersebut disimpan bapak kepala sekolah”  ujarnya terbata bata.


Kiranya itu kalimat terakhir Nenek sebelum meninggal dunia . Riski menangis pilu, hidupnya  seperti layang layang putus. Tidak  ada tempat mengadu. Riski sebatang kara. 

“  Jangan sedih lagi , mulai sekarang Riski jadi anak bunda “ hibur Bunda sambil memeluk  Riski dengan kasih sayang . 

“ Ya, mulai hari ini jadilah saudaraku ” kata Abiyu.


Kedua sahabat itu saling berangkulan , diikuti oleh ayah dan ibu  yang dari tadi sudah menunggu dengan pelukan hangat. 

Bna, 21 Agustus2024


 

Bionarasi

Delia Rawanita , Mantan kepala Sekolah yang akrab dengandunia sastra. Mengisi masa tua  dengan mulai menulis Puisi danCerpen, seperti  ketika remaja. Anggota Satu Pena Aceh, memiliki karya berupa Antologi Cerpen  tunggal berjudul: Dibawah langit Baiturrahman dan Antologi Puisi Jeritan Takdir serta Belasan Antologi gabungan dengan penulis hebat lainnyadi Indonesia dan Manca Negara. Sampai sekarang tetap aktifmenulis di media online untuk ikut  meramaikan literasi untukmelawan lupa.

1AA67143-6F98-4F73-AD98-0B8056C37AA6.jpg

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar