Bagian 18.
Oleh Anton Sucipto, SP
Kemudian pengemis yang aneh itu, berjalan menuju ke ujung bagian barat dari lapangan itu. Sementara itu, kakek Kutokuto dengan Bimo dan Bobi, menuju ke warung makan, yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Bimo menggaruk-garuk kepalanya, yang tampak gatal. Dia masih bingung dan heran, dengan sikap kakek Kutokuto itu, yang mau membantu pengemis yang aneh itu. Karena menurutnya, pengemis itu juga belum tentu seperti apa yang kita pikirkan.
"Kakek kenapa mau membantu pengemis yang aneh itu? Bukankah Kakek baru saja,hari ini bertemu dengan dia?" tanya Bimo ingin tahu.
"Kita harus berprasangka yang baik kepada semua orang. Bukankah membantu orang lain itu merupakan suatu kebaikan? Tetapi tentunya kita juga harus hati-hati dan jangan bertindak yang gegabah, atau bersikap yang aneh-aneh juga," sahut kakek Kutokuto itu.
"Ternyata kakek Kutokuto sangat baik hati dan sering membantu orang lain dengan ikhlas, ya," ujar Bimo memuji ketulusan dan keikhlasan Kakek Kutokuto, untuk membantu pengemis yang aneh itu.
Mereka sudah sampai di warung makan itu. Kakek Kutokuto memesan empat porsi mie ayam. mie ayam itu dibungkus dengan plastik yang bersih dan kuat. Kakek Kutokuto lalu membayar pembelian empat porsi mie ayam, dengan beberapa uang kertas.
Mereka berjalan lagi, menuju ke sebelah barat lapangan tempat lomba itu.
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di sana. Mereka makan mie ayam, dengan pengemis yang misterius itu, di dekat pohon beringin, yang tinggi dan berdaun lebat itu. Sehingga mereka tidak kepanasan, pada waktu siang hari ini.
"Ini mie ayam, aku belikan untukmu. Supaya kamu tak lapar lagi," kata kakek Kutokuto sambil menyerahkan bungkusan, yang berisi makanan mie ayam itu.
"Terimakasih banyak, ya," jawab pengemis yang aneh itu.
"iya, sama-sama," jawab kakek Kutokuto sambil tersenyum.
Setelah makan mie ayam itu, pengemis yang aneh itu, bercerita bahwa dia hanya berpura-pura saja untuk menjadi seorang pengemis.
Hal ini dia lakukan agar takkan bisa ketahuan oleh orang-orang, yang ingin mencuri ayam ketawa yang mahal itu. Ayam itu memang jagoan menjadi juara lomba suara ayam ketawa yang diselenggarakan beberapa bulan lalu, tepatnya pada perlombaan tingkat kota itu.
Ternyata dia bekerja juga menjadi seorang yang Beternak ayam, yang sukses hingga menghasilkan banyak uang. (Bersambung).
Penulis :
Anton Sucipto, SP
Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto.
Subscribe dan like, https://youtube.com/@vale.antonsuciptosp?sub_confirmation=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar