Pages

Misteri Rimung Aulia



Oleh: Muhammad Arief 


 

Kisah itu berawal ketika aku sekeluarga berlibur ke rumah kakek. Memang saat itu sedang musim liburan sekolah. Jadi, kami sekeluarga menyempatkan diri untuk mengunjungi kakek. Kami pun bersiap-siap. Semua barang sudah dikemas dan dimasukkan ke dalam mobil. Terbayang olehku saat tiba di kampung nanti, aku bersama saudaraku akan pergi ke rumah Waled (paman) untuk bersilaturrahmi sekaligus mendengarkan  ceritanya.Waled  adalah seorang tengku (ustadz), beliau tahu tentang banyak hal yang terjadi di kampungku. Aku sungguh penasaran, kira-kira kisah apa ya yang akan diceritakan oleh Waled ketika aku sampai di sana nanti?

Menit demi menit , jam demi jam telah berlalu. Ternyata kami sudah menempuh setengah perjalan menuju kampungku. Azan telah berkumandang, kami harus berhenti untuk menunaikan ibadah shalat dhuhur terlebih dahulu. Mungkin karena harus duduk di mobil cukup lama, kakiku pun terasa keram bukan kepalang. Aku melangkah dengan tersendat-sendat saat harus berjalan menuju ke tempat wudhu. Setelah selesai menunaikan shalat, kami pun kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Lama sudah kumenunggu, akhirnya terlihat sebuah papan  yang bertuliskan kata Desa Muko Baroh. Wah... ternyata aku sudah sampai, alhamdulillah. Setelah menunggu lama di mobil dengan kepenatan dan keletihan yang menjadi-jadi akhirnya sampailah sudah kami di desa tercinta.

Tak sabar, segera kubongkar barang-barangku dan kemudian membawanya masuk ke dalam rumah kakek, assalamu’alaikum.....seruku! Serempak seluruh penghuni rumah menyambut kami dengan riang gembira. Beberapa saat kemudian azan magrib pun berkumandang. Allahuakbarullaaah.... huakbar....mendengar suara azan, aku segera mengganti baju dan mengambil wudhu lalu langsung menuju ke mushala. Ternyata keluargaku juga sudah  berkumpul bersama-samaa dengan nenek dan kakek untuk menunaikan shalat magrib berjamaah. Setelah shalat, secepat kilat aku menemui kakek. Kemudian, aku memeluknya dengan erat,  kakek pun membalas pelukanku. Aku melepaskan rindu dengan bercengkrama sesaat bersama kakek, setelah selesai aku pun kembali ke kamar.  Mataku terasa sangat berat, segera kurebahkan badan ke atas kasur. Aku tertidur, sangat lelap.

Kukuruyuk...ternyata sudah pagi. Aku masih merasa mengantuk. Dengan terkantuk-kantuk aku mengambil handuk dan segera pergi ke kamar mandi.  Byurrr...air mengalir membasahi sekujur badan, rasanya amat segar sehingga aku tidak merasa lemas lagi. Setelah berganti baju, aku pergi ke dapur  untuk sarapan. Tet tet...tet...bunyi sebuah klakson mobil dari luar rumah. Aku terkejut, rasanya jatungku hampir copot. Aku mengintip dari balik tirai di dalam rumah,wah...ternyata itu saudaraku. Dengan cepat aku habiskan makanku lalu langsung menemuinya. 

“Kita akan kemana Jir hari ini?”, tanyaku kepada Ajir. “Seperti biasa!”, jawabnya. Ternyata seperti tahun lalu kami akan pergi ke rumah Walet. Setelah berpamitan dengan ayah dan ibu, aku dan Ajir berangkat menuju rumah Waled. Rumah Waled tidak terlalu jauh, kami biasa ke sana dengan berjalan kaki, melewati jalan setapak dan menyeberangi persawahan. Sesampai di sana, aku dan Ajir menyalami Waled. Kemudian masuk ke rumahnya. “Kali ini kalian mau mendengarkan cerita tentang apa?”, tanya Waled kepada kami. “Apa aja boleh yang penting ceritanya seru!”,  jawabku. “Baiklah, kali ini Waled ingin menceritakan tentang kisah Rimung Aulia. Pernahkah kalian mendengarnya?” Serempak aku dan Ajir hanya menggeleng tanda tak pernah. “Rimung Aulianitu apa sih Waled?”, tanyaku penasaran. “Rimung Auliaitu artinya harimau para Aulia (ulama-ulama Aceh), biasanya makhluk itu sesekali akan muncul di pemakaman  para ulama maupun pahlawan Aceh yang baik hati dan taat terhadap ajaran agama Allah.” 

“Hmm... jadi si rimungkok muncul di pemakaman sih Waled?”, kali ini justru Ajir yang penasaran. “Rimung itu konon katanya merupakan peliharaan para Aulia terdahulu, dia datang ke pemakaman untuk menjaga kuburan para Aulia dari orang-orang jahat yang ingin mengganggu dan merusak makam tersebut.” “Apa rimungnya tidak jahat dan menggigit Waled?” Ajir kembali bertanya. “Rimung itu tidak menjahati orang, selama kita tidak mengganggunya. Rimung Aulia itu tidak sama dengan harimau kebanyakan. Rimung Aulia itu makhluk yang jinak dan setia”, jelas Waled. Aku dan Ajir terpesona mendengar cerita tersebut.

 Tiba-tiba Ajir berbisik di telingaku, “Arief...di mana sih kita bisa beli harimau, aku ingin pelihara juga!” Ajir menanyakan denga muka serius. “Wah.. aku juga tidak tahu, tapi di rumahku ada kucing yang bulunya berwarna kekuning-kuningan, nanti kita cat bulunya dengan warna hitam aja, biar mirip belang harimau. Gimana?”, tawarku. Ajir mengangguk setuju, dia tampak senang. Waled yang berhasil mendengarkan percakapan kami tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepada. “Ada-ada saja kalian ini!” ucap Waled.  Ternyata waktu telah petang. Kami harus segera pulang. “Terima kasih Walet atas cerita Rimung Aulianya”, seru kami serempak. “Sama-sama, hati-hati dalam perjalanan. Nanti jika kalian datang lagi, Waled akan menceritakan cerita yang lebih seru. Bagaimana setuju?” “Setuju....”. Akhirnya aku tahu tentang kisah Rimung Aulia. Nah, bagaimana dengan rencana liburan teman-teman? Nanti ceritakan kisahmu juga ya!

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar