Oleh Iis Kurniatun
Pagi ini, seperti biasa Nisa dan Ibunya pergi ke pasar untuk belanja sayur mayur. Pagi ini Ibu membeli kangkung, terong dan kelapa untuk diparut. Saat berjalan pulang, di pintu pasar Nisa melihat ada pedagang durian. Nisa langsung berhenti dan meminta dibelikan durian.
“Nisa mau durian?” tanya Ibu lembut. Nisa mengangguk senang. “Tapi Nisa harus rajin belajar, ya?” lanjut Ibu. Nisa kembali mengangguk setuju dan tak sabar menunggu.
Sesampainya di rumah, ibu meletakkan belanjaan di dapur.
“Ibuuu, kapan duriannya dibuka?” tanya Nisa tak sabar.
”Nanti, sayang, nunggu Ayah pulang. Nisa makan serabi dulu saja, ya?” kata Ibu sambil mencubit lembut pipi Nisa.
Nisa hanya berlalu sambil cemberut. Ibu kembali ke dapur untuk persiapan memasak. Ada yang tersenyum melihat ulah Nisa.
”Menggemaskan sekali, ya, anak itu,” kata Kelapa.
”Iya. Kau benar, Kelapa. Pipinya bulat seperti bakpao,” sahut Durian.
“Hai, Durian. Kalau boleh tahu, mengapa tubuhmu penuh duri seperti itu?” tanya Kelapa heran.
“Hmmmm. Apakah kau benar-benar ingin mendengarnya?” Durian balik tanya.
” Tentu saja, Durian!”
“Dulu aku sama sekali tak berduri. Tetapi sayang tabiatku kurang baik. Karena aku adalah buah kesukaan Raja Arga, aku menjadi sombong dan tak ramah tamah dengan Kelengkeng, Pisang, Pepaya dan buah-buahan lainnya. Bagiku mereka tak sederajat denganku. Semakin lama, tabiatku semakin buruk. Akhirnya Peri Hutan memberiku pelajaran dengan memberi duri-duri pada tubuhku,” Durian menghela nafas. ”Sejak saat itu aku disebut ‘durian’ yang artinya duri pelajaran. Raja Arga tak lagi menyukaiku. Aku sangat menyesal dan meminta maaf pada seluruh penghuni hutan. Namun duri-duri yang ada ditubuhku tetap tak bisa hilang sampai saat ini,” Durian sedih mengingat asal-usulnya.
Mengetahui kesedihan Durian, Kelapa berusaha menghiburnya.
“Durian, apakah kau juga mau mendengarkan asal-usul tubuhku yang berselimut ini?” tanya Kelapa.
“Tentu saja aku mau, Kelapa!” jawab Durian semangat.
Kelapa senang karena durian sudah lupa dengan kesedihannya, Kelapa pun mulai bercerita tentang asal-usul selimut yang ada di tubuhnya.
“Dulu, pohon tempat aku dilahirkan sangaaat tinggi,” Kelapa menjulurkan tangannya ke atas. “Tubuhku belum berselimut seperti sekarang.
Aku hanya mempunyai tempurung yang keras. Setiap malam tubuhku kedinginan sehingga aku sering sakit. Aku selalu berharap agar aku lekas dipetik karena itu jauh lebih baik. Jika dipetik, aku tidak akan lagi kedinginan dan aku akan bermanfaat bagi manusia. Tanpa aku tahu, ternyata Dewi Bulan tahu kesedihanku. Dewi Bulan iba padaku. Akhirnya pada malam itu, tepat saat bulan purnama, Dewi Bulan menghadiahkan selimut ini pada tubuhku. Sejak saat itulah hingga sekarang tubuhku berselimut.
Karena itu setiap purnama terbit, daun-daun di pohonku akan merunduk sebagai ucapan terimakasih dan hormatku pada Dewi Bulan,” Kelapa mengakhiri ceritanya.
“Kau beruntung, Kelapa. Kau mendapatkan hadiah selimut sebagai hadiah. Sedangkan aku mendapatkan duri sebagai pelajaran,” kata Durian kembali sedih.
“Ibuuu, Ayah pulang!” teriak Nisa sembari berlari-lari kecil. Segera ia mengambil pisau besar dan memberikannya pada Ayahnya.
“Ayah. Ayo buka duriannya,” pinta Nisa.
“Durian, lihatlah! Nisa sangat menyukaimu dan tak sabar untuk memakanmu, pasti karena kau sangat enak,” hibur Kelapa.
“Benarkah?” tanya Durian ragu.
“Tentu saja. Buktinya, Nisa ingin segera memakanmu,” Kelapa meyakinkan.
Durian mengangguk riang. Mereka lalu tersenyum, manis sekali.
***
Adik-adik, kasihan ya, Durian. Adik-adik tidak mau kan mempunyai tubuh yang berduri seperti Durian? Karena itu, kita tidak boleh menjadi orang yang sombong dan tidak ramah tamah dengan teman-teman kita sendiri. Karena suatu saat pasti kita membutuhkan bantuan mereka. Ayo, Adik-adik. Jangan ragu untuk berbuat baik!
***
Iis Kurniatun adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Ia lahir di Cilacap, 3 Maret 1992. Aktif di PMII Walisanga Purwokerto dan komunitas “pondok pena”. Kini ia tinggal di Pesantren Mahasiswa An Najah, Purwokerto. Alamat rumahnya di Jl. Banjaran RT 01/22 Donan, Cilacap Tengah, Cilacap. 53222.
Iis Kurniatun. Alamat email: iiskurniatun@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar