Pages

Penyesalan Dika


 Oleh Dewi Ayu Larasati, S.s, M.Hum
Berdomisili di Medan, Sumatera Utara

Walaupun sudah duduk di bangku SD, Dikamasih mempunyai kebiasaan buruk yaitu, susah untuk bangun tidur. Apalagi ketika pagi-pagi saat ia  harus berangkat sekolah, Dika begitu malas beranjak dari tempat tidurnya. Selalu ibu yang berusaha membangunkannya dengan susah payah.  Kebiasaan ini muncul lantaran bukan karena Dika kerap tidur terlalu malam, tetapi ia terlalu bersandar pada ibunya. Ia merasa ibulah yang bertugas membangunkannya dan ibu juga yangharus menyiapkan semua perlengkapan sekolahnya.  Dikapun menjadi anak yang manja dan tidak disiplin dengan waktu. 
Sebenarnya ibu dan ayahnya sudah membimbingnya untuk bersikap disiplin, tapi Dika sering tidak mengindahkannya karena dia tahu bahwa dialah anak satu-satunya di rumah itu yang otomatis menjadi anak kesayangan ayah dan ibu. 
Seperti pagi ini, berkali-kali ibu berusaha membangunkannya, ia masih tertidur pulas. “Ayo Dika, nanti kau terlambat lagi ke sekolah. Ayahmu sudah mau berangkat ke kantor,tu. Nanti kau ditinggal ayah, lo,” bujuk ibu seraya mengusap-usap kepala Dika.
Sambil menguap, Dika pun bangun dan beranjak dari tempat tidurnya dengan malas-malasan. Ibu pun hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak satu-satunya itu. 
“Dika, setelah mandi kau segera sarapan ya,” sahut ayah yang lagi menyantap sarapan pagi.
“Iya yah,” jawab Dika
Suatu ketika, di pagi Minggu yang cerah, Dika dan teman-teman sekolahnya akan mengadakan pertandingan sepak bola. Dika memang termasuk anak yang cerdas dan memiliki banyak teman, tapi di satu sisi ia tidak disiplin dengan waktu dan sangat manja. 
“Dika bangun, Nak. Kau kan ada jadwal tanding bola pagi ini. Nanti kau terlambat lagi. Ayo bangun,” kata ibu sambil membuka jendela kamar Dika
“Hmmm...sebentar lagi, Bu. Baru jam enam pagi, kan pertandingannya jam delapan,” jawab Dikayang masih terkantuk-kantuk di tempat tidurnya. 
“Iya, tapi kau harus mandi, sarapan, dan membereskan perlengkapanmu,” sahut ibu dengan nada lembut.
Saat ibunya tengah masak di dapur, Dikabelum juga bangun. Ia masih melanjutkan tidurnya. Ibunya sudah berkali-kali membangunkannya, ia masih tampak terlelap. 
Waktu pun sudah menunjukkan pukul setengah delapan, tiba-tiba ayah bergegas menuju kamar Dikadengan wajah cemas. 
“Dika, bangun Nak. Ibumu tiba-tiba sakit, badannya sangat lemah. Ayah akan membawa Ibu ke rumah sakit. Ayo,kau ikut temani Ayah.”
Seketikasaja Dikatersentak dan terkejut. “Ibu sakit,Yah?” 
“Iya, kau segera mandi dan kita ke rumah sakit.”
Sesampainya di rumah sakit, dokter menyarankan ibu untuk beristirahat beberapa hari di rumah sakit karena kondisinya sangat lemah. 
Dika merasa sedih dengan kejadian ini. Ia menyesali perbuatannya, karena dirinyalah yang terlalu manja sehingga membuat ibu sakit. Apalagi pagi ini dia batal untuk mengikuti pertandingan sepak bola di sekolahnya.
Dikapun meneteskan air mata, dan meminta maaf pada ibunya yang sedang terbaring sakit. “Ibu, maafkan Dika ya. Dika sudah membuat Ibu jatub sakit. Dika janji akan menjadi anak yang disiplin dan selalu membantu Ibu di rumah.
Lalu ibu pun memeluk Dika penuh haru
“Mulai sekarang kau harus merubah kebiasaan burukmu, Dika. Kau sudah semakin besar, kau harus bisa merapikan kamarmu sendiri, mempersiapkan keperluan sekolahmu sendiri dan bangun tidur sendiri,” tegas Ayah. 
“Baik Ayah,” jawab Dikamenyesal. 


Majalahanakcerdas.com

Majalah Anak Cerdas,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar