Bagian. 25
Oleh Anton Sucipto, SP
Setelah mereka makan bakso, maka Aldo mengajak mereka jalan-jalan di desa itu. Aldo bercerita jika mobil mobilan itu adalah mobil mobilan yang paling favorit.
"Kenapa mobil mobilan ini sangat kamu favoritkan?" tanya Bimo heran.
"Tentu saja ini sangat favorit untukku. Mobil mobilan ini hadiah ketika aku ulang tahun. Tetapi yang menjadi sesuatu yang penting, aku pernah menjadi juara pertama lomba mobil mobilan ini!" jawab Aldo sambil tersenyum senang.
"Banyak hadiahnya dong!" seru Bimo.
"Hadiahnya lumayan untuk beli baju baru dan mobil mobilan yang baru juga. Aku juga mendapatkan uang pelatihan untuk bisa meningkatkan ilmu pengetahuan tentang perlombaan mobil mobilan ini. Tetapi uangnya aku tabung saja. Karena aku ingat jika menabung itu sangat baik untuk menjadi bekal kita pada masa yang akan datang," sahut Aldo.
"Kamu memang baik dan juga pintar," puji Bimo sambil tersenyum.
Pada pagi harinya, karena masih liburan, Aldo mengajak mereka untuk menuju ke toko sepatu yang ada di kota. Mereka naik angkutan kota dari desa itu. Kebetulan Aldo memang berencana untuk membelikan sepatu baru untuk Bimo dan Bobi. Dari rumahnya, Aldo memang membawa uang yang cukup untuk bisa membeli sepatu yang baru. Uang itu hasil dari tabungannya selama sebulan ini.
Setelah sampai di toko sepatu itu, mereka masih memilih untuk dapat menemukan sepatu baru, yang cocok untuk Bimo dan Bobi. Bimo nampaknya bingung sendiri, karena jarang sekali membeli sepatu baru di toko yang cukup mewah dan terkenal itu.
"Kenapa Bim? kamu tidak suka dengan sepatu di sini?" tanya Aldo tampaknya heran dengan tingkahnya Bimo.
"Iya nih. Maklum aku anak orang biasa, jadi masih bingung begitu," sahut Bimo tampaknya malu-malu.
"Jangan malu-malu dong. Ayo pilih sepatu yang pas untuk kamu," kata Aldo tersenyum.
Berbeda dengan Bimo, kalau Bobi itu sebenarnya anak dari keluarga yang cukup kaya. Jadi Bobi tidak canggung lagi atau malu-malu untuk menemukan sepatu yang baru. Tiba-tiba dia ingat dengan Niko, temannya yang orangtuanya memang sangat miskin.
"Aldo, apakah boleh sepatu yang aku beli nanti itu, bisa aku berikan kepada Niko temanku yang di desa itu," ucap Bobi.
"Niko itu siapa, aku baru tahu namanya?" jawab Aldo penasaran.
"Niko itu teman sekelas di sekolah, dia dari keluarga yang miskin. Jadi aku ingin membelikan sepatu yang baru untuknya," sahut Bobi.
"Tentu saja boleh, aku malah senang jika kamu bisa membantu sahabatmu yang sedang kesusahan itu," kata Aldo sambil tersenyum.
Setelah mereka membeli sepatu itu, mereka akan menuju ke rumahnya Niko.
Sebelum sampai di tempat itu, Aldo membeli beberapa kue untuk diberikan kepada Niko.
Mereka naik angkutan pedesaan, untuk sampai di tempat tujuan. Beberapa saat kemudian, mere ka telah sampai di dekat rumahnya Niko. Mereka berjalan melewati aliran sungai, yang di tepian jalannya banyak tumbuh pepohonan, yang cukup tinggi menjulang ke atas. Tak lama kemudian, mereka sudah berada di depan rumahnya Niko. Ternyata Niko sedang menyapu di halaman rumah itu. Rumahnya memang tampak sederhana sekali dan hanya berdinding papan kayu, yang sudah kusam warnanya.
"Hai Niko, kamu rajin sekali ya! Menyapu halaman rumah ketika liburan ini," ucap Bobi.
"Kita harus menyapu agar halaman ini bersih dan sehat. Sepertinya ada teman yang baru datang ke sini," sahut Niko mengetahui jika ada orang yang baru pernah datang ke rumah itu.
Maka Bobi segera memperkenalkan Aldo, teman yang baru, yang hobi bermain mobil mobilan itu. Niko tampaknya heran dengan bungkusan plastik yang akan diberikan Aldo kepadanya.
"Niko, ini ada sepatu yang baru untukmu," kata Aldo sambil menyerahkan bungkusan yang berisi sepatu yang baru itu.
"Sepatu yang baru untukku? Apakah aku sedang bermimpi ini?" jawab Niko seolah-olah tidak percaya jika ada orang yang mau membelikan sepatu itu.
"Ini bukanlah mimpi! Ini hadiah dari Bobi. Sebenarnya aku mau membelikan sepatu baru untuk Bobi. Akan tetapi Bobi ingin membelikan sepatu itu untuk Niko, karena dia tahu kamu sangat membutuhkan sepatu, bukan?" ucap Aldo.
"Terimakasih Bobi dan Aldo. Karena kalian sangat baik dan sudah membelikan sepatu baru untukku," sahut Niko merasa malu-malu, sambil menerima sepatu yang baru itu.
Niko sangat senang untuk menerima sepatu yang baru itu. Aldo juga memberikan bungkusan yang berisi beberapa kue, yang sudah dibelinya di kota itu. (Bersambung).
Penulis :
Anton Sucipto, SP.
Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Tulisannya dimuat di media cetak dan online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar