Pages

Ruwatan Adik Sepupu





Oleh: Rizky Alvian,

 

Namaku Rahma, bulan ini akan ada hiburan setelah Mahardika diruwat. Kata ibu, ruwat adalah pembersihan diri untuk menjauhkan hal-hal buruk.

Mahardika memiliki rambut ikal dan tebal, orang-orang menyebutnya gimbal. Tidak boleh sembarangan mencukur rambut anak gimbal, katanya harus ada ada proses ruwatan. 

            Ini bukan pertama kali aku menyaksikan proses ruwat. Kakak dari Mahardika, yang bernama Faisal juga pernah diruwat. Ia diruwat ketika akan masuk ke sekolah dasar.  Setelah diruwat, ayah dan ibu Faisal mengundang hiburan sisingaan. 

            “Duh… yang mau diruwat. Kok, wajahnya murung. Kan enak bisa makan ayam bakar,” godaku kepada Mahardika.

Namun ia malah menyitipkan mata ke arahku. “Diam, dong, Kak Idam!”

Segera saja aku menjauh darinya. Daripada nanti ia memukulku kalau sudah marah.

Kata Faisal, adiknya takut dengan gunting, terutama ketika benda itu menyentuh rambutnya. Gara-garanya ketika umur lima tahun, setiap ia dicukur oleh sang ayah, kepalanya tidak mau diam. Sehingga ada bekas cukuran yang tidak rata di atas telinga Mahardika. 

Ayah Mahardika berujar, “Tuh kan, kalau nggak bisa diam sedikit lagi gunting kena telinga kamu.”

Mahardika meraba bekas cukuran yang tidak rata, kemudian ia menangis hebat hingga sesenggukkan. Saat itu ia dipertemukan oleh Mang Jeje. Tukang cukur rambut yang selalu menceritakan dongeng ke anak-anak yang ingin potong rambut dengannya.

Ketika pagi akan dilaksanakannya proses ruwat tiba-tiba ayah Mahardika menerima telepon. Mukanya nampak terkejut. Ia kemudian berbicara pada Mahardika, adik Faisal itu juga menggeleng, kemudian masuk ke kamar.

“Kenapa?” Aku menyikut lengan Faisal.

 “Mang Jeje enggakbisa datang. Karena subuh tadi ibunya meninggal.”

Aku terkejut mendengar jawaban Faisal. 

“Adikmu jadi bagaimana?”

Faisal menaikkan bahu, “Entah.”

Sementara ibu masih membujuk Mahardika untuk keluar kamar. Namun Mahardika sepertinya keras kepala tidak mau membukakan pintu.

Seharusnya ketika orang-orang selesai membaca doa, rambut Mahardika akan dipotong beberapa helai. Namun gunting yang dihiasi untaian bunga cempaka itu belum dipegang seorangpun.

Aku menjadi ikut-ikutan tegang melihat peristiwa ini. Bahkan ibu Mahardika mencoba membujuknya dengan membawa beberapa buku cerita. “Nanti ibu yang bacakan cerita, asal kamu mau dipotong sedikit saja rambutnya.”

Tak ada jawaban dari dalam kamar itu, beberapa orang yang datang di syukuran sudah pada pulang. Ayah Mahardika terlihat beberapa kali menelepon seseorang.

Saat suasana rumah Mahardika mulai sepi, terdengar bunyi motor yang cukup nyaring.

“Itu Mang Jeje.” Faisal menunjuk ke vespa yang dikendarai lelaki berpakaian hitam.

Mang Jeje lantas masuk ke rumah, “Maaf saya terlambat.”

Ibu Mahardika mengetuk kembali kamar anaknya. Kemudian suara Mang Jeje memanggil Mahardika. Akhirnya anak itu mau keluar juga, dan gunting yang dihias untaian bunga cempaka itu berhasil menyentuh rambut Mahardika, sambil mulut bergerak-gerak. Seperti sedang mengucapkan doa.

Sambil bercerita tentang superhero, akhirnya adik sepupuku berhasil dipotong rambutnya oleh Mang Jeje, dan Ruwatanpun selesai dilaksanakan.***

 

Cirebon, 2021.

 

Rizky Alvian. Lahir di Cirebon, November 1998. Cerpennya pertama kali dimuat di Detik Hot pada Juni 2019. Sekarang paruh waktu sebagai pengarang.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar