Oleh: Fahrus Refendi
Keramaian pada sore itu mulai tandas. Hanya penjaga kebun binatang lah yang berlalu lalang membersihkan kandang. Tiap hari sebelum petang datang, penjaga itu selalu membersihkan kandang-kandang dengan menyemprotkan air dicampur dengan antibiotik supaya hewan-hewan dalam kandang sehat. Namun, setelah para penjaga itu pulang, pesta baru akan dimulai.
Bulan menggantung bulat malam itu. Sinarnya menerpa seluruh kandang, persis tidak ada sedikit pun awan yang menghalangi cahaya bulan. Angin berdesir dengan sayu. Satu-persatu para hewan keluar kandang menempati area yang sedikit lapang, tepatnya di pinggir air mancur. “Ayo kita mulai!” teriak Gogo si Gorila. Dengan langkah cepat semua hewan menuju ke kolam air mancur. Sejurus kemudian tempat itu penuh dengan para hewan. “Siapa yang belum datang?” teriak Gogo si Gorila. Semua pada menilik rombongannya masing-masing.
“Rombongan Zizi si Zebra belum, Go!” jawab Caca si Burung Camar
“Ke mana dia?” tegas Gogo si Gorila. Semua rombongan pada celingukan.
Tak berselang lama rombongan Zizi si Zebra pun datang dari arah timur, langkah mereka tergesa-gesa. “Maaf teman-teman, aku masih lapar barusan… biasa makaannnnn. Oiyaa… Anam si Ayam nggak bisa ikut pesta, badannya meriang katanya!” Ucap Zizi dengan nada suaranya yang serak.
“Okee nggak apa-apa... Yaudah ayo cepat gabung sama yang lain.” Balas Gogo
Setelah semua bergabung barulah acara itu dimulai, satu persatu alat dipersiapkan matang-matang: rombongan Sisi si Singa terlihat menyiapkan soud system, sedangkan penataan panggung dinahkodai oleh Embo si Beruang. Setelah sekian lama saling bahu- membahu demi kelancaran acara itu akhirnya….
Suara Gogo menggelegar “Musiiiiiikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!”
Pesta malam itu benar-benar terjadi. Semua berkumpul menjadi satu, tak ada perbedaan di antara mereka. Menyanyi bersama, berjoget pun bersama. Tak ada saling tindih apalagi saling pukul. Semua membaur menjadi satu keluarga: Sila Si Gajah menggendong Tutut si Tupai, Baba Si Badak saling berpegangan dengan Zizi si Zebra. malam yang indah karena ditemani lampu yang berwarna-warni.
Musik mengalun sepanjang malam, mereka semua larut dalam senyuman. Sorak-sorai riuh terdengar. Sementara dari arah lorong rombongan Milda si Kuda Nil dan kawan-kawannya membawa kue serta minuman. Ditaroklah semua itu di meja yang telah ditata sebelumya.
Sejenak musik dimatikan. Semua berkumpul dan mengambil jatah berupa satu potongan kue dan segelas minuman. Karpet merah dilapangkan, satu persatu para hewan duduk sama rata membentuk huruf O.
“Semua sudah kebagian?” ucap Gogo dengan suara gagahnya.
“Sudaahhhhhhhhhh” jawab mereka serentak
“Baiklah kalo sudah kebagian semua, aku yang akan memimpin doa biar apa yang kita makan bermanfaat dan dijauhkan dari penyakit….” Doa dilantunkan dengan khusyuk… beberapa saat hening. Lalu, mereka mulai menyantap kue dan minumannya.
Semua kue habis tak ada sisa, begitu pun dengan minumannya. Beberapa saat kemudian, Gogo maju ke tengah-tengah kerumunan yang membentuk huruf O itu.
“Ada yang ingin saya sampaikan teman-teman semua, tak banyak hanya tiga kata yaitu, ‘pakaianmu maka bersihkanlah’”
“Maksudnya apa, Go?” ujar Toto si Tokek
“Maksudku begini, di musim penghujan seperti sekarang ini banyak tempat yang disenangi oleh kuman penyebab penyakit. Jika kita ingin terhindar dari penyakit maka kita harus hidup bersih. Jelasnya apa yang kita tempati harus dijaga seperti tempat tidur, juga harus rajin mandi sehingga bulu-bulu kita tetap menawan dan harum.” Senyum mulai merekah di bibir Gogo. Sementara yang mendengarkan hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya.
“Kalian siap hidup bersih?” ucap Gogo dengan nada semangat.
“Ssssiiiiiiiiiaaappppppppppppp” jawab mereka serempak.
“Yuk lanjut joget lagi”
“Serbuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”
Musik kembali dinyaringkan, para hewan kembali berjoget dengan senangnya, mereka tidak mendengar bahwa adzan subuh sudah berkumandang, semua tetap saja menikmati musik yang mengalun syahdu di telinganya.
O’ ooooo’ oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo’’’’’’’’’’’’’’
Terdengar kepak sayap dari Anam si Ayam. Tak berselang lama benar saja, Anam muncul dengan langkah tergesa-gesa.
“Teman-teman berhenti… pagi sudah hampir tiba… lihatlah ke arah timur.” Semua mata terarah ke arah timur dan benar saja langit di arah timur mulai agak kekuning-kuningan.
“Waduhhh… ayo cepat bereskan sebelum para penjaga datang.” Teriak Gogo dengan suaranya yang lantang. Secepat kilat barang-barang yang berserakan dibersihkan. Dan setelah semua bersih mereka semua masuk ke kandang masing-masing. akhirnya pagi pun tiba dengan cerahnya. Sementara penjaga kebun binatang terheran-heran lantaran para hewan kelihatan lesu.
*Fahrus Refendi lahir pada 07 Juni 1998 dan berasal dari Pamekasan Madura. Saat ini merupakan Mahasiswa Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi, cerpen, cernak, resensi dan cerita berbahasa Madura, beberapa karyanya tergabung dalam buku antologi dan telah dimuat di beberapa media cetak maupun online.
Facebook: Fahrus Refendi
IG: Fahrusrefendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar