Oleh Anton Sucipto, SP
Bagian 3.
"Ini dia pohonnya, tapi dimana gambar segitiga itu berada ya?" pikir Angin, sambil terus mengitari pepohonan dan memandang ke sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba dia kaget karena melihat ada tanda panah, namun ukurannya sangat kecil. Tanda panah itu ada di batang pohonnya, yang tertutup oleh dedaunan hijau.
"Pantas saja, ini tanda panah kok kecil tertutup daun-daun pohon ini! Tapi kenapa arahnya panah itu ke bawah sini, apa mungkin ada sesuatu di dalam tanah," gumam Angin masih bingung.
Angin tampaknya melihat ke bawah pohon itu. Di sana banyak rumput-rumput, yang tumbuh subur. Lalu dia mulai mencabut rumput itu dengan kedua tangannya.
"Pasti di dalam tanah ini ada harta karunnya!" seru Angin dengan wajah yang gembira.
Kemudian dia mengambil ranting kayu yang jatuh dari pohon. Ranting itu cukup kuat untuk menggali tanah. Dengan kedua tangannya, anak itu mulai menggali tanah. Tak berapa lama kemudian, dia melihat ada benda kecil yang mirip sebuah jam tangan.
"Cuma ada jam tangan aneh disini? Kirain ada emas atau berlian," gumamnya sambil mengusap keringat wajahnya yang bercucuran.
Angin menemukan sebuah jam tangan di tempat itu.
Anak itu masih bengong seolah-olah tak percaya, ternyata di dalam tanah itu tak ada harta karun, seperti yang dia duga sebelumnya. Angin tampak mengernyitkan dahinya, sambil terus berpikir untuk mencari sebuah inspirasi.
"Ya sudahlah! apa boleh buat, jam tangan ini aku pakai saja. Lumayanlah buat bergaya sama temen-temenku!" kata Angin sambil memakai jam tangan, yang diambilnya dari dalam tanah.
Tiba-tiba jam tangan itu memancarkan cahaya warna-warni, yang sangat menyilaukan. Anak itu terkejut saat melihat ada bayangan aneh, yang berada di depannya. Bayangan itu lama-lama nampak jelas, seperti manusia yang berusia sangat tua, memiliki jenggot putih, alisnya hitam tebal.
"Kamu siapa?" kata Angin tampak kaget sekali.
"Aku adalah pemilik jam itu. Aku hidup 1000 tahun yang lalu pada zaman purbakala. Kau akan memiliki kekuatan sakti mandraguna, karena kamu memakai jam tanganku itu. Satu pesanku, kamu harus berbuat baik dan menolong orang-orang yang butuh pertolonganmu!" terdengarlah suara dari bayangan yang aneh itu.
Tiba-tiba bayangan itu menghilang dengan cepat. Anak itu masih terpana, penuh dengan rasa takjub. Dia sungguh tak menyangka akan bertemu orang tua yang aneh itu.
"Apa benar jam ini punya kekuatan yang sakti?" gumam Angin sambil terus menatap jam tangan itu.
Dia menatap jam itu dengan tatapannya, yang masih penuh tanda tanya. Pada bagian atas dari jam itu, terdapat sebuah gambar yang bentuknya segitiga. Lalu tak sempat untuk berpikiran panjang, dia memencet tombol yang bentuknya segitiga, pada bagian jam tangan itu.
"Wah jam ini mengeluarkan gambar lagi, kok ada gambar gelang putih, dan kalung emas. Apa mungkin ini simbol kesaktian itu ya?"
Angin tampaknya menekan gambar gelang itu. Tiba-tiba keluar sebuah gelang dari dalam jam tangan itu. Gelang itu berputar-putar di atas kepala anak itu. Dia kaget untuk kesekian kalinya, karena terdengarlah suara dari gelang itu.
"Terimakasih sudah memilihku, aku siap membantu kamu!" ternyata gelang itu bisa berbicara.
"Kamu gelang kenapa bisa ngomong?" Angin tampaknya masih kaget.
"Iya dong, aku gelang sakti," suara itu terdengar dari gelang itu.
"Coba kalau kamu bisa, kamu munculkan kue biskuit," kata Angin.
Tiba-tiba gelang emas ini tampak berputar di atas udara.
Ternyata muncul kue biskuit di depannya.
"Kalau gambar kalung di jam tangan itu untuk apa?" tanya Angin penasaran.
"Senjatanya untuk melindungi kamu dan sangat sakti seperti aku ini," jawab gelang sakti itu.
Lalu Angin memencet gambar kalung , pada jam tangan itu. Tiba-tiba keluar sebuah kalung emas yang berkilauan dan bercahaya. Lalu terdengarlah suara yang aneh datang dari dalam kalung itu.
"Aku kalung sakti siap membantumu!" suara yang aneh terdengar dari dalam kalung itu.
"Kamu juga bisa ngomong? Coba kalau sakti, kamu munculkan buku dongeng disini!" kata Angin.
"Baiklah, kamu lihat ini ya!" terdengarlah suara dari kalung aneh itu.
Kemudian kalung itu berputar-putar di atas udara. Lalu dalam beberapa detik, buku dongeng bermunculan di tempat itu.
Tiba-tiba kalung dan gelang itu, tampaknya berputar-putar di udara secara bersama-sama.
"Keren!" seru anak itu terkagum-kagum.
"Kamu akan kami lindungi tetapi untuk hal kebaikan!" kata gelang itu.
"Baiklah, aku akan menggunakan untuk kebaikan dan menolong orang yang lemah. Tapi aku harus memanggil kalian dengan nama apa?" sahut Angin.
"Kamu bisa memanggil kami dengan nama kalung dan gelang saja," jawab gelang itu.
(Bersambung)
Penulis :
Anton Sucipto, SP.
Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Tulisannya dimuat di media cetak dan online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar