Pages

KISAH MORA, SI KUCING BERBULU INDAH






Oleh Dewi Ayu Larasati, SS,M.Hum

Berdomisili di Medan, Sumatra Utara


            Sudah sebulan ini, Mora, si kucing berbulu indah tinggal bersama Keluarga Loddy. Ia sangat bangga untuk tinggal di tempat itu karena ayah Loddy memberikan kandang yang mewah untuknya dengan menu makanan yang juga sangat istimewa. Bayangkan saja, setiap hari ada asupan makanan kaleng dilengkapi dengan susu hangat. ”Nyam nyam...srup, srup, srup, gizi yang baik tentunya akan sangat diperlukan untuk kucing yang cantik dan berbulu indah seperti aku,”seru Mora menyombongkan diri saat kucing-kucing liar di luar pagar rumah Loddy melihatnya bersantap. Kucing-kucing liar yang lapar itu hanya bisa menelan ludah melihatnya makan.


            Walau terlihat cantik dengan bulu yang sangat indah, Mora ternyata seekor kucing yang malas. Kerjanya hanya tidur dan makan. Loddy sangat kesal melihatnya. Bayangkan saja, ketika Loddy ingin mengajaknya bermain bola atau melempar aneka gelang plastik, Mora tidak berusaha untuk melompat atau mengejar bola itu. Malahan Mora terlihat sangat malas dan sesekali menguap. Namun ketika Loddy memberinya makanan ataupun susu hangat, ia segera melompat-lompat dan mengeong kegirangan.


            Suatu hari tikus-tikus nakal mulai mendatangi rumah Loddy. Mereka sangat suka menggerogotisepatu keluarga Loddy yang ditempatkan di rak sepatu dekat garasi mobil. Loddy sangat sedih, karena sepatu barunya sudah terlihat jelek karena digigit tikus. Begitu pula sepatu kakak dan ayah Loddy, hampir semua koyakdigigit tikus. Kelihatannya tikus-tikus itu semakin merajalela berkeliaran di sekitar rumah Loddy. ”Ibu, sepatu-sepatuku digigit tikus. Mana mungkin aku memakai sepatu ini lagi ke sekolah?”ujar Loddy kesal. ”Seharusnya Mora bisa mencegah tikus-tikus itu masuk ke rak sepatu kita,”ucapnya lagi.

Ya, seharusnya Mora bisa menjaga tikus itu,”jawab Ibu menyetujui pendapat Loddy.

Dengan wajah kesal, Loddy menghampiri Mora dan berkata, ”Kenapa tidak kau halau tikus-tikus itu masuk ke rumah kita, Mora?”

Sebaliknya Mora hanya terlihat santai dan bermalas-malasan menanggapi pertanyaan Loddy. ”Miaow...” sahut Mora sambil mengembangkan bulu-bulunya yang indah. 

”Kalau kau tidak mau mengusir tikus-tikus itu dari rumah ini, maka kau akan tidur diluar rumah besok malam,”ancam Loddy.

Mora masih terlihat tidak memperdulikan ucapan sang majikan, Loddy. Mana mungkin Loddy berani menyuruhku tidur diluar rumah, sedangkan ia sangat tidak ingin melihat bulu-buluku kotor. ”Loddy kan sangat menyayangiku,” Mora berujar bangga sambil menjilat-jilat bulunya yang indah. Lagipula aku paling jijik untuk mendekati tikus-tikus kotor itu, uh..tidak mungkin! Malahan aku bisa penyakitan! Mora terus saja menggerutu.


Keeseokan malamnya, tikus-tikus itu mulai mendekati rak sepatu Loddy. Mereka seperti hendak menggerogotikembali sepatu-sepatu yang ada di situ. Pintu gudang tempat Loddy menyimpan mainan dan buku-buku juga sedikit terbuka. Ternyata Loddy lupa menguncinya. Tikus-tikus itu pun dengan leluasa menyelinap masuk ke dalam gudang. 


Mora terlihat tidak menghiraukan tikus-tikus itu berkeliaran. Malahan dia asik menikmati makanannya yang masih tersisa. Kucing-kucing liar yang ada diluar garasi rumah Loddy hanya bisa memandangi Mora menyantap makanan. ”Mora, berikanlah sedikit makananmu itu, aku lapar sekali,” pinta seekor kucing liar itu. ”Ya, anakku yang masih kecil juga sangat lapar, Mora. Kami sudah beberapa hari ini belum mendapat makanan,” pinta kucing yang lain. 

”Wah, makanan seenak ini mana mungkin kubagi dengan kucing-kucing kotor seperti kalian. Makanan ini khusus dibelikan keluarga Loddy untukku. Kalian cocoknya makan tikus saja,” jawabnya sombong. 


Kucing-kucing liar itu sangat sedih mendengar ucapan Mora. Mereka hanya terdiam dan menelan ludah melihat Mora makan. 

Esok paginya, ketika hendak berangkat sekolah, alangkah terkejutnya Loddy saat mengetahui lemari tempat ia menyimpan berbagai mainannya di gudangserta buku-buku  sudah rusak digerogoti tikus. Malam itu ia lupa untuk menutup pintu gudang dengan rapat. Tikus-tikus itu pun dengan leluasa masuk ke gudang menggerogoti mainan dan buku Loddy. Sepatu barunya di rak juga terlihat seperti bekas digigit tikus lagi. Seraya menangis, ia pun mengadukan hal ini kepada ibunya. 

”Bu...Ibu...lihat Bu, sepatu dan mainankudigerogoti tikuslagiBuku-bukuku di gudang juga berantakan,” keluhnya kesal sambil terus menangis. 


”Wah, tikus ini sungguh keterlaluan. Kita tak bisa membiarkannya masuk ke rumah kita terus. Sudah, nanti Ibu bereskan mainanmu, ya. Kalau ada rejeki kita beli mainan baru lagi ya, sayang,” bujuknya. ”Ayo, berangkat sekolah dulu, nanti kamu terlambat.”

Ayah dan Ibu Loody tidak kehilangan akal untuk mengusir tikus-tikus itu dari rumah Loddy. Mereka akhirnya membuat perangkap tikus dan membawa beberapa kucing liar ke dalam garasi mobil untuk menakut-nakuti tikus yang masuk. Namun yang sangat disayangkan, Mora si kucing yang cantik justrumendapat hukuman dari orangtua Loddy. Karena kemalasannya, ia dipindahkan ke halaman depan rumah Loddy. Ia tidak lagi tinggal di dalam kandangnya yang mewah. Mora sangat menyesal. Ia pun mulai merasakan panasnya siang dan dinginnya udara madam  Loddy juga tidak terlalu mengistimewakannya lagi. Kucing-kucing liar yang pernah dicemoohkan Mora justru mendapat makanan yang istimewa dari keluarga Loddy. Namun ada satu hal yang berbeda, kucing-kucing liar itu tidak menginginkan kandang mewah seperti Mora. Mereka tetap ingin hidup bebas dan menjaga rumah Loddy dari tikus-tikus nakal.

 

 





Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar