Pages

Karnaval Buat Kakek



Oleh: Fery Lorena Yanni

            

“Kakek… aku minta baju tentara, ya!” rengek Dayu pada Kakek. Kemarin dia melihat barisan tentara lewat depan rumah. Mereka tampak gagah berjalan berderap seirama dengan hitungan dan aba-aba dari komandan barisan.

“Buat apa, Dayu?” tanya Kakek sabar.

“ Dayu kan, pengin jadi tentara besok kalau sudah besar. Jadi mulai sekarang Dayu mau belajar jadi tentara,” Dayu menjelaskan dengan penugh semangat pada Kakek.

Dayu, gadis cilik berusia empat tahun itu, adalah cucu satu-satunya Kakek Marwadi. Sudah sangat lama Kakek Marwadi mendambakan cucu perempuan. Dan akhirnya, impian Kakek Marwadi untuk memiliki cucu perempuan terkabul. Anak pertamanya melahirkan cucu pertamanya, Dayu.

Sebagai cucu tunggal yang sudah lama dinantikan, Dayu mendapatkan curahan kasih sayang yang berlimpah dari Kakek Marwadi. Apa pun yang diminta pasti dituruti.

Sore itu, Kakek Marwadi mengajak Dayu jalan-jalan ke kota. Tujuan utamanya tentu saja untuk membelikan Dayu baju tentara, baju yang diidam-idamkan Dayu. Kakek Marwadi dan Dayu beberapa kali keluar masuk toko pakaian, namun mereka belum juga menemukan baju tentara seperti yang diinginkan Dayu.

“Kek, kok, tidak ada yang jual, ya?” Dayu mulai putus asa. Perlahan-lahan butiran bening menetes dari sudut matanya.

“Sabar… kita cari lagi. Nanti pasti dapat,” hibur Kakek. Meski Kakek sendiri tidak yakin, namun, Kakek tentu tidak akan membiarkan mutiaranya menangis. Kembali Kakek mengajak Dayu berjalan.

“Kita coba  toko ini, yuk!” ajak Kakek akhirnya. Harapan terakhir kakek ada pada mini swalayan Niki Baru.

Seorang SPG dengan ramah menyapa kakek dan Dayu.

“Mbak, apakah ada baju tentara untuk cucu saya ini?” tanya Kakek harap-harap cemas.

“Oh, ada, Pak. Ada di lantai dua,” jawaban SPG itu membuat Kakek dan Dayu tersenyum lebar. Akhirnya, usaha mereka tidak sia-sia. Kakek pun membelikan pakaian tentara utuk Dayu lengkap dengan topi dan peluitnya.

Sesampai di rumah, Kakek segera membantu Dayu memakai pakaian tentara barunya.

“Woooww….. cucu Kakek gagah sekali!” seru Kakek Marwadi kagum. Betapa bangganya Kakek Marwadi melihat kegagahan cucu kesayangannya.

“Besok kalau karnaval tujuhbelasan Dayu pakai baju tentara ini, ya! Pasti semua orang kagum melihat Dayu,” kata Kakek antusias.

Harapan Kakek Marwadi hanya satu: melihat Dayu, cucu kesayangannya memakai baju tentara yang dibelikannya dan berjalan gagah di antara para peserta karnaval dengan berbagai kostum. Tapi sayang, harapan Kakek Marwadi belum kesampaian karena satu bulan setelah membelikan Dayu baju tentara itu, Kakek Marwadi meninggal karena terjatuh dari pohon rambutan. Kakek Marwadi belum kesampaian melihat Dayu ikut karnaval dan memakai baju tentara itu.

Dan sekarang, lima bulan setelah kepergian Kakek Marwadi, ketika perayaan tujuhbelasan, kampung kami mengadakan karnaval. Semua peserta mengenakan kostum warna-warni bernuansa perjuangan dan cinta Indonesia.

“Ayo, baris! Satu.. dua.. satu… dua…” suara Dayu memasuki lapangan tempat berkumpul para peserta menarik perhatian semua yang ada di lapangan.

Lihat! Gadis kecil yang masih bersekolah di PAUD itu berjalan dengan gagah memakai pakaian tentara. Penampilannya mencuri perhatian semua peserta. Semua kagum dengan keluwesan dan kegagahannya.

“Keren sekali kamu, Dayu!” puji ibu-ibu yang senang melihat Dayu.

“Wah… luar biasa sekali Dayu ini! Ayo… baris!” ajak Pak RT penuh semangat. Dayu mengikuti Pak RT berjalan di barisan paling depan. “Bajumu bagus sekali, Dayu,” puji Pak RT. 

“Ini baju yang dibelikan Kakek dulu. Ini baju kenang-kenangan. Kakek suruh aku memakainya saat karnaval,” kata Dayu dengan bangga.

Iya, Dayu! Kakek Marwadi membelikan baju tentara itu buat kamu pakai saat karnaval seperti sekarang. Dan saat ini Kakek Marwadi pasti bangga melihatmu begitu gagah memakai baju tentara itu. Dayu yakin, Kakek Marwadi sedang memandangnya sambil tersenyum.

Karnaval kali ini, bagi Dayu adalah karnaval yang istimewa karena karnaval kali ini khusus buat Kakek.

 

***

Fery Lorena Yanni adalah seorang penulis buku anak yang tinggal di kota  kecil nan sejuk, Salatiga. Awal hobinya menulis adalah menulis puisi-puisi yang selalu dibacakan di radio pada zaman sekolah dulu. Saat ini Fery mulai menekuni dunia menulis dan juga masih belajar menggambar supaya nantinya bisa mengilustrasi ceritanya sendiri.

Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar