Pages

Hadiah Terindah



Hari terasa begitu lama bagi Serli.Setiap saat Serli selalu melihat matahari yang tak kunjung terbenam. Menunggu hari yang tak kunjung berganti. Teman-temannya yang melihatnya merasa heran dengannya. Orang yang biasanya ceria dan suka bercanda kini mendadak menjadi pendiam. Orang yang biasanya selalu berbicara tanpa henti dan bermain tanpa kenal lelah, kini hanya biasa termenung melihat matahari dan jam tangannya.


 “Hai Serli, kamu kenapa ? Kok terlihat tidak bersemangat?”Tanya Tasya.

“Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya menunggu hari ulang tahunku saja. Kok lama sekali ya?.”Jawab Serli. 

“Ah,itu kan tinggal satu minggu lagi. Itu tidak lama.”Sambung Rina. 


Iya,jangan ditunggu-tunggu, nanti semakin lama. Kalau kamu tidak menunggu,maka waktu akan terasa cepat berlaluNanti tiba-tiba hari ulang tahunmu sudah tiba.”Sahut Ayu. 

 “Iya deh,kalau begitu aku bermain dulu saja.”Jawab Serli.


 “Nah,gitu dong.Itu baru namanya Serli.”Ucap Ayu.


   Sepulang dari bermain,Serli kembali melihat jam dinding.Jam dinding itu terlihat sangat lambat bergerak. Lalu ia berjalan beberapa langkah ke sampingnya.Tak jauh dari jam dinding itu,ada sebuah kalender. Serli pun menghitung jarak antara hari ini dengan tanggal kelahirannya.Yang ternyata tanggal lima belas Maret masih tujuh hari lagi.


Serli berjalan dengan tubuh lemas ke kamar mandi.Ibunya yang sedang menyapu dapur tak sengaja melihat ekspresi wajah dan gerak tubuhnya yang tak biasa itu.Ibunya pun menghentikan pekerjaannnya sejenak dan menghampiri Serli.


 “Lo,kenapa kamu terlihat sedih seperti itu?Ada apa? Ada masalah dengan temanmu?”Tanya sang ibu.

 “Tidak bu.Aku hanya menunggu ulang tahunku saja.Ternyata masih lama sekali.”Jawab Serli dengan nada lemas.


 Ibunya tersenyum lalu berkata,”Tidak lama kok. Kan kurang satu minggu. Sekarang Serli mandi dulu.Sudah bau keringat tuh badannya.


   “Iya bu.Tapi ibu tidak lupa kan kadonya?”

  Iya.Ayah pasti juga tidak akan lupa.”Jawab ibunya. 


Serli masih melihat jam dinding. Dia masih menanti matahari terbit dan tenggelam. Agar hari-hari juga cepat berlalu dan hari ulang tahunnya segera tiba. Bahkan ia mengikuti gerak matahati agar ia dapat mengetahui kapan matahari akan tenggelam.


Saat tengah berjalan mengikuti gerak matahari,Serli tak sadar telah tiba di rumah salah satu temannya.Di sana teman-temannya yang lain telah berkumpul dan masing-masing sedang memegang handphone.Tasya memanggilnya dan menyuruhnya untuk duduk bersamanya.


 “Serli,apa yang kamu lakukan?Panas-panas seperti ini kok jalan-jalan?”Tanya Tasya.

 “Aku sedang mengikuti matahari.Supaya aku tahu berapa lama lagi matahari akan tenggelam?”Jawab Serli.


“Ha?Mengikuti matahari?Kamu itu ada-ada saja.Mending bermain handphone bersama kami disini.Oh ya,game apa yang kamu sukai?”Tanya Tasya lagi.

“Aku tidak suka bermain handphone.Lagipula kita kan masih kelas tiga,masa sudah bermain handphone?”Jawab Serli.


“Tidak apa-apa. Semua anak bermain handphone. Anak umur lima tahun pun sama. Kamunya saja yang jadul masih membaca buku.”


Semua teman tertawa. Kemudian Ayu berkata,”Tidak apa-apa,Serli.Nanti kalau kamu ulang tahun,minta saja hadiah handphone dari orang tuamu.”

 “Kalau begitu aku pulang dulu ya.”Ucap Serli dengan sedikit kesal.”


Serli langsung berlari dan tak melihat teman-temannya lagi. Tasya pun berkata,”Eh kenapa anak itu?”

“Iya,aku juga tidak tahu. Aneh sekali.Bermain handphone kan enak.Kenapa dia malah tidak suka?” 


 “Sudah kubilang dia itu anak yang jadul.Lebih suka membaca buku daripada bermain handphone.”Jawab Tasya sambil tertawa.

  

Serli tak henti-hentinya menunggu hari-hari berganti.Setiap sore ia berdiri di halaman rumahnya dan menunggu matahari tenggelam. Saat melihat matahari yang tenggelam,ia pun merasa sangat senang.


Serli terus melakukannya hingga tak terasa satu minggu telah berlalu.Tanggal lima belas Maret telah tiba. Hari ulang tahun Serli pun telah tiba.Orang tua Serli telah mempersiapkan pesta dan mengundang semua teman dan kerabatnya. Juga menyiapkan hadiah untuknya. 

Serli menyanyi bersama semua tamu dan meniup lilin.Kemudian ia membuka kado yang tersedia di meja.Pertama-tama,ia membuka kado dari kerabat dan teman-temannya. Ada yang memberinya pakaian,sandal,sepatu,dan mainan.Tapi semua itu tidak disukainya.Semua itu bukanlah hadiah yang ditunggu-tunggunya. 

Kini tinggal kado dari kedua orang tuanya yang belum ia bukaDengan hati-hati,ia membuka kado dari kedua orang tuanya.Ia membaca do’a terlebih dahulu sebelum membukanya. Agar ia bisa mendapatkan apa yang benar-benar ia inginkan.


Ternyata benar,ketika hadiah itu dibuka,Serli langsung menyukainya. Ia pun mengambil dan memeluk beberapa buku hadiah dari orang tuanya itu.Ia juga menciumnya.Semua orang yang melihat tingkah lakunya itu merasa heran.Termasuk teman-temannya.


 “Apa yang dilakukan anak itu?Dihadiahi buku saja senangnya minta ampun.”Ucap Tasya lirih.

 “Iya aku juga tidak tahu.Aneh sekali teman kita yang satu itu.”Tambah Ayu.


  “Terima kasih ayah,ibu. Ini hadiah yang sangat kunantikan.”Ucap Serli sambil memandangi wajah kedua orang tuanya.


 Ayahnya mengangguk sambil mengelus-elus rambutnya.Kemudian berkata,”Sama-sama sayang.”

 

 

                                               SELESAI 

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar